• Home
  • About
  • Contact
    • Category
    • Category
    • Category
  • Shop
  • Advertise
facebook twitter instagram pinterest bloglovin Email

MADGIRL!




Kalian pasti udah tau dong, kalau wajah aku tuh manjhaaaaa banget melebihi princess Syahrini. Tau kan? Pokoknya diapa-apain susah. Ha wong kadang-kadang nggak diapa-apain aja nyari masalah kok. Hal itu tentu saja merepotkanku dalam memilih produk perawatan kulit, termasuk masker. Harus yang benar-benar alami dan ringan sehingga tidak menimbulkan efek samping. Bahkan, yang alamipun masih ada aja yang nggak cocok. Harus teliti betul kandungannya.
Kalian punya masalah kulit yang sama kaya aku? Yang rewel banget dan diapa-apain susah? Berikut ini akan aku ceritain masker-masker pilihanku yang terbukti aman untuk kulit manjha. Tapi sebelum itu, perlu kiranya aku jabarin dulu bahwa kulit aku tuh acne prone, komedoan, tapi kering banget dan sensitif. Aneh kan? Umumnya kulit jerawatan itu berminyak, tapi kulitku malah kering banget.
Sempet bingung milih masker wajah yang cocok. Masker lemon buat kulit berjerawat, jadi kering. Masker susu buat melembabkan, jadi jerawatan. Akhirnya setelah melalui perjalanan panjang ke barat, aku ketemu dengan tiga masker ini. Aslinya malam ini aku mau ngereview salah satunya. Tapi berhubung udah malem dan cahaya tidak memungkinkan untuk selfie-selfie, akhirnya aku certain dulu ketiganya. Next post, baru aku review satu persatu.
1.      Pure Skin
Kemasan berbentuk sachet.

Masker Pure Skin ini adalah masker terpraktis yang pernah kukenal. Satu kemasan terdiri dari dua sachet. Yang satu isinya scrub, yang satunya baru masker. Jadi scrubbing dulu baru maskeran. Udah gitu maskerannya nggak perlu lama-lama, cukup lima menit sajah. Cocok buat kalian yang lagi buru-buru. Hihi. Murah meriah dan satu kemasan gini bisa dipakai buat maskeran rame-rame lohh. Berhubung aku sendirian, jadi bisa dipakai maskeran lagi sampai 3-4 kali. Yang penting ditutup rapet aja. Hemat bukan?
Masker ini cocok untuk kulitku karena produk Pure Skin kan memang dikhususkan buat kulit berjerawat ya. Scrubnya membersihkan, mengangkat sel kulit mati, dan membantu mengurangi noda bekas jerawat aku yang banyak banget ituuh. *bekas jerawat banyak kok bangga
Maskernya berbentuk clay. Berfungsi untuk membersihkan kotoran yang ada di pori-pori, mengecilkan pori-pori, plus memberi efek kulit matte udahannya. Jadi cocok juga buat yang kulitnya berminyak. Buat kulit aku yang kering juga baik-baik aja sih. Nggak jadi kering banget bak sawah di musim kemarau.
O ya, baik scrub maupun maskernya mengandung salicylic acid yang kita semua tahu bagus banget untuk melawan jerawat.

2.      Love Nature Peel-off Mask
Kemasan tube.

Kalau yang satu ini berbentuk peel-off. Nha, varian yang ini ternyata grape. Awalnya aku salah sangka kirain mawar. Nggak taunya grape. Jadi dibikinnya dari ekstrak biji anggur gitu gaes. Di kemasannya tulisannya restoring stressed skin, yang berarti cucok banget lagi dong buat kulit aku. Gimana nggak stress, wong aku tiap malam begadang, trus masih suka merokok juga. Belum lagi kalau pas keluar-keluar kena polusi jalanan. Beuh! Makanya ini masker cocok banget buat aku. Menyegarkan, dan terasa lebih lembut dan lembab.
Bentuknya gel bening gitu.

Cara pakainya kalian sudah tau pastinya ya. Bersihin muka, pakai selama 20 menit, trus copot. Peel off gitu maksudnya, bahasa Indonesianya apa sih? Kalau habis pakai masker ini tuh rasanya bersiiih banget. Seolah semua kotoran di muka kesangkut di maskernya pas dicopot. Cocok juga buat yang seharian beraktivitas full make up ya. Kulitnya pasti stress tuh. 

3.      Bedak Dingin
Kemasannya paling nggak banget. :v

Ini dia. Masker paling murah sejagad raya. Aku nggak percaya kalau ada yang lebih murah dari ini. Aku pake masker ini juga awalnya dari guling-guling pas nyari masker alami yang bisa nyembuhin jerawat. Dan banyak yang bilang kalau masker bedak dingin itu bisa banget bikin kulit wajah jadi mulus bebas jerawat. Aku langsung aja lah lari ke jalan raya belok ke pasar tradisional.
Masker ini tu dibikinnya dari beras ya gaes. Disebut bedak dingin karena kalau pas dipakai emang dingin. Biasanya dipakai buat ngelulurin bayi.
And you know what’s best? Yes, the price! Cuma tiga ribu lima ratus ya Allaaah. Dan biar kata BBM udah naik, harga masker ini nggak naik sama sekali. Masih sama. Dari tahun kemarin masih segitu. Padahal kalau dinaikin jadi empat ribu gitu misalnya, aku rela kok. Rela.
Masker bedak dingin di kulit aku fungsinya ya buat mendinginkan. Hehe.
Gini, jadi aku kalau keluar-keluar, atau kena debu, atau kena make up yang nggak cocok, kulit aku yang manjhaa ini akan langsung mengeluarkan reaksi alergi. Memerah, panas, dan gatal-gatal. Sebelum kenal masker bedak dingin, yang terjadi berikutnya adalah muncul jerawat kecil-kecil yang buanyaaaak banget. Namun sejak kami (aku dan bedak dingin) dipertemukan, tragedi itu tak perlu terjadi lagi. Panas, merah, dan gatal-gatalnya langsung mereda. Pasukan jerawat kecil yang siap menduduki muka menyerah sebelum bertanding.
Selain itu, kalau ada jerawat gede yang sedang meradang, kalau dimaskerin pakai bedak dingin langsung kalem. Selama maskeran biasanya bakal terasa krenyut-krenyut gitu. Tapi setelah selesai dia siap meledak.
Senengnya lagi, bedak beras itu memiliki kekuatan menyembuhkan luka. Jadi kalau ada jerawat baru meledak, dipakaiin bedak dingin ini lukanya langsung nutup dan nggak berbekas.
Kadang aku bertanya-tanya pada Tuhan. Kenapaaa gitu aku nggak dikenalkan dengan masker ini sejak dulu kala? Hihihi.

Jadi itu tadi gaes, masker pilihan aku yang cocok buat kulit manjha aku ini. Masing-masing masker memiliki perannya sendiri-sendiri. Aku pakainya bergantian sesuai kebutuhan. Paling sering sih si bedak dingin karena dia yang paling murah enak di kulitku yang memang sering banget bermanjha-manjha ria ini. meskipun sekarang aku belum terbebas sepenuhnya sih dari kutukan raja jerawat, tapi seenggaknya jerawat aku munculnya udah jarang. Jaraaang banget dan itu merupakan anugerah yang warbyasah dan patut disyukuri dengan cara pamer kecantikan berbagi jurus jitu usir cantik jerawat beserta suka dukanya. Karena cantik rame-rame itu lebih seru kan kak?
Kalian punya masker pilihan juga? Cerita-cerita di komen yaa.
Akhir kata, thank you so much for stopping by.

Love,
Madgirl
Share
Tweet
Pin
Share
No komentar



Alkisah, pada tahun 2012, seorang gadis norak tapi menawan yang adalah diriku sendiri mengalami momen terjerembab di jalan nasib. Bisa dibilang waktu itu adalah tahun terngehek dalam seluruh periode kehidupanku. Segala hal brengsek yang bisa terjadi di kehidupan gadis muda terjadi secara bertubi-tubi. Sudahlah gagal skripsian, ditinggal pacar nikah karena ada gadis lain yang sudah hamil empat bulan, motor satu-satunya dibawa kabur psikopat, kehilangan pekerjaan, dan terlilit banyak hutang.
Tapi saudara-saudaraku yang budiman, dunia ini sendiri adalah keseimbangan. Di mana ada kesialan, di situ ada berkah yang nilainya setimpal, atau bahkan lebih. Tahun itu pulalah aku bertemu dengan bisnis Oriflame. Awalnya karena ketemu postingan teman yang promo join murah meriah, cuma sepuluh ribu rupiah. Sepuluh ribu, dapet katalog, dapet kesempatan jualan sekaligus berbisnis. Pas banget aku lagi nggak punya kerjaan dan teramat sangat butuh solusi untuk bertahan. Aku langsung kepincut.
Masalahnya waktu itu aku begitu miskinnya sampai uang sepuluh ribu untuk join saja harus nyari pinjeman. Akhirnya dapet dan langsung daftar. Begitu daftar langsung nawarin ke temen-temen dekat dan makin kepincut sama bisnis ini karena sesuai janjinya, memang sangat mudah dijalankan. Oriflame punya produk-produk yang memang telah terbukti kualitasnya selama bertahun-tahun sehingga pada dasarnya bisa menjual dirinya sendiri. Nggak usah jadi ahli di bidang kosmetik. Aku bawa-bawa katalog aja cewek-cewek udah milih sendiri-sendiri. Pertama kali dapet orderan dan ngerasain untungnya, sesuatu yang bercahaya muncul dalam diriku. Harapan.
Produk yang menjual sendiri

Aku mulai berani bermimpi lagi. Lucky me, aku punya tim yang sangat pengertian, baik hati, full support, kompak, lucuk, dan sama-sama punya impian besar dan sama-sama semangat untuk mewujudkannya. Lingkungan yang sangat tepat bagiku yang pada dasarnya sangat labil. Apalagi pas lagi di kondisi down berat gitu. Kami semangat banget Oriflame-an. Bukan hanya karena ngejar duit, meskipun itu memang iya. Tapi pada dasarnya bisnis Oriflame memang sangat menyenangkan.
Bagaimana enggak? Kegiatannya dandan-dandan, mempelajari make up, skin care, dan perawatan personal, facial rame-rame, nongkrong-nongkrong sambil ngebisikin produk terbaru ke kanan-kiri. Bagiku, berbisnis Oriflame adalah salah satu pekerjaan paling menyenangkan yang pernah kulakoni. Sambil jualan dapet untung, kadang jual jasa juga ngemaskerin temen, atau bagi temen-temen yang jago make up juga sering ngejob make up, trus juga cerita-cerita bisnisnya ke orang-orang baru, dan dapet bonusnya, baik yang berupa hadiah barang maupun bonus duit. Menyenangkan sekali.
Tapi karena tokoh utama dalam cerita ini adalah aku, yang kalian semua tahu labil banget dan bosenan parah, aku sempet on-off menjalani bisnis ini. Tentu saja, memang, sama seperti bisnis lainnya, berbisnis Oriflame nggak melulu hura-hura. Ada kalanya kami serius mendiskusikan rencana pemasaran, ada kalanya kami pusing karena target (yang dibikin sendiri-sendiri) masih kurang, ada kalanya kami bersedih karena target tidak tercapai. Meskipun di bisnis ini nggak bakal ada yang memarahi kalau tidak capai target, tapi kami punya kebiasaan memenuhi target yang sudah dibuat sendiri. Jadi kalau sampai tidak tercapai itu kami merasa sakit, semacam mengkhianati diri sendiri.
Tapi itu bukan masalah besar. Masalah besarku yang membuatku sempet mandeg Oriflame-an adalah rasa bosanku sendiri. Aku rupanya waktu itu belum cukup tangguh untuk stay strong di tengah amukan pasang surut bisnis. Kadang bonus sampai sejuta, kadang cuma ratusan ribu. Kadang member aktif semua, kadang sampai keringetan gobyos nyari member baru buat nambal-nambal yang bolong. Begitulah, bisnis Oriflame memang tidak melulu mudah. Sama persis seperti bisnis lainnya. Cuma enaknya kalau Oriflame kan nggak modal besar. Jadi seenggaknya nggak rugi lah.
Setahun Oriflame-an, akhirnya pada tahun 2013 aku berhenti total. Tahun itu juga merupakan momen kejatuhanku yang lain lagi. Tapi rupanya aku nggak sanggup pisah lama-lama sama Oriflame. Kangen rasanya. Makanya akhir 2015 kemarin aku daftar member lagi. Cuma nggak seaktif dulu karena aku kan sekarang lagi under cover. :p Tapi kerinduan itu benar-benar terobati meskipun nggak sepenuhnya. Aku masih kangen acara ngumpul bareng, bikin acara bareng, begadang bareng di warung kopi sambil wi-fian, juga kangen perasaan ketika adrenalin meningkat di detik-detik akhir tuponas. Kusimpulkan, aku memang jatuh cinta sejadi-jadinya pada bisnis ini.
Ngomong-ngomong, ada yang nanya, apa aja sih yang udah aku dapet dari bisnis Oriflame? Kok sampai segitunya tergila-gila?
1.     Keluarga baru
 
SPF 20+ squad
Bukan hanya teman baru. Oriflame sudah memberiku keluarga baru. Meskipun banyak teman yang merasa kecewa karena sifatku yang keras kepala, suka semau sendiri, pemarah, emosian, dan labil, tetep aja mereka itu orang-orang tersabar dan pengertian yang pernah kumiliki. Aku suka nangis (literally) kalau inget betapa dulu aku suka kasar dan semena-mena (maafin aku gaes). Tapi mereka masih tetep ada di sana, selalu di sana buat mendukung (thank you so so much). Bukan hanya satu tim, tapi dengan tim lain kita juga saling bekerja sama. Bahkan sampai ke staff kantornya semua udah kaya saudara.
2.     Pengetahuan baru
 
Training gratisan
Jaman sebelum kenal Oriflame, aku bagaikan Cinderella sebelum disulap oleh ibu peri. Gembel. Dandan? Cuci muka aja jarang-jarang. Aku inget banget dulu didandanin sama Mbak Rosy dan aku mundur-mundur ngeri pas mau dipakaiin eye liner. Takut kecolok. Hahaha. Sungguh, itu merupakan titik balik yang membuatku sembuh dari phobia eye liner.
Aku juga jadi tahu kalau cocok apa enggaknya suatu produk itu nggak bisa dijudge gitu aja dari satu pengalaman karena skin care itu kan cocok-cocokan tergantung jenis kulit masing-masing. Aku bakal jerawatan makin parah kalau pakai rangkaian Optimals White karena kulitku acne prone, tapi temenku yang kulitnya normal ternyata bening banget hasilnya. Dan ternyata kulitku cocok pakai rangkaian Love Nature Chamomile untuk kulit sensitif yang sudah kureview di sini.
Selain pengetahuan tentang kecantikan, kosmetik, dan produk perawatan, ada juga ilmu bisnis. Daaaan, ilmu itu sangat bermanfaat tidak hanya untuk menjalani Oriflame, tapi bisnis lain dan bahkan kugunakan juga waktu kerja kantoran.
Selain itu juga ilmu-ilmu tambahan seperti bagaimana menjadi pribadi yang menyenangkan, bagaimana memahami orang lain, dan banyak lagi.

3.     Barang-barang mahal yang nggak bakal kubeli sendiri
 
Ini salah satu contoh hadiah gratis dari Oriflame
Oriflame itu sangat suka memberi hadiah. Dan hadiahnya selalu mahal-mahal. Tas yang harganya jutaan, parfum harga ratusan ribu, jam tangan mewah, scraft branded, dan masih banyak lagi. Barang-barang yang jelas nggak mungkin kubeli sendiri karena kalian tau kan, aku ini agen FPP garis miring. Tapi dengan Oriflame aku bisa icip-icip kemewahan seperti itu. Bisa ngasih hadiah barang mahal buat ibuku yang you know lah dan bisa pakai parfum mahal tanpa keluar uang sepeserpun. Bahkan bagi seorang Madgirl yang bersahaja, hadiah barang mewah tetap membahagiakan. Kalian tau kenapa? Ya karena gratis. :D

4.     Duit

Ini. Ini sebenarnya alasan utamanya. Apa dulu aku join Oriflame pertama kali karena pengen dapet parfum mewah dan perawatan kulit premium? Enggak lah. Aku join waktu itu karena butuh duit. Dan Oriflame memberi itu. Dalam hal ini, sangat bisa kukatakan bahwa Oriflame telah menyelamatkan nyawaku. Uang yang kudapat, itu menyalakan harapan. Harapan itu yang kujadikan bahan bakar setiap hari untuk bekerja lebih keras lagi dan akhirnya aku bangkit dari keterpurukan. Faktanya begini: orang miskin yang terlalu miskin dan tidak memiliki apapun untuk dimakan, tidak akan bisa berpikir. Perut memang berada di urutan lebih depan daripada kepala. Kalau tidak bisa berpikir, dia tidak bisa menyelamatkan diri sendiri. Dia hanya bisa mengharap belas kasihan dan seterusnya. Oriflame dalam hal ini telah menyelamatkanku: memungkinkanku untuk berpikir normal lagi dan menyelesaikan masalah-masalahku. Hidup memang keras, tapi ketika kau punya harapan, punya sesuatu untuk dimakan, dan teman-teman yang mendukung sepenuhnya, kekerasan hanya akan terasa bagai kerikil. Mungkin nyandung dikit, tapi nggak bikin lecet.

5.     Kesenangan
Bekerja sambil bersenang-senang

Seperti yang telah kusebutkan di awal-awal tadi. Bagiku, Oriflame adalah salah satu pekerjaan yang paling menyenangkan. Yang kujalani tanpa paksaan. Yang membuatku selalu ingin berkembang. Yang membuatku bisa bekerja sambil bersenang-senang. Pas masih ngantor dulu aku merasa begitu tolol karena meninggalkan Oriflame dan malah berkubang di lingkaran kerja - pulang dalam keadaan stress -  tidur masih stress – bangun tidur langsung stress karena mikirin kerjaan hari ini. Aku merasa tersiksa. Mengapa? Karena kerjaan itu bukan bidangku. Aku nggak suka. Makanya akhirnya aku berhenti. Kerja itu buat berkarya tapi ini kok malah tersiksa.  Sejak saat itu aku memutuskan tidak akan pernah mengerjakan apapun yang bersifat menyiksa diri sendiri lagi. Aku hanya akan mengerjakan yang kusuka. Dan Oriflame-an lagi jelas masuk daftarnya.
And oh, dengan cerita begini, bukan berarti aku merendahkan pegawai kantoran dan menganggap Oriflame sebagai satu-satunya yang terbaik ya. Bukan gitu. Semua pekerjaan itu baik asal kita nyaman dan bahagia menjalaninya. Kalau dapet kerjaan kantoran pas di bidang yang aku suka tentu aku akan seneng-seneng aja. So please, jangan salah sangka. ;)
Kesimpulan dari seluruh postingan ini sebenarnya terletak di apa cobaaa? Hehehe. Yang bisa jawab dapet hadiah produk. :p
Sebenernya inti dari seluruh postingan ini adalah tentang bagaimana Oriflame memberiku semangat dan harapan untuk bangkit lagi sehingga aku masih berdiri sampai hari ini. Aku tahu banget lah rasanya terpuruk, sendirian, dan nggak punya apa-apa bahkan untuk dimakan. So, kalau ada siapapun di luar sana sedang berada dalam keadaan down, sendirian, kehilangan semangat dan harapan, feel free to curhat sama aku. Nggak akan kuprospek kok tenang aja. Cuma kalau mau join ya nggak apa-apa. :p
Intinya, aku tau banget rasanya nggak punya siapa-siapa bahkan untuk sekedar curhat. Dan aku akan sangat senang membantu. Yahh, meskipun aku jelas nggak bisa bantu ngemodalin atau bayarin utang, tapi seenggaknya kalau kamu punya sesuatu untuk diperjuangkan, then I’ll be there for you.
#OriflameChangesLives
Share
Tweet
Pin
Share
No komentar

Apa itu hair trimming?

Aku baru tahu istilah hair trimming juga belum lama ini. Gara-garanya jalan-jalan ke blog yang ngebahas perawatan rambut, trus ketemu si istilah ini. Seperti yang bisa kalian tebak, aku ndadak gugling lah buat cari tahu artinya. Dan menurut artikel-artikel yang kudapat dari hasil pencarian google, hair trimming itu kira-kira berarti memotong ujung rambut secara berkala.
Jadi rambut kita ini mengalami kerusakan kan? Semua rambut pasti mengalami. Yang membedakan cuma cepat atau lambatnya saja. Faktor-faktor yang mempengaruhi? Ada banyak, termasuk paparan sinar matahari, produk perawatan rambut yang digunakan, kelembaban, sampai frekuensi hair styling. Kalau menurut istilahnya Ibing, rambut yang mengalami kerusakan ini namanya rambut mati. Ciri yang paling mudah dilihat ya split end alias ujung bercabang itu. Kalau kalian jeli, kalian akan bisa melihat sampai mana rambut itu ‘mati’. Biasanya antara 1-3cm. Mungkin ada yang lebih kalau level kerusakannya udah gawat.
Nha, rambut yang rusak ini, kalau dibiarkan akan menghambat pertumbuhan rambut. Selain itu juga bikin penampilan keseluruhan rambut jadi nggak oke dong ya? Kelihatan nggak sehat. Makanya perlu dipotong secara berkala. Disarankan sih minimal enam bulan sekali.
Share
Tweet
Pin
Share
No komentar



Aku suka pakai kuteks. Sejak bertahun-tahun ini, bisa dibilang kukuku tidak pernah lepas dari yang namanya kuteks. Dan untuk pilihan warna, aku selalu suka warna-warna bold. Hitam, biru tua, ungu tua, merah cetar, pink, hijau, dan lain-lain. Apapun warnanya yang penting warnanya jelas gitu aku suka.
Nha, sudah berbulan-bulan ini aku jarang kutekan. Habisnya dua-duanya kuteks yang kupunya berwarna princessy gitu. Yang satu soft pink. Too soft pink. Yang satu top coat bening dengan glitter. Aku pakai kadang-kadang sih. Cuma nggak ngaruh apa-apa ke total look aku (lagaknya udah kaya style blogger). Nggak keliatan gitu. Kaya nggak pakai kuteks. Aku memakainya hanya sebagai pelepas kerinduan dari kutekan. Lha kenapa kok nggak beli? Ah, aku terlalu malas jalan ke warung terdekat. Dan sekalinya pas ke warung, tentu aku selalu lupa dong cyin.
Tapi pagi ini setelah sahur, mungkin sedikit banyak karena nggak bisa tidur, kerinduanku untuk kutekan tak tertahan lagi. Cuma kali ini aku udah muak dengan kutekku yang too soft pink itu. Aku kemudian cari akal. Sebagai front pembela pengiritan garis miring, tentu saja yang pertama kali kupikirkan adalah “Kalau bisa bikin sendiri, ngapain beli? Tanpa mengeluarkan uang sepeserpun? Ha ya jelas lebih bagus lagi.”
Karena aku cerdas, tentu saja aku tahu apa yang harus kulakukan selanjutnya. Yap! Guling-guling dengan kata kunci DIY nail polish. Demi kerang ajaib, ternyata Google memang tahu segalanya. Aku langsung buka satu punyaknya Wikihow. Dan puja kerang ajaib sekali lagi, ternyata caranya guampang buanget. Wikihow sih menjelaskan secara sistematis panjang lebar seperti gaya dia biasanya. Tapi intinya, campurin aja bubuk eye shadow sama kuteks bening. Serius, segampang itu.
Rencananya aku akan menunggu sampai nanti siang pas bangun tidur, tapi aku benar-benar tak tahan lagi. Akhirnya aku lompat dari buaian selimut putri saljuku yang nyaman untuk membuat perubahan, er, maksudnya membuat nail polishku sendiri.
Kebetulan aku punya palet kadaluarsa yang berisi macam-macam eye shadow. Biasanya produk kosmetik apapun kalau udah kadaluarsa bakal langsung kucampakkan ke tempat sampah. Tapi palet ini, meskipun telah kadaluarsa bertahun-tahun, tetap kusimpan. Bukan semata karena aku merasa sentimentil dan nggak tega ngebuangnya. Tapi sedari dulu aku memang semacam selalu memiliki firasat kalau suatu hari, palet ini akan ada gunanya. Heuheuheu
Ini dia peralatan yang kusiapkan in no time. 

Palet kadaluarsa, kutekku yang terlalu princessy itu, silet buat nyongkel eye shadownya, sama tutup botol plastik buat wadah mencampurnya. By the way, astaga Pel, itu palet kok udah bulukan gutu? Ya namanya juga udah kadalurasa bertahun-tahun, kak. Maklum lah. Dan aku juga terlalu males buat ngebersihinnya, apalagi cuma biar kelihatan cantik di foto. Aku sih yakin dia lebih suka tampil apa adanya.
Eye shadownya dicungkil-cungkil, trus taruh di tutup botol. Ini aku nyobain warna biru tua.

Habis itu dihancurin. Ngehancurinnya harus sampai lembuuuut banget. kalau bisa sampai partikel debunya nggak kelihatan. Eh nggak ding. Intinya sih semakin lembut eye shadownya, semakin smooth hasil nail polishnya. Celakanya, eye shadow di palet ini termasuk jenis yang creamy. Jadinya agak susah dihancurkan. Selain itu juga aku nggak mengikuti anjuran wikihow. Wikihow bilang, eye shadownya masukin ke plastik, trus digerus selembut-lembutnya. I know, ribet kan? Aku terlalu malas untuk itu. Akhirnya, setelah aku merasa cukup capek menghancurkannya, langsung saja kukucurin nail polishnya kaya gini.

Sebenernya sih ya gaes, nail polisnya nggak harus yang bening kaya yang dibilang wikihow kok. Cuma nanti ngaruh di warna aja. Misalnya kamu punya kuteks warna kuning, trus kamu kasih eye shadow warna biru, nanti hasinya akan jadi hijau, gitu. Tapi kalau mau warna sesuai eye shadownya ya tiada lain harus pakai kuteks bening.
Setelah jadi, hasilnya kaya gini. Keunguan karena nail polish yang aku pakai kan emang pink meskipun too soft juga. 


Astaga Pel, kok jrendul-jrendul gitu? Yaa, itu karena aku kurang sabar tadi pas tahap ngehancurin eye shadownya. Makanya nggak bisa nyampur. Hahaha. Jadi kalian sebaiknya ikutin kata wikihow bener-bener yak. Kalau aku sih, apa boleh buat, keburu penasaran sih ini beneran bakal works apa enggak. Lagian, don’t worry, aku masih punya banyak stok eye shadow kadaluarsa buat nanti-nanti.
Oke, kalau sampai sini kalian bertanya-tanya eye shadow kadaluarsa bakal berbahaya apa enggak buat kuku, kalau buat orang normal mungkin berbahaya. Tapi untunglah aku Madgirl yang punya kuku super kebal. Aku pernah kutekan pakai cat mobil dan kami semua (aku sama kuku-kuku) baik-baik saja. Tapi ya sebaiknya kalian jangan tiru lah. Kalau mau bikin diy nail polish ya mending pakai eye shadownya yang belum kadaluarsa. Demi keamanan.
Karena hasil nail polishnya nggak rata, aku tahu apa yang akan terjadi kemudian. Bagian yang jrendul-jrendulnya bakal belepetan ke mana-mana. Dan aku jelas nggak mau dong, selimut putri saljuku sampai ternoda. Makanya aku memutuskan untuk mengoleskan top coat yang glittery itu. Dan jadinya seperti ini. 

Top coat selain menyelamatkkan selimut putri saljuku, juga berperan untuk melindungi kuteks dari goresan-goresan dan juga membuat kuteks menjadi lebih awet. Gitu sodarah.
Udah dulu ya. Nanti bakalan kuupdate kalau aku bikin warna-warna lain. Kalau ada di antara kalian yang setelah membaca ini malah makin pusing, tenang saja, itu artinya kalian normal.
UPDATE warna baru:
DIY nail polish black.


Love,
Madgirl


Disclaimer: kesemena-menaan dalam tulisan ini memang hanya diperuntukkan bagi Madgirl semata. Orang normal sebaiknya jangan meniru menggunakan produk kadaluarsa. Stay waras, people!
Share
Tweet
Pin
Share
No komentar
Newer Posts
Older Posts

About me

About Me

Aenean sollicitudin, lorem quis bibendum auctor, nisi elit conseat ipsum, nec sagittis sem nibh id elit. Duis sed odio sit amei.

Follow Us

  • facebook
  • twitter
  • instagram
  • Google+
  • pinterest
  • youtube

Categories

recent posts

Sponsor

Facebook

Blog Archive

  • Juni 2021 (2)
  • Mei 2021 (3)
  • Agustus 2020 (1)
  • Mei 2020 (1)
  • Maret 2020 (2)
  • Juni 2019 (2)
  • Maret 2019 (1)
  • Februari 2019 (2)
  • Januari 2019 (15)
  • Februari 2018 (1)
  • Januari 2018 (1)
  • Oktober 2017 (1)
  • September 2017 (1)
  • Agustus 2017 (4)
  • Juli 2017 (2)
  • Juni 2017 (3)
  • Mei 2017 (1)
  • April 2017 (2)
  • Maret 2017 (8)
  • Februari 2017 (10)
  • Januari 2017 (3)
  • Desember 2016 (6)
  • Oktober 2016 (4)
  • September 2016 (6)
  • Agustus 2016 (5)
  • Juli 2016 (3)
  • Juni 2016 (8)
  • April 2016 (1)
  • Maret 2016 (6)
  • Oktober 2012 (1)
Diberdayakan oleh Blogger.

Popular Posts

  • Mengganti Foto Profil di PayPal Aja Aku Nggak Bisa
  • YES PLEASE, FUCK ME!
  • Kumpulan Nasihat Buat Diri Sendiri
  • Ternyata Tiktok Enggak Seburuk yang Aku Bayangkan
  • Dream Book dan Mood Board: The Cheerleading Squad

Yang Nulis

Isthar Pelle
Lihat profil lengkapku

Created with by ThemeXpose | Distributed by Blogger Templates