• Home
  • About
  • Contact
    • Category
    • Category
    • Category
  • Shop
  • Advertise
facebook twitter instagram pinterest bloglovin Email

MADGIRL!




               Aku ketinggalan beritaaaa. Berita ini hebohnya sudah dari minggu kemarin. Yahh, kalau dipikir-pikir lagi sih, emangnya aku kapan enggak ketinggalan berita yak? Facebook bubble filter really do its job. Ngahahaha. Timeline isinya pilkada mulu, enggak ada gosip artisnyah. 

               Lhoo, jadi kali ini tentang gosip artis?? Yo’iiiih! Lah kok tumben ikut ngegosipin artis? Hahaha. Soalnya berita menghebohkan kali ini datangnya dari idola papa-papa muda sekaligus junjunganku sejak SD: Dian Sastro. Iya, Dian Sastro yang itu. Yang masih saja cinta Rangga meski sudah ditinggal tanpa kabar selama ratusan purnama.

               Oke oke, ada apa ini sama Mbak Dian? Mau bahas film barunya, Kartini ya?
               Nope! Kali ini Mbak Dian digosipin gara-gara sesuatu yang hiks, melukai perasaan segenap fansnya. Mbak dian menolak diajak foto bareng fans! Gara-gara itu Mbak Dian jadi dicap sombong. Makin parah ketika akhirnya banyak fans yang mengungkapkan kegetiran hatinya satu per satu. Ternyata banyak juga yang pernah ‘digituin’ sama Mbak Dian. Ditolak foto bareng, diketusin, ditolak cintanya, dijudesin, disombongin, dan banyak lagi deh. Akan tetapi, benarkah demikian??? *jeng jeng jeng jeng

               Melalui akun instagramnya, Mbak Dian sudah memberikan klarifikasi mengenai insiden itu. Katanya, kejadian yang sebenarnya enggak seperti yang terlihat di video. Oyaa, di video kelihatannya Mbak Dian menepis tangan fans yang minta foto (teganya dirimu mbaaak). Menurut Mbak Dian, waktu itu Mbak Dian kaget karena tiba-tiba ada yang megang dari belakang. Jadi refleks aja gituh.


               Selain itu, Mbak Dian juga menjelaskan kalau memang begitulah habit blio. Kalau sedang di luar jam kerja (nggak di acara show, jumpa fans, peluncuran film, dan acara resmi lain berkaitan dengan profesi keartisannya), Mbak Dian memang menolak untuk diajak foto bareng. Lhaa, waktu itu lagi pengen jadi orang biasa je. Bahasa gampangnya lagi pengen liburan.

               I understand this, completely. Pertama, jangankan Mbak Dian. Blogger yang level ketenarannya belum seberapa (followers instagram juga nggak nyampe tiga rebu) aja ada kok yang sombong. Kalau ada ‘fans’ yang komen enggak ditanggapi sama sekali, pura-pura nggak liat. Sibuk? Enggak ah, wong komen yang masuk juga cuma itu satu-satunya. Sempet update status juga berkali-kali. Ya emang mungkin karena menganggap si ‘fans’ yang meninggalkan jejak ini bukan siapa-siapa. Nggak ngasih pengaruh yang signifikan kalau ditanggepi juga. Padahal si ‘fans’ ini setia banget bacain tiap blogpostnya lhoo.

               Kedua, aku sendiri membayangkan kalau aku yang jadi public figure, pasti pengen lah sekali-kali hidup sebagai orang biasa. Terus-terusan jadi pusat perhatian itu melelahkan, tau. Apalagi buat orang dengan kualitas seperti Mbak Dian yang cantiknya ngedab-edabi. Terus-terusan mempesona dan jadi gumunan orang itu lelah, kak.

               Belum lagi mempertimbangkan faktor misalnya memang lagi nggak mood, atau lagi PMS, atau suasana hati emang lagi nggak ceria, atau capek fisik karena belum tidur semalaman, dll. Banyak banget faktornya.

               Masalahnya, masalahnya, masalahnya, bukankah memang begitu seharusnya? Bukankah itu risiko yang harus diambil setiap public figure? Apalagi sosok seperti Mbak Dian, yang sempurna banget yawlaaaa. Cantik, pinter, dapet peran di film selalu yang bagus-bagus, tokoh utama yang sempurna, dan seterusnya. Siapa juga yang nggak mengharapkan keramah-tamahan dari bliaw? Ya wajar aja kalau di kehidupan nyata Mbak Dian pas lagi pengen ‘liburan’ trus menolak foto bareng itu orang-orang pada kaget. Soalnya ekspektasinya ya Mbak Dian itu baik hati. Itu sudah.

               Memang ada sih, artis-artis itu yang emang asli baik hati penyayang fans ramah tamah dan bersedia dengan wajah ceria diajak foto bersama kapanpun. Nggak peduli waktu itu lagi santai-santai liburan. Sekalipun fansnya jelek dan dekil dan belum mandi akibat perjalanan panjang.

Contohnya, Om Ahmad Albar. Jadi ceritanya waktu itu Ibing ke Jakarta naik kereta dan pas nyampe stasiun pagi-pagi buta itu ketemu Ahmad Albar lagi ngerokok di sebelahnya. Sebagai anak yang digedein oleh penggemar God Bless garis keras, Ibing nggak menyia-nyiakan kesempatan, minta foto bareng. Dan Om Ahmad Albarnya langsung mengiyakan dengan ceria.

Sekali foto? Enggak. Bedebahnya, hapenya Ibing itu kameranya paraaah banget. Hahahaha. Jadi foto itu blur terus sampai diulang berapa kali cobaa? Tiga kali! Itupun baik banget, Om Ahmadnya yang ngerangkul Ibing malahan. Trus terakhirnya, setelah tiga sesi pemotretan yang melelahkan itu masih sempet-sempetnya nanya “Gimana? Udah bagus belum? Kalau belum ulangi lagi aja.” Klean bayangkan dong! Keren kan? Kelak, kalau aku femes aku akan seramah itu pada fans. Janji! :D

Tapi yaa namanya orang beda-beda sih. Mbak Dian punya banyak pertimbangan sendiri seperti misalnya, kalau lagi jalan-jalan sama anak ya maunya berperan jadi ibu saja. Mencurahkan perhatian sepenuhnya pada anak, dan banyak hal lain yang mungkin nggak bisa Mbak Dian jelaskan.

Aku nggak bisa memahami gimana perasaan fans-fans yang terabaikan ini sih (ya maap). Aku sendiri bukan anak yang sering ngefans artis sampai minta foto-foto. Kalau papasan sama artis dan teman bisik-bisik norak pun aku palingan cuma bilang “Oh,” hahaha. Serius. Habisnya menurutku foto bareng artis itu nggak ada artinya. Kecuali orangnya emang legend banget sih. Tapi kalau seandainya aku ketemu artis idolah, minta foto, lantas ditolak, aku akan memahami penolaknnya. Bukannya dendam dan kemudian jadi benci. Kenapa? Karena sesungguhnya yang kuidolakan toh bukan sosok orangnya, tapi karyanya. Eyaa.

Soal Mbak Dian, meskipun banyak yang mengaku kecewa, aku biasa aja. Soalnya sama kaya yang barusan kujelasin di atas, kalau ketemu mbak Dian misalnya di pasar lagi belanja sayur gitu, aku paling biasa aja. Nggak bakalan minta foto. Hahaha. Lagian aku udah terbiasa nggak berekspektasi sama orang. Jadi biar aja lah Mbak Dian kerja pada waktunya kerja, jadi perempuan biasa pas nggak kerja. Beda soal kalau nanti Mbak Dian main film dan actingnya jelek, nha baru kita bicara. Kritik kerjaannya.

Menurutku, pilihan sikapnya yang seperti itu (memisahkan urusan professional dengan urusan pribadi) sangat sangat  sangat bisa dipahami kok. Meskipun emang berisiko sih. Banyak gitu yang bilang kalau Mbak Dian juga suka judes bin ketus, tapi yaa yang namanya hartees juga manusia gaes. Ada lelahnya. Kita aja yang bukan siapa-siapa ini kadang butuh waktu buat me time kan? Nha, Mbak Dian juga sama.

Gimana Mbak Dian, aku sungguh cerminan fans yang pengertian bukan? Meskipun yang Mbak Dian lakukan itu jahat, aku nggak ikut-ikutan benci. Hahaha. Mungkin saran aja dikit kalau bole, kalau menolak fans, tolaklah dengan baik-baik. Jangan pakai bahasa ketus yang bisa bikin hati kami-kami yang lemah ini berantakan. Nha, soal udah dijelasin baik-baik tapi fansnya tetep maksa atau malah marah-marah, ya itu berarti merekanya aja yang norak. Ndak usah diambil hati.

Tapiih, alangkah lebih baik lagi, nggak ada salahnya lho mbak, sungguh nggak ada salahnya kalau Mbak Dian senantiasa ramah dan bersedia diajak foto bareng. Soalnya foto bareng itu berapa lama sih palingan? Nggak nyampe dua menit lah yah.

Tetep semangat ya mbak! Orang-orang memang berkekspektasi yang baik-baik tentang Mbak Dian, dan itu bukan salahmu, sungguh. Kalaupun habis ini jadi ada yang benci Mbak Dian, ya itu risiko atas pilihan yang Mbak Dian ambil. Toh segala sesuatu memang ada risikonya.

Kalaupun semua orang di barisan fans Mbak Dian rontok, tenang saja, masih ada aku yang terlanjur padamu.  Sekian dan salam sayang. :*
Share
Tweet
Pin
Share
No komentar

Bukan Kartini. :D


               “Sik, Pel. Yang kamu maksud itu “Yang harus dilakukan cewek masa kini?” Kenapa pakai Kartini? Kan nggak semua cewek namanya Kartini. Dan nggak lantas semua cewek bisa disebut sebagai Kartini. Bisa jadi ada yang Cut Nyak Dien, Dewi Sartika, dan seterusnya.” 

               “Seriously? You bring this up right now? Aku pakai Kartini untuk mewakili cewek-cewek di sini ya semata karena ini adalah hari Kartini. Gitu aja kok ndak mudeng to, kamu?”

               “Tapi kenapa Kartini, Pel? Kenapaaaaa?”

               Oke, oke. Ini memang sering jadi perdebatan (meski di time line tahun ini nggak kelihatan sih perdebatannya. Tenggelam sama Pilkada DKI). Kenapa yang dirayakan itu hari Kartini bukan pahlawan yang lain? Siapa yang lebih pantas untuk menjadi pahlawan? Yang surat-suratan atau yang angkat senjata?

               Gini ya, bukan soal mana yang lebih baik mana yang lebih hebat. Yang angkat senjata tentu saja keren sekali. Ibaratnya nggak hanya koar-koar soal emansipasi, tapi malah praktik langsung. Itu kan luar biasa. Tapi aku sendiri nggak bisa berhenti kagum pada sosok R.A Kartini. Kenapa? Waktu itu, di masa itu, dia berani berpikir, berani punya pilihan, berani punya keinginan, berani membuat perubahan. Ini akhir tahun 1880an lhoo. Di tengah keluarga dan masyarakat yang adatnya masih yaa gitu deh. 
 
               Dari sekian banyak sifat Kartini, berani berpikir ini lah yang paling menginspirasiku. 

               Nha sekarang sudah beda jaman. Bisa dibilang kita jauh lebih beruntung daripada Kartini. Sekarang akses pendidikan sudah gampang. Perempuan bisa jadi apa saja. Tentu saja masih bayak diskriminasi di sana sini, tapi tetap saja masih jauh lebih gampang dibanding jamannya Kartini. Ada begitu banyak kesempatan untuk kita mengembangkan diri. 

               Kalau udah kaya gitu, sungguh keterlaluan kalau kitanya nggak memanfaatkan semua kemudahan ini dengan sebaik-baiknya. Tapi, ingat, beda jaman, beda lagi tantangannya. Jaman sekarang perempuan nggak hanya dihadapkan pada masalah seperti dipingit dan dijodohkan, tapi hal-hal lain yang jauh lebih kompleks. 

Makanya menurutku, Kartini masa kini perlu melakukan hal-hal berikut ini:

Berani Berpikir dan Memiliki Pilihan Sendiri

               Kenapa tadi aku bilang kalau di antara sekian banyak sifat Kartini, yang satu ini yang paling menginspirasi? Karena buktinya, sampai sekarang pun masih bwanyaaaaak orang yang nggak berani berpikir. Serius. Sekedar berpikir aja nggak berani, weh. Apalagi punya pilihan sendiri? 

               Orang-orang kaya gini hidup ya cuma hidup saja gitu. Membiarkan semua orang lain (orang tua, pacar, suami, dst) mengambil keputusan-keputusan untuk hidupnya. Trust me, I’ve been there. Dan itu sakit, melukai harga diriku sampai ke tulang-tulang. Padahal cuma bentar aku mengalaminya. 

               Selalu membiarkan orang lain untuk mengambil keputusan untuk kita itu ada dampak jangka panjangnya yang nggak baik buat kesehatan mental. Bisa jadi kita merasa lemah, nggak punya harga diri, nggak berguna, dst. 

               Ini beda lho ya dengan minta pendapat. Kalau minta pendapat sih wajar. Misal saja takut terburu-buru mengambil keputusan, pengen tahu kalau dari sudut pandang orang lain gimana, ada unsur ‘godaan yang melenakan sehingga bikin kita nggak bisa berpikir logis’ enggak di pengambilan keputusan itu, dst. Minta pendapat misalnya “Aku enaknya kuliah ambil IT apa seni tari ya? Soalnya aku passionate di dua-duanya,” atau “Aku ditawari promosi jabatan. Tapi harus pindah ke luar kota. Kenaikan gajinya nanti worth it nggak ya sama biaya hidup di sana? Tapi pasti dapet banyak pengalaman tambahan sih. Menurut kamu gimana?”

Sementara yang namanya membiarkan orang lain yang mengatur hidup kita itu misalnya gini, “Udah, ntar kamu sekolah di sini, ambil jurusan ini, kerja jadi ini, umur segini nikah sama si anu,dst.” Dan udah, iya-iya aja. Emang masih ada, Pelle cewek jaman sekarang yang kaya gitu? Banyaaak. Kalau ditanyain “Eh, ntar habis ini kamu mau ngapain? Rencana hidupmu apa?” Cuma dijawab “Mengko aku manut ibuk.” Hehehe. 

Jadi gitu, beranilah berpikir dulu. Kalau berpikir sudah berani, pastikan kalau apapun yang kamu jalani dalam hidup ini memang pilihanmu. Kamu suka menjalaninya. Bukan terpaksa karena dipilihkan oleh orang lain. Misalnya, kalau kamu suka dandan, ya jadilah beauty blogger/vlogger, jadilah MUA professional karena kamu memang menikmati aktivitas itu. Bukan karena “Cowok-cowok suka cewek yang pinter dandan.”

Kalau kamu sukanya dangdut koplo ya go ahead, dangdutan. Nggak usah jaim hanya karena gebetanmu dengerinnya Testament sama Dying Fetus. Opo kui, Pel? Band metal lah, mosok orkes melayu?

Belajar Mandiri

               Yes! Yes! Yes! Please, educate yourself. Jaman sekarang belajar jauh lebih gampang. Apalagi buat kalian yang cerdas atau seenggaknya IQnya normal. Aku yang IQnya di bawah rata-rata aja berusaha keras lhoo. 

               Jaman sekarang bacaan ada banyak. Yang jualan buku bekas murah meriah ada banyak. Yang jual buku baru dengan diskon gede juga ada banyak. Online, offline, wes, milih sak kapokmu. Mau belajar apa aja juga di jagat internet ini ada banyak banget. Kalau ada yang bingung dan nggak ngerti, tanya sama orang yang lebih ngerti. Jaman sekarang banyak kok orang baik yang bagi-bagi ilmu secara gratis. 

               Ingaaaat, pilihan bacaan banyak, pilih yang emang berkualitas. Jangan sampai menghabiskan waktu hanya untuk menjejalkan sampah ke dalam kepala. Bacaan yang sifatnya sekedar rekreatif tapi bagus juga banyak kok. Baca-baca review dulu, baca rekomendasi dari temen yang selera bacaannya sadis. Kartini aja dulu baca Max Havelaar sama Surat-Surat Cintanya Multatuli lho. Kamu gimana? Aku sih belum. T_T

               Pendidikan itu bekal yang paling penting sepenting-pentingnya. Nggak harus lewat jalur pendidikan formal. Nggak harus dapet gelar. Yang penting belajar terus, jangan putus. Ingat, tampang buruk rupa bisa dipoles makeup. Otak kosong mau kamu tutupi pakai apa? 

Mempersiapkan Keamanan Finansial

               Yak, ini udah lain temanya. Tapi tak taruh di poin ke tiga karena masih banyak cewek yang nggak ngeh. Girls, nabung girls! Investasi! 

               Bukan berharap yang jelek-jelek sih ya, tapi kata orang bijak, preparing for the worst is important. Jangan hanya karena suamimu kaya raya trus kamu tenang-tenang aja. Semuanya bisa terjadi. 

              Bahkan kalau kamu sendiri kerja pun, jangan sampai lupa menyisihkan sebagian penghasilanmu buat investasi. 

               Banyak pilihan investasi. Biasanya di bank-bank ada pilihan tabungan berjangka yang dilock selama beberapa tahun, ada deposito, reksa dana, dll. Kalau aku pribadi agak nggak terlalu suka investasi model ini. Karena duitku belum banyak. Jadi bunga yang didapat kaya nggak ada artinya, perkembangannya lambat. Untuk saat ini aku masih puterin duit ya buat modal lagi biar usahanya gede. Hehe. Tabungan berjangka semata untuk jaga-jaga aja. Dana darurat.

               Kalau kamu milih investasi model ‘taro uang’, pastikan kalau bunganya minimal 15% biar nggak tergerus inflasi (ini kata Mbak Icha, hahaha). Itupun ada risikonya lagi soalnya setahuku dulu OJK hanya melindungi investasi dengan bunga maksimal 7,5%. Ah, makanya aku nggak suka investasi jenis ini. Lelet aja kebanyakan syarat. Ini tu cocok buat yang yah, duitnya emang bener-bener banyak banget aja. Kalau nggak main saham aja lah mendingan. Tapi aku juga nggak ngerti sih. Kalian belajar sana sama yang pakar.

               Atau bisa juga investasi logam mulia, atau beli-beli aset (tanah, rumah, apartemen, kos-kosan). Sebahagiamu aja mau yang mana, soalnya kebutuhan tiap orang pasti beda. Yang penting, pikirin ini dengan serius: nabung dan investasi. Itu buat masa depan.

Kalau aku sih masih fokus dulu buat modal ngembangin usaha, ntar berkembang dan punya aset di mana-mana sehingga aku bisa leluasa keliling dunia naik camper van sedang penghasilan tetap mengalir deras. Amin. 

Mampu Bertahan Hidup di Alam Liar

               Ini sekali lagi bukan doain yang jelek-jelek ya, tapi kita harus siap di segala situasi. Akhir-akhir ini suasana perang-perangan di negara-negara rawan konflik udah makin panas aja. Rusia udah bikin robot tempur dengan AI kaya Chapie untuk persiapan PD III yang mereka percaya bakal pecah bentar lagi. Kalau nanti beneran terjadi, kemampuan survival ini sangat penting nomer satu. 

               Sebagai cewek kita harus punya fisik yang kuat. Itulah kenapa sekarang aku memaksakan diri rajin olahraga. Bukan hanya biar punya body yang “O my gosh!” aja, tapi biar fisiknya kuat. Nggak gampang sakit, nggak gampang capek. 

               Selain itu, kita juga harus belajar bercocok tanam dan mengenali jenis-jenis tumbuhan yang bisa dimakan sama enggak di hutan. Ini penting kalau misalnya kita harus mengungsi dan bersembunyi di hutan-hutan. 

               Buat aku pribadi ini juga masih PR banget sih. Hla wong ngebedain tumbuhan rimpang-rimpangan aja pengetahuanku sebatas “Pokoknya kalau nunyit itu kuning, jahe dari baunya.” -_-

Bela Diri

               Yup! Jaman sekarang yaa, ancaman kejahatan ada di mana-mana. Kita bisa teriak hukum pemerkosa, hentikan pelecehan seksual, tapi bedebah-bedebah kaya gitu masih juga berkeliaran di mana-mana. Makanya memiliki kemampuan bela diri ini penting banget.

               Pas SMP dulu aku pernah belajar Tae Kwon Do. Sayang seribu sayang, waktu itu tempat latihannya tutup karena bangkrut. Dan habis itu aku nggak latihan apa-apa lagi. Hiks hiks hiks. 

               Tapi aku sering ‘latihan’ sama Ibing. Gimana caranya membela diri kalau misalnya ada cowok yang kurang ajar. Tapi latihan ini hanya berfungsi kalau kitanya punya refleks yang bagus dan nggak panikan. Sedangkan aku anaknya suka lelet gitu memroses segala sesuatu. Kalian bisa baca contoh kejadiannya di postinganku yang ini. 

               Tapi seenggaknya, punya bekal masih jauh lebih baik daripada nggak sama sekali. PRku sekarang adalah gimana biar bisa respon cepat dan nggak panik. Itu!

Saling Dukung Sesama Cewek

               Ini nih. Pernah nggak, kamu masuk ke suatu ruangan dan langsung mendapatkan tatapan nggak suka dari orang yang baru ketemu sekali itu? Padahal kamunya nggak salah apa-apa? 

               Memang ada sih cewek-cewek kaya gini. Yang suka banget ngebanding-bandingin dirinya sendiri sama penampilan cewek lain. Tapi gara-gara itu malah jadi merasa insecure sendiri dan ujung-ujungnya benci sama si cewek lain ini. 

               Aku dulu punya temen yang kaya gini. Tiap kali lihat cewek lain ngapaiiin gitu, dia pasti akan komen nyinyir. Pasti. Selalu. 

               Padahal lho, temenku ini bisa dibilang hidupnya sempurna. Cantik, kaya raya, punya pacar yang cakep , pengusaha muda juga kaya raya, dianya sendiri fashion desainer berbakat, trus banyak cowok yang mengagumi dia karena penampilannya yang selalu sempurna di situasi apapun. Bahkan sekedar ke warteg saja dia dandan dulu. Cantik dan wangi. 

               Singkatnya sih, kalau di bandingin dia, aku ini bagaikan secarik kain lap di dapur. Kumel, nggak berarti. Tapi herannya, dia sukaaaa banget nyinyirin cewek lain. Misalnya pas lagi makan bareng trus ada cewek duduk di meja seberang gitu, dia akan komen “Yaampun, mbak, liatin deh. Bajunya dia nggak cocok banget ya, mix and match nya?” atau “Itu cewek jelek kaya gitu kok bisa gandengan sama cowok cakep sih?” dan lain-lain semacamnya. 

               Oke, itu temenku yang menilai segala sesuatu dari penampilan. Bagaimana dengan cewek-cewek cerdas yang pulangnya lebih malam dan mainnya lebih jauh? Sama aja ternyata. Masiiih aja suka nyinyirin cewek lain dengan standar dia sendiri. 

               “Kok si A gini ya? Kalau aku sih gini, kalau aku gitu, bla bla bla.” Anehnya, komen-komen kaya gini muncul justru dari cewek yang mengaku sebagai feminis. Yo’ih! Ngakunya feminis, aktif di aktivitas-aktivitas feminisme, tapi masih doyan ngegosipin cewek lain (yang kadang hanya kenal dari luarannya aja) dan ngasih panggilan seperti “Janda gatel,” “Kimcil murahan,” dll. Siapa yang seksis sekarang? *nangis

Seenak jidat menjudge cewek lain, merasa dirinya paling benar, paling mandiri, paling feminis, paling keren sejagat raya. Dan, menurut dia, cewek-cewek lain sudah semestinya menjalani laku hidup persis plek kaya yang dia lakukan. Ngahahaha. 

               Mbak, plis ya, orang itu beda-beda. Menjalani proses sendiri-sendiri. Kita nggak punya kemampuan untuk menghakimi orang lain hanya dengan melihat yang terjadi di luaran. Kemampuan aja nggak punya, apalagi hak. Kita nggak tau, apa aja yang sudah dilaluinya sepanjang hidup. Kamu keren, iya. Tapi bukan berarti semua orang harus mengambil sikap dan pilihan-pilihan yang sama sepertimu. Apalagi kalau orang mengambil cara yang berbeda dan kamu serta merta mencapnya salah. 

               Girls, beneran lho ini. We’re supposed to support each other, bukan malah nyinyir dan salah-salahan. Kalau ada cewek lain yang sukses, berbahagialah. Ambil inspirasi dari dia. Kalau ada yang lagi terpuruk, bantu, kuatkan, kalau nggak bisa bantu ya seenggaknya udah diem aja, jangan malah negledek atau ngomongin di belakang. 

               Feminisme itu nggak harus muluk-muluk kok. Menghargai diri sendiri sama bersikap adil ke sesama cewek aja dulu. Saling dukung. Itu dulu.  Menurutku sih.

               “By the way, ngasih nasihat panjang lebar gitu, kamu sendiri sudah melakukan hal hebat apa, Pelle?”
               “Aku menjadi diri sendiri.” *senyum
Share
Tweet
Pin
Share
No komentar
Newer Posts
Older Posts

About me

About Me

Aenean sollicitudin, lorem quis bibendum auctor, nisi elit conseat ipsum, nec sagittis sem nibh id elit. Duis sed odio sit amei.

Follow Us

  • facebook
  • twitter
  • instagram
  • Google+
  • pinterest
  • youtube

Categories

recent posts

Sponsor

Facebook

Blog Archive

  • Juni 2021 (2)
  • Mei 2021 (3)
  • Agustus 2020 (1)
  • Mei 2020 (1)
  • Maret 2020 (2)
  • Juni 2019 (2)
  • Maret 2019 (1)
  • Februari 2019 (2)
  • Januari 2019 (15)
  • Februari 2018 (1)
  • Januari 2018 (1)
  • Oktober 2017 (1)
  • September 2017 (1)
  • Agustus 2017 (4)
  • Juli 2017 (2)
  • Juni 2017 (3)
  • Mei 2017 (1)
  • April 2017 (2)
  • Maret 2017 (8)
  • Februari 2017 (10)
  • Januari 2017 (3)
  • Desember 2016 (6)
  • Oktober 2016 (4)
  • September 2016 (6)
  • Agustus 2016 (5)
  • Juli 2016 (3)
  • Juni 2016 (8)
  • April 2016 (1)
  • Maret 2016 (6)
  • Oktober 2012 (1)
Diberdayakan oleh Blogger.

Popular Posts

  • Mengganti Foto Profil di PayPal Aja Aku Nggak Bisa
  • YES PLEASE, FUCK ME!
  • Kumpulan Nasihat Buat Diri Sendiri
  • Ternyata Tiktok Enggak Seburuk yang Aku Bayangkan
  • Dream Book dan Mood Board: The Cheerleading Squad

Yang Nulis

Isthar Pelle
Lihat profil lengkapku

Created with by ThemeXpose | Distributed by Blogger Templates