• Home
  • About
  • Contact
    • Category
    • Category
    • Category
  • Shop
  • Advertise
facebook twitter instagram pinterest bloglovin Email

MADGIRL!


Hubungan di sini maksudnya dalam konteks asmara ya. Pacaran gitu. Hahaha.

Suatu hubungan itu butuh banyak faktor biar bisa berhasil dan kedua belah pihak merasa bahagia. Ini aku nggak lagi ngomongin syarat ya. Yang percaya kalau cinta itu tak bersyarat, silakan. Atau yang mau ngegombal bisa menerima dan mencintaiku apa adanya juga silakan aja. Haha.

Aku pribadi merasa aku saat ini sedang nggak bisa menjalin hubungan (asmara) dengan siapapun karena alasan-alasan berikut ini:

Mentally Unstable


Ini mungkin alasan paling besar dan paling utama yang bikin aku nggak bisa menjalin hubungan. Secara mental, aku belum stabil. Kadang-kadang aku bisa stabil dan berfungsi normal seperti biasa sih, tapi kadang aku kumat lagi. Kalau kumat bisa macem-macem kelakuannya. Tantrum, nangis nggak jelas kayak balita, merengek manja memelas, merasa terzalimi, menyakiti diri sendiri, dsb.

Yhaa, aku juga pengennya stabil terus lah pastinya. Siapa juga yang suka jadi kenthir. Tapi nggak tahu. Kadang aku bisa tenang banget, santai, kuat, dan nggak terpengaruh. Tapi kadang masalah sepele banget aja bisa men-trigger aku dan bikin aku jadi suicidal lagi.

Mungkin kalau ada orang yang beneran mencintaiku tanpa syarat, hal ini nggak akan jadi masalah dan dia akan mengambil risiko itu. Tapi aku sendiri sadar kelakuanku yang kayak gini tuh melelahkan.

Jangankan orang lain, wong aku sendiri juga capek kok ngerasainnya. Makanya kalau aku menjalin hubungan sama orang itu aku malah merasa kasihan. Dia mungkin akan berusaha membahagiakan aku dan nolongin aku biar sembuh. Tapi kemungkinan besarnya, selama proses itu, dia sendiri akan merasa nggak bahagia dan malah ketularan stress juga. Wkwk.

Belum Cukup Mencintai Diri Sendiri


Oke, aku emang narsis dan aku sering mempromosikan self love. Itu memang iya. Dan aku mencintai diriku sendiri kok, kalau lagi normal. Kalau lagi kumat kadang aku benci diri sendiri. Itulah kenapa poin nomor satu itu jadi masalah utama. Hahaha.

Jadi gini, mencintai diri sendiri itu syarat utama sebelum menjalin hubungan dengan siapapun. Kalau kita udah cukup mencintai diri sendiri, kita nggak akan merongrong pasangan, memaksa mereka untuk melimpahi kita dengan kasih sayang biar kita merasa dicintai. Singkatnya, kalau kamu udah cukup mencintai dirimu sendiri, ada dia kamu bahagia, nggak ada dia juga kamu tetep bahagia.

Nah, aku belum bisa kayak gitu. Jujur aja aku merasa kesepian. Dan ini alasan kenapa aku justru nggak mau ada orang yang mengisi kesepian itu. Karena begitu orangnya pergi, aku akan kehilangan pegangan. Aku udah pernah mengalami ini.

Dan rasanya jahat juga sih, mengundang orang datang ke kehidupanku cuma buat mengisi kesepian dan menambal yang kosong. Secara otomatis aku akan menuntut orang itu untuk membahagiakanku. Dan ketika ternyata aku masih nggak bahagia (karena akunya belum cukup mencintai diri sendiri), aku akan menyalahkan orang itu dan menganggap dia nggak mampu membahagiakan aku. Kan jahat banget.

I’m Broke


Emang ya, nggak harus kaya raya dulu kalau cuma mau pacaran. Tapi kondisiku sekarang ini bisa dibilang lagi nggak punya apa-apa. Aku malesnya, kalau aku berhubungan sama orang, aku trus akan minta-minta dari dia. Atau dikasih-kasih.

Oke, aku emang sering becanda soal matre, tapi itu cuma becanda ya, my lof. Banyak aja yang percaya beneran. Haha. Faktanya, aku malah jarang banget minta uang, hadiah, barang, atau apapun ke pasangan. Aku terlalu gengsi untuk itu.

Bahkan makan dibayarin pun, kalau besoknya aku punya uang, aku akan gantian traktir. Kalau bisa yang lebih mahal. Hahaha.

Dan berdasarkan pengalaman sih, selama aku punya uang aku malah maunya yang bayar-bayarin.
Nggak tahu. Aku merasa kayak ada harga diri di situ. Jadi biar pasanganku nggak bisa berbuat semena-mena atau nuntut aku melakukan hal-hal yang aku nggak mau lakukan hanya karena dia yang bayarin makanan. Heuuft.

Dan buatku, mandiri finansial itu penting banget nomor satu. Nggak peduli punya pasangan atau enggak, kalau finansial aman, hati tentram. Itu udah pengetahuan umum lah ya.

Nah, kalau lagi nggak kaya kayak sekarang, menurutku mending sendiri daripada berpasangan dan jadi kayak harus ‘ditolong’ banget gitu.

Ini kalau pacaran serius pakai acara jatuh cinta dan komitmen ya. Kalau cuma kencan asal-asalan sih, beda lagi. Nggak usah terlalu ribet dipikirin juga.

“Tapi kok kamu suka banget becandaan soal matre, Pel?”

Iya, sengaja. Salah satu alasannya buat mengusir cantik cowok-cowok biar nggak pada deketin aku. Hehe. Alasan lainnya, emang ada benarnya. Aku emang suka uang dan hal materialistik lainnya. Cuma maksudnya, aku maunya aku yang punya gitu lho. Aku aja yang kaya. Bukannya trus mau cari pasangan yang udah kaya raya biar aku dimanjain dan aku nggak usah kerja selamanya gitu, bukaaan. Kalau kayak gitu trus letak keseruannya di mana? Ntar aku jadi nggak keren dong.

Tapi kalau misal mau ngebantu buat aku mewujudkan impianku misalnya, ya enggak apa-apa. Ntar kalau uangnya berkembang dan aku jadi kaya raya, aku balikin deh modal awalnya. Kembaliannya ambil sekalian! Wkwkwk.

Kayaknya itu aja sih gaes, alasan utama kenapa sebaiknya aku untuk sementara nggak menjalin hubungan sama siapa-siapa.

Intinya,aku nggak mau malah nyalahin pasanganku karena aku nggak bahagia. Kebahagiaanku bukan hanya tanggungjawab dia. Aku juga nggak mau malah jadi beban yang nyusahin dan ngerepotin. Aku udah pernah mengalami itu, dan aku masih merasa bersalah sampai sekarang.

Tapi aku cukup belajar dari masa lalu. Sekarang, dari pada mengharap disayang orang, aku mending berusaha gimana caranya jadi keren lagi. Mandiri, hebat, pede, semangat, dan lain sebagainya.

Kalau misal nanti aku ketemu orang yang bikin aku jatuh cinta dan kondisi kami siap dalam segalanya, kami sama-sama dewasa (dalam segala hal), dan stabil, baru mungkin aku akan mempertimbangkan kemungkinan menjalin hubungan. Hehehe.

Gitu aja sih. Intinya, buatku relationship itu saling, dan bukannya aku aja yang minta dipenuhi semua kebutuhannya sama orang yang sempurna. Pfffft.

Btw, ini pandangan dan pilihan pribadi ya. Kalau ada di antara pembaca sekalian yang berada dalam situasi yang sama kayak aku tapi memutuskan untuk mencari pasangan, aku nggak melarang.

Thank you so much for reading this nonsense! I’ll see you later, byeee!
Share
Tweet
Pin
Share
2 komentar
Bukan penampakan. Cuma thumbnail video youtubeku doang. Kok burem? Yha. Cause I'm Madgirl! -,-

Sebenernya ya, aku udah nggak mau ngecover lagunya Billie Eilish lagi. Bukannya apa-apa. I love Billie, dan aku suka hampir semua lagunya. Cuma tadinya udah nggak mau ngecover lagi karena aku kasihan sama Billie. Lagunya bagus-bagus malah aku rusak. T__T

Tapi akhirnya aku ngecover lagu ini juga. Meski lagu ini udah lama keluarnya, tadinya aku nggak mau ngecover. Emang sengaja nggak mau karena menurutku ini lagu susah karena aslinya duet dan yhaa gitu deh. Intinya, tadinya aku nggak mau ngecover lagu ini meski aku suka.

Sampai kemudian, kemarinan ini aku dengerin lagi dan untuk pertama kalinya aku bener-bener mencermati liriknya.

Trus aku yang … “Billie Eilish ini apa kembaranku ya? Kok pikiran kami bisa sama?”
Trus lanjut dengan … “Ini lagu apa emang ditulis buat aku? Kok bisa pas?”
Yang berlanjut lagi dengan … “Ini lagu nyontek dari pikiranku ya?” Hahaha.

Habisnyaaa. -,- Ini ya, liriknya aku mau tulis sekaligus terjemahin ngawur dan komentarin kenapa kok bisa relatable sama keadaanku sekarang.

Lirik Lagu Lovely – Billie Eilish

Thought I found a way, thought I found a way, yeah >> kirain aku udah nemu jalan. Kirain.

But you never go away, so I guess I gotta stay, now >> tapi kamunya nggak pernah pergi, jadi aku juga diem dulu aja sekarang. >> Ini tuh aku merasa kayak keadaanku sama mantanku. Berapa kali aja aku pengen pergi dari dia. Tapi akhirnya aku selalu yang “Kamu udah baik banget nggak pernah ninggalin aku selama ini.” Trus akhirnya nggak jadi . ._.

Oh, I hope someday I’ll make it out of here >> aku hampir setiap saat mikir kayak gini. Suatu hari nanti aku akan keluar. Suatu hari nanti aku akan pindah. Suatu hari nanti aku nggak akan di sini. Suatu hari nanti aku akan memulai kehidupan baru, dst.

Even if it takes all night or a hundred years >> nggak peduli butuh waktu semalam atau seratus tahun. Intinya aku yakin suatu hari itu akan terjadi.

Need a place to hide, but I can’t find one near >> aku tuh pengen pindah. Ke mana aja. Tapi nggak yang nemu-nemu tempat gitu lho. Heuuuft.

Wanna feel alive, outside I can fight my fear >> tepat sekali! Aku selalu merasa sebenernya aku nggak bisa ngapa-ngapain tuh karena aku terjebak aja di sini. Terjebak sama apa coba? Zona aman dan nyaman. Aku mungkin emang merasa aman, tenang, dan relatif bahagia, tapi aku nggak merasa bener-bener hidup. Hidup yang hidup! Sementara aku tahu banget kalau aku keluar di sini, aku akan mampu mengatasi ketakutan-ketakutanku.

Isn’t it lovely, all alone? >> sendirian itu menyenangkan, bukan? Mungkin. Aku nggak keberatan sendirian. Meski ya kadang aku merasa kangen juga ada yang meluk sambil ngajak ngobrol gitu. Haha.

Heart made of glass, my mind of stone >> bagian ini nih yang bikin aku yakin banget kalau lagu ini dicontek dari kepalaku. Karena aku sering banget ngomong kayak gini. Kepalaku terbuat dari batu (atau titanium) tapi hatiku terbuat dari kaca. Sebentar-sebentar pecah.

Tear me to pieces, skin and bone. Hello, welcome home >> robek-robek adek jadi kecil-kecil, Baaang! Sampai kulit dan tulang-tulangnya sekalian >> Jujur aja aku nggak mudeng sama bagian ini dan mungkin satu-satunya bagian yang aku nggak merasa related (karena nggak mudeng itu tadi).

Walking out of town, looking for a better place >> haha. Ini iya banget. Aku mikir-mikir terus mau pindah ke kota mana. Jogja? Solo? Malang? Bandung? Bali?

Something’s on my mind, always in my headspace >> ada yang selalu aku pikirin nih. Pokoknya ada terus di kepalaku. Huhu.

Trus ulang lagi tuh pre chorus sama chorus.

Intinya ya, aku merasa lagu ini sesuai banget sama keadaanku sekarang ini. Aku nggak tahu sih, maksudnya emang beneran kayak yang aku pikirin apa beda lagi. Bisa jadi pas nulis ini yang dimaksud Billie beda sama sekali jauuuuh dari yang aku pikirin. Tapi Billie sendiri bilang “Kalau kamu denger satu lagu dan kamu merasa itu lagumu, ya itu lagumu.”
Jadi ya udah, aku merasa lagu ini laguku.

Kalau kalian mau nonton video covernya di youtube, ini dia.


Aku mohon maaf banget paada segenap fans Billie Eilish karena lagunya aku rusak lagi. Aku juga minta maaf pada seluruh musisi di yang ada di muka bumi kalau aku yang tidak berbakat ini sungguh lancang dan apa yang aku lakukan menjadi semacam penghinaan pada musik itu sendiri. Hahaha. Eh serius, maaf banget.

Kenapa sih videonya kok kayak gitu? Karena seperti kata orang tidak bijak yaitu diriku sendiri, kalau kamu nggak bisa main gitar dan nyanyinya jelek, buatlah video yang jauh lebih jelek lagi. Biar orang-orang kedistrek dan bingung mau ngejek apanya. #tipsbermanfaat

Udah dulu ya. Kalian kalau mau lihat aku ngerusak lagu bagus lainnya, silakan lho, feel free to subscribe to my youtube channel. Satu-satunya youtube channel yang menyambut gembira tukang bully. Sayangnya nggak ada yang mau bully juga. Padahal aku nggak apa-apa. Ternyata orang blas nggak peduli. Damnit! -_-

Udah dulu ya, folks! See you later, byeee!
Share
Tweet
Pin
Share
No komentar
Makanya kalau berharap itu hati-hati. Hahaha.

Baru juga beberapa waktu yang lain aku berharap “Kalau aja aku nggak punya perasaan. Kalau aja aku nggak bisa ngerasain apa-apa.”

Trus terkabul beneran dong. Dan ternyata rasanya nggak enak.

Nih ya, udah dua hari ini aku mental breakdown. Dan seperti biasa, kalau levelnya agak parah aku akan mengalami naik turun kondisi kayak histeris, melukai diri sendiri, trance, ngelamun, kosong blong, nggak bisa diajak komunikasi, dan menurutku level terparah ketika aku udah nggak ngerasain apa-apa dong.

Sedih, nggak juga. Seneng apa lagi. Marah, nggak ada alasan buat marah. Cuma pusing aja. Kayak pusingnya itu saking padatnya sampai aku nggak bisa ngerasain hal lain gitu lho. Hahaha.
Yang paling menjengkelkan, aku makan apa-apa juga nggak ada rasanya.

Makan kayak asal ngunyah sama nelen gitu nggak kerasa enak. Beli es krim, cuma dingin doang nggak merasa enak. Bahkan yupi sekalipun, my holy grail, yang biasanya selalu sukses menyelamatkan segala perasaan, nggak ada rasanya dong.

Aku tuh jadi yang cuma bengong doang gitu. Melukai diri sendir juga nggak ada rasanya. Latihan gitar sampai jarinya lecet-lecet nggak ada rasanya. Pokoknya aku nggak ngerasain apa-apa. T___T

Trus ya ngelakuin segala hal kayak nggak berarti gitu, orang nggak kerasa apa-apa. Nonton yang lucu-lucu juga nggak ketawa dong. Atau aku ketawa sih, cuma ketawanya itu karena aku tahu itu lucu dan harusnya aku ketawa gitu. Bukan yang asli beneran ketawa alami.

Trus aku sekarang bingung. Kirain nggak bisa ngerasain apa-apa itu enak. Asik kan, nggak perlu sedih, marah, dan emosi lain yang bikin repot. Kalem aja kayak robot. Tapi aku trus merasa aku hidup cuma sekadar fungsi tubuh doang yang masih bekerja. Aku masih nafas, jantungku masih memompa darah, aku masih pipis, dan seterusnya. Tapi di dalam, pada dasarnya aku udah sama aja kayak mati.
Dan kalau udah kayak gini nggak ada yang bisa ‘menyentuh’ku lagi. Aku ngelihat karya seni juga yang lempeng aja gitu. Nggak yang tergelitik gimana.

Apa ini suatu hal yang buruk? Aku nggak tahu. Mungkin baik. Mungkin aku nggak apa-apa mati rasa kayak gini. Toh aku juga pernah berharap dan waktu itu harapanku dengan begini aku bisa kerja keras kayak robot tanpa harus kerepotan ngurusin mood sama emosi.

Tapi ternyata, seiring perasaan yang hilang, motivasi juga ikutan hilang. Kayak aku nggak ngerti apa pentingnya kerja. Buat apa. Toh aku nggak ngerasain apa-apa. Aku ngapain latihan nyanyi, toh aku udah nggak bisa ngerasain bahagia dari situ. Aku ngapain ngegambar, aku nggak punya pesan buat disampaikan. Dan seterusnya.

Ternyata, emosi manusia itu indah ya. Bahagia, sedih, galau, kangen. Itu semua indah. Ternyata mati rasa nggak membantuku menjadi lebih baik atau produktif. Aku cuma jadi gerak-gerak tanpa tahu maksudnya. Kayak zombie. Dan tentu saja hidup jadi nggak penting lagi.

Hal kayak gini nggak baru sekali aku alami. Biasanya kalau mental breakdown, pasti selalu ada fase kayak gini. Kayaknya ini tuh semacam benteng pertahanan terakhir yang otomatis diaktifkan oleh diriku untuk melindungiku dari kegilaan (anggap saja aku sekarang ini belum gila). Sengaja matiin semua rasa karena banyak hal terjadi dalam waktu bersamaan dan itu overwhelming. Aku nggak bisa mengatasinya bareng-bareng.

Sebenernya, masalahku sekarang juga udah teratasi satu per satu. Kurang dikiiit lagi beres semua.
Mungkin aku cuma capek aja. Sekaligus bosen, marah, juga kecewa dan sedih bareng-bareng. Itu semua memang terlalu banyak.

Tapi mudah-mudahan, minggu depan semuanya udah biasa-biasa aja. Aku bisa ketawa lagi biasa dan aku bisa mikir lagi, bikin apa-apa yang membahagiakan lagi. Dan menemukan cara untuk hidup yang lebih baik, bukannya terus-terusan kayak gini.

Mudah-mudahan. Aku toh nggak tahu mana yang lebih baik. Emosi yang menguras energi atau hidup tapi mati?

Yahh, seenggaknya nulis kayak gini sedikit membantu sih. Seenggaknya aku merasa mending gitu bisa menceritakan ini semua, apapun ini namanya. Haha.

Thank you so much for reading my other nonsense.

I’ll see you soon!
Share
Tweet
Pin
Share
No komentar

Aku itu pelupanya level alien, udah gaes. Bener-bener bisa melupakan suatu hal dalam hitungan detik. Gara-gara ini, dari dulu aku harus wajib selalu punya buku catetan buat orek-orekan dan membawanya kapanpun di mana pun in case aku ada perlu nyatet apa yang penting. Kalau zaman now, kadang aku ketik di hape, atau kalau lagi kesusu, whatsapp story come in handy. Lol

Serius ya. Kalau seandainya kepalaku ini nggak nempel di badan, aku pasti udah lupa naroh sejak lama. Jadi kalau aku ngomong soal harus nulis reminder tentang reminderku sendiri, itu sama sekali bukan becanda. Itu nyata. Aku harus nulis reminder tentang reminder atau to do list yang aku buat biar aku inget buat nengok dan bukannya ngabisin waktu buat browsing nggak jelas.

Nah, sore tadi aku pulang dari main capek banget ceritanya. Trus aku kepikiran pengen nulis tentang sesuatu buat di blog. Tapi aku tuh yang rasanya capek gitu lohh pengen males-malesan dulu. Trus aku bilang “Udah, ntar aja.” Biasanya, kalau kayak gini aku akan catet biar nggak lupa. Tapi tadi enggak karena aku mikir ini ide beda banget sekaligus fresh banget aku pasti akan mengingatnya dengan gampang.

Trus beneran dong, setelah cukup bermalas-malasannya, aku sibuk ngapa-ngapain, dan ya udah, bablas gitu aja, aku nggak inget blas. Sampai barusan aku merasa sakit kepala, bikin kopi, trus sambil mikir kok kayak ada yang aneh ya, aku tadi kayaknya sore-sore mikir tentang apaaa gitu deh.

Aku bahkan inget aku posisinya lagi gimana pas mikirin satu hal ini. Tapi sekeras apapun aku mencoba tetep aja ingatan itu nggak kembali. Trus sekarang aku penasaran sendiri kira-kira apa.

Tapi aku inget beberapa hal, kayak waktu itu aku sambil inget juga lagunya Twenty One Pilots yang Stressed Out. Hubungannya apa? Nggak tahu. Kayaknya nggak ada juga sih. Hahaha. Tapi pokoknya di saat hampir bersamaan aku inget lagu itu.

Iiih, gemeees banget rasanya tau nggak sih?? Aku tahu aku lupa sesuatu,tapi nggak tahu apa. Haha. Ya iya dong, kalau tahu apa sih namanya inget, bukan lupa. -,-

Dan kejadian kayak gini tuh bukan hanya sekali. Seriiiiiiiing banget. Kadang aku belajar dari kesalahan dengan cara langsung catet aja di manapun medianya secepat mungkin. Tapi sering kali aku menggampangkan kayak kasus kali ini. “Ini aneh banget kok, stand out banget, nggak bakal lupa, pasti inget.” Dan ya nggak usah ditebak juga udah ketahuan kan, lupa.

Bai de wai gaes, apaan sih, Januari udah tanggal 16 aja. Cepet banget sih anjaaay. Untung aku sibuk. Jadi aku nggak merasa worthless banget gitu.


Iya, tahu, aku harus lebih banyak menantang diriku sendiri, dan sebenernya udah sih. Cuma gatau kenapa aku sibuk banget rasanya. Plan Januari masih banyak yang belum kekejar. Oh mai gat!

Seperti biasa ya, ini cuma postingan filler nyampah aja. Sekalian percobaan tes ketiga, ini aku ngetik di ms. Word, aku mau copy ke notepad dulu, trus baru ke blog, ntar erornya muncul apa enggak. Kalau cara yang kemarin langsung ngetik di blog sih sukses. Nggak muncul erornya. Tapi aku kalau ngetik langsung di blog itu banyak cemasnya. Kayak nggak ada back up, trus takut kalau di tengah tiba-tiba sinyal ilang. Emang nyimpen otmatis sih, biasanya langsung kedraft gitu, tapi kadang kalau sinyalnya busuk sialan, nggak kesave semua, yang kalimat-kalimat terakhir bisa ngilang gitu aja.

Nggak penting sih sebenernya aku diskusiin ini. Aku beneran berharap bsia nulis yang ada faedahnya gitu, tapi gimana dong. Nulis yang nggak berfaedah aja aku masih bolong-bolong. Dan masih ada blog sebelah juga yang sepanjang dua minggu awal tahun 2019 ini aku baru ngepost sekali?? Idiiih.

Udah dulu ya gaes, aku pengen nonton film kayaknya soalnya pusing. Apa kaitannya coba? Nggak tahu. Tapi aku kalau pusing suka manja, dan berhubung lagi nggak ada yang manjain, jadi aku memutuskan untuk memanjakan diri sendiri dengan nonton film sambil ngemil kukis. Gitu. Hihi.
Maaf udah buang waktu kalian buat baca postingan ini. Sampai jumpa di postingan berikutnya yaa.


Love you!


Share
Tweet
Pin
Share
No komentar
Unrelated quote by meh!

Peringatan: postingan ini nggak ada isinya. Aku cuma lagi ngetes aja kalau posting langsung ngetik di blog gimana. Soalnya kan di template ini kalau aku posting, di halaman utama muncul eror normal 0 false false false X none itu. Annoying banget.

Dari yang aku baca-baca sih itu gara-garanya copas dari microsoft word langsung ke blog. Jadi ada semacam crash gitu karena format yang nggak cocok(?) Sementara aku kalau nulis itu selalu di word dulu dan nggak langsung aku posting di hari yang sama. Kadang besoknya, kadang besoknya lagi, seminggu kemudian, bertahun-tahun kemudian. Lol. Ini real by the way. Aku punya draft dari tahun 2014 yang belum aku publish. What tha fuck, Pelle?

Katanya juga, hal tersebut bisa diatasi dengan cara nggak copas langsung tapi dari ms. word, dicopas ke notepad dulu, baru ke blog. Trus untuk postingan yang udah terlanjur keposting dan eror ya terpaksa harus post ulang kalau enggak edit dengan cara hapus isi postingan, trus masukin lagi via notepad itu tadi.

Ada juga yang ngasih saran edit html dan hapus bagian style sampai apa gitu lupa, endif kalau nggak salah. Wkwk. Aku udah coba cara yang ini. Nggak work. Masih sama aja. Jadi ini ceritanya aku tes cara kedua, ngetik langsung di blog gitu. Cuma mau lihat aja sih beneran bisa apa enggak. Kalau bisa juga ke depannya aku nggak mungkin sih langsung nulis di blog. Pasti aku tetep akan nulis di ms. word dulu. Mungkin ntar pakai trik yang dicopy ke notepad dulu. Itu ntar jadi tes yang ketiga ya. Haha.

Tapi trus kita ngobrolin apa dong ini? Masa gini doang nggak ada yang dibahas? Hemm. Apa ya? Gimana kalau kita ngobrol soal mengatasi tekanan rindu dan cara mengalihkan perhatian dari hasrat meledak-ledak untuk ngechat si dia? Wkwkwk. Apa banget ini tema.

Gini ya, diakui atau enggak, misal habis putus gitu tapi sebenernya masih sayang (cuma dianya udah nggak mau atau udah punya yang baru), kita pasti merasa kangen. Pengen banget ngechat. Pengen ngobrol lagi kayak dulu. Pengen segalanya baik-baik saja.

Tapi ya nggak bisa dong. Sebenernya mau kan, tapi nggak bisa soalnya misalnya itu tadi, dianya udah nggak mau diganggu, udah nggak sudi kenal sama kita lagi, atau dianya udah punya yang baru. Jadi memaksakan diri ngechat biasa itu cuma ganggu dia dan kehidupan barunya. Kita nggak punya pilihan lagi dong. Terpaksa menelan dalam-dalam segenap hasrat kerinduan itu. Diem aja. Udah. Jangan ganggu, jangan ganggu, jangan ganggu.

Tapi kan nggak segampang itu juga. Masih ada rasa kangen yang menyakitkan itu. Akhirnya cuma kepikiran. Ngelihat status dia online tapi kita tahu banget dia onlinenya karena lagi ngobrol sama orang lain yang lebih bikin dia bahagia. Trus kita sedih. Trus kita nangis. Sendiri.

"Ya makanya jangan goblok jadi orang. Jangan baperan dong! Udah sih, lupain. Nggak guna!"

Iyaa, ngerti, nyet! Tapi dibilangin kadang nggak segampang itu. Apalagi kalau masih baru-barunya. Dan menurutku itu wajar aja. Reaksi orang yang habis kehilangan ya pasti merasa kehilangan. Biasanya ada yang disayang trus nggak ada ya pasti rasanya kangen. Itu wajar. Nggak usah benci diri sendiri hanya karena itu. Nggak usah pedulikan omongan orang brengsek sok strong yang ngatain patah hati itu lemah. Baper itu lemah. Ya namanya manusia kan punya perasaan. Gimana lagi.

Itu wajar kok, manusiawi. Tinggal gimana kita mengatasinya aja. Nah, ini baru. Selama nggak terlalu lama, enggak apa-apa. Selama nggak mengganggu aktivitas dan produktivitas, enggak apa-apa. Tapi kalau kelamaan dan kita melanjutkan kesedihan itu dengan semakin nggak ngapa-ngapain, itu baru namanya goblok.

"Trus cara mengtasinya gimana dong, Pelle? Biar aku nggak kepikiran?"

Ya cari kegiatan, sibukkan diri. Nggak ada cara lain. Sibuklah. Bekerja keraslah sampai kamu terlalu capek untuk merasakan apa-apa. Ini ada juga nih film kayak gini aku lupa judulnya apa. Pokoknya orangnya itu sengaja kerja keras banting tulang bener-bener kerja sekeras-kerasnya sampai secapek-capeknya. Jadi begitu pulang dia akan langsung ketiduran. Besoknya kerja lagi. Kayak gitu terus sampai dia nggak sempet ngerasain sedih. Hahaha.

Ini bener emang kok. Aku ya, kalau rasanya lagi sedih, kalau aku makin diem, tiduran, nginget-inget kenangan gitu pasti malah makin nggak karuan. Tapi kalau aku memaksakan diri bikin apaaa gitu, meski hasilnya nggak bagus, aku pasti merasa baikan.

Aku udah pakai cara ini agak lama. Nggak selalu bikin apa yang besar dan penting. Kadang sesederhana nulis yang lucu-lucu aja. Makanya sebenernya kalau diperhatikan, makin sedih, aku malah makin lucu. Hahaha. Karena berusaha sekeras-kerasnya buat menutupi kesedihan itu dengan kelucuan. Jadinya lucu banget. Trus kalau aku lagi nggak lucu itu mungkin karena aku lagi nggak sedih sama sekali. Hahaha. Kalau lagi kayak gini kadang aku malah nulis cerita sedih. Gimana si. Ya bolak balik aja terus semaunya.

Dan ingaaat, pada akhirnya semua akan berlalu. Luka baru pasti emang perih banget awalnya. Tapi lama-lama sembuh juga. Luka hati juga sama. Jadi kerja keras kayak orang gila, atau bikin sesuatu buat mengalihkan perhatian itu fungsinya buat bikin kita nggak terlalu kerasa, sambil lukanya menyembuhkan diri sendiri. Gitu.

Masuk akal nggak?

Btw, aku share postingan ke facebook kok ngga ngaruh sama sekali ke statistik ya. Tetep-tetep aja. Berarti ternyata selama ini yang baca bukan orang dari facebook. Trus dari mana dong? Trus mending aku tetep share postingan ke facebook apa enggak nih? Heuuuft.

Udah ya, udah panjang kan ini postingan. Wkwk. Mohon diingat, ini cuma postingan omong kosong buat isi-isi ya. Semoga tidak bermanfaat.

Byeee!
Share
Tweet
Pin
Share
2 komentar

Image credit: pixabay/stux

Mungkin tulisan ini nggak penting. Atau aku hanya berusaha keras untuk menjadi relatable dan itu udah nggak mungkin karena masa remajaku udah kelewat jauh dan aku nggak mengalami masa remaja seperti yang remaja masa kini alami. Tapi mungkin, kalau ada remaja canggung yang kebetulan baca ini, asal kamu tahu aja: kamu nggak sendiri. Bukan kamu tok yang merasa aneh, canggung, nggak bisa fit in, bingung, insecure, dan lain sebagainya. Hampir semua temenmu merasakan hal yang persis sama. Tenang aja. 

Aku barusan nonton film judulnya Eight Grade. Ya ceritanya tentang anak udah mau lulus SMP dan dia masih nggak mudeng sama dirinya. Dia pengen jadi cool, tapi cool kids nggak mau gaul sama dia. Dia berusaha keras jadi cool, tapi tetep aja awkward jatuhnya. Dia berusaha keras jadi pede, tapi tetep merasa grogi. Dia merasa nggak keren, insecure, dan takut salah mulu mau ngapa-ngapain. 

Sebagian besar orang, pas remaja ya mengalami semua keanehan itu. Dari awalnya mereka anak-anak yang inosen, kemudian tiba-tiba menjadi nggak terlalu inosen lagi, tapi belum tahu banyak juga. Banyak perubahan terjadi mulai dari fisik sampai emosional. Badan kamu tumbuh, suara berubah, bentuk badan berubah, yang cewek mungkin mulai mens, yang cowok mulai tumbuh jakun dan bulu-bulu di wajah, mulai merasa tertarik secara seksual pada orang lain baik lawan jenis maupun sejenis. Semua itu terlalu banyak dan terjadinya bareng-bareng. Membingungkan memang. 

Sebenernya, dengan aku ngomong kayak gini bukan berarti aku ngerti segalanya. Makanya dari awal aku bilang mungkin tulisan ini akhirnya hanya berupa aku berusaha menjadi related tapi kenyataannya can’t relate at all. 

Kenapa? Karena kebetulan aku kasus langka. Aku nggak mengalami itu semua. Terutama pas SMP ya. Pas SMP itu aku level kedewasaannya nggak ada bedanya sama aku pas masih TK. Masih bloon gitu aja bener-bener bacanya Bobo, nontonnya kartun, lebih nyambung kalau ngobrol sama anak-anak TK dibanding sesama anak SMP, trus masih pakai overall skirt gambar Winnie the Pooh dengan rambut dikucir njegrak. Tokoh cewek idolaku adalah Helga Pataki yang di Hey, Arnold! 

Such a mood!
Pas SMP temenku banyak. Dan jangan salah, mereka semua remaja normal yang pada mulai jatuh cinta, pacaran, dan lain sebagainya. Dan waktu itu meski aku nggak memperlihatkan, tapi sebenernya kalau mereka cerita soal ciuman itu aku ngebayanginnya masih yang jijik gitu lho. Tukeran liur? Ieeewh. Wkwkwk. Serius! 

Iya, aku emang pernah naksir temen sekelasku pas SMP kelas dua. Tapi ya cuma naksir-naksiran tok. Nggak kebayang mau ciuman atau apa. Hahaha. Ini sumpah konyol kalau diinget-inget lagi. Makanya nggak heran kalau di kehidupan dewasa, tiba-tiba ada temen SMP yang mendadak ngirim pesen bilang “Aku tuh dulu pas SMP sebenernya naksir kamu, tapi kamunya lempeng aja.” Wkwkwk. Ya iya lah. 
Orang kecerdaasanku masih setara anak TK. Mana aku mampu menangkap sinyal naksir-naksiran aelah. 

Jadi pas SMP aku sama sekali nggak mengalami apa yang Kayla (tokoh utama di film Eight Grade itu tadi) alami. Aku terlalu bloon. Aku belum mengenal konsep jatuh cinta-pacaran-patah hati dan oh damn, life was soooooo gooooooood!!! Love ruin us all. Lol

Hidupku waktu itu masih sesederhana hidupnya anak kecil. Bersenang-senang doang tahunya. Kalau nggak ada kegiatan setelah sekolah ya main, baca buku, baca komik, nonton kartun, mewarnai, dan gitu aja terus. Nggak kenal blas sama yang namanya derita asmara. Wkwk. 

Aku nggak mengalami fase insecure karena aku baik-baik aja meski aku nggak cantik dan dibully karena aku item dan jelek. Aku biasa banget. Nggak sedih blas. Aku tuh dari dulu kalau ada yang ngetawain, malah ikut ketawa lebih kenceng. Kalau ada yang ngebully, malah ngebully diri sendiri lebih parah. Jadi susah banget buat ngebully aku. Soalnya aku tenang-tenang aja. 

Aku juga nggak mengalami perubahan apa-apa di tubuhku kecuali nambah tinggi. Payudaraku baru tumbuh itu mungkin pas aku SMA kelas satu atau dua. Aku juga nggak mengalami roller coaster emosional karena aku belum mens dan nggak merasakan yang namanya PMS. Aku nggak struggle dengan jerawat karena waktu itu emang kayaknya aku belum puber jadi aku nggak pernah jerawatan setitik pun.
Jadi aku nggak mengalami itu semua. 

Pas SMA, mungkin aku baru paham dikit-dikit. Aku mens, perubahan bentuk badan mulai kerasa, aku mulai menyadari kalau kadang temen cowok suka ngelihatin dadaku, aku juga mulai jatuh cinta. Yang beneran jatuh cinta, bukan naksir-naksiran cinta monyet. 

Tapi aku tetep nggak mengalami yang merasa awkward nggak fit in gitu. Because I don’t want to fit in. Aku nggak masalah nggak gaul sama anak-anak populer karena aku nggak mau populer. I don’t wanna be cool. I knew I was different and I don’t want to change. I always act weird dan prinsipku dari dulu adalah: the crazier the better. Jadi aku tahu kalau aku aneh dan aku merayakan itu. Kalau ada satu hal yang aku mau, aku maunya orang mengenal aku sebagai sosok yang lucu. Udah gitu doang. Aku suka bikin orang ketawa. Kadang bahkan saking udah melekatnya, aku lagi serius aja orang pada ketawa karena mengira aku becanda. -_-

Jadi pada dasarnya, aku nggak berubah sama sekali. Sampai detik ini. Umur boleh tambah tua, tapi kedewasaanku aslinya masih segitu-segitu aja. Aku sekarang di youtube itu nontonnya masih serial Mattel Ever After High. Di waktu senggang, aku masih melamunkan hal-hal nggak masuk akal persis plek kayak aku pas masih TK dulu. Aku masih menganggap boneka-bonekaku adalah sahabatku dan aku ngobrol sama mereka tiap hari. Aku nggak pernah tumbuh dewasa. Kecuali makin tua agak semakin saru dan centil aja sih paling. Wkwk. 

Tekanan Media Sosial

Tapi yang kayak gini mungkin nggak banyak. Aku nggak bilang aku satu-satunya, tapi kebanyakan anak remaja mungkin mengalami fase awkward kayak yang dialami Kayla. 

Film lain yang menceritakan kehidupan anak SMP itu Diary of Wimpy Kids. Itu mungkin film family drama favoritku. Aku udah nonton puluhan kali dan mungkin masih sanggup nonton puluhan kali lagi. Hahaha. Kalau di situ kasusnya beda. Di film pertama masalahnya lebih ke hubungan dia sama sahabatnya, di film kedua hubungannya dengan kakak adiknya. Film ketiga aku belum nonton. ._. Tapi Greg sama sekali bukan tokoh yang insecure. Dia malah pede banget. Dan bahagia-bahagia aja. 
Mungkin karena waktu itu belum musim gadget karena itu kan kan film lamaaaa. Eight Grade  menurutku lebih relatable sama kehidupan remaja masa kini. 

Diary of Wimpy Kid

Jujur aja aku nggak bisa bayangin beratnya jadi remaja masa kini. Di zamanku dulu ya, kehidupan itu sangat sederhana. Mau dengerin lagu tinggal nyetel radio atau nonton MTV. Mau eksis, ya eksis di kehidupan sebenarnya. Ikut kegiatan, sosialisasi, dll. Dan itu semua jauh lebih sederhana karena kami nggak harus mikirin pencitraan di media sosial. 

Media sosial itu bisa jadi tekanan. Aku yang udah tua aja kadang merasa tertekan kok. Aku kadang iri sama Sorelle Amore yang jalan-jalan terus full time sementara umur kami hampir sama. Aku iri sama seniman-seniman atau fotografer yang aku follow di instagram yang bisa bikin karya bagus banget padahal usia mereka lebih muda dibanding aku. Padahal aku udah dewasa sekarang dan udah tahu mau ngapain dalam hidup. Dan aku juga cuma follow akun-akun bagus yang buatku menginspirasi atau aku bisa belajar dari mereka. 

Jadi aku susah ngebayangin kalau misal aku masih remaja, trus melihat semua ‘kebahagiaan’ yang ditampilkan temen-temenku. Mungkin karena aku masih belum tahu mau ngapain dalam hidup, aku akan berusaha menjadi terlihat yang paling cool juga di media sosial. Mungkin jumlah followers, like, dan lain sebagainya yang cuma dikit bener-bener bisa bikin hatiku patah. Mungkin aku nggak akan sebahagia aku pas remaja dulu karena banyak banget hal yang aku iriin dan aku nggak bisa miliki? 

Mungkin aku akan menghabiskan sebagian besar waktuku scrolling instagram ngelove-ngelove postingan temen-temenku yang berupa selfie dengan filter anjing imut. Mungkin aku akan melakukan itu semua dengan hati sedih “Kenapa aku nggak bisa sekeren mereka?” dan sebagainya. 

Mungkin bener penelitian yang bilang tingkat kebahagiaan orang menurun semenjak adanya media sosial. Orang gampang iri pada kebahagiaan yang ditampilkan orang lain sehingga menggerus kebahagiaannya sendiri. Ada film lain yang menceritakan soal gawatnya social media ini judulnya Ingrid Goes West. Ceritanya tentang social media addiction dan obsesi untuk jadi ‘cool’ dengaa lifestyle kekinian. Itu emang sedih, tapi itu bukan hanya di film aja. Di kehidupan nyata iya banget banyak yang kayak gitu.

Phone Comes First, Family Comes Later

Di film Eight Grade, yang paling bikin aku sedih itu hubungan Kayla sama ayahnya. Ayahnya ngajak ngobrol, Kayla nggak mau dengerin karena lebih milih sibuk scrolling instagram ngelove-ngelove postingan nggak mutu dari temen-temennya. Komunikasi jadi susah banget. 

Anak merasa insecure dalam gelembung sosial kecilnya sendiri dan nggak mau ngobrolin itu sama orang tuanya karena mereka menganggap orang tuanya nggak ngerti apa-apa. Sementara orang tua berusaha keras untuk bisa memahami anaknya dan bahkan nggak ngerti apa yang bikin anaknya murung sepanjang waktu. Ini kan sedih banget. 

Image credit: pixabay/marcino
Akhirnya banyak anak yang merasa sendirian, merasa nggak aada yang memahami, merasa anti sosial, nggak mau ngomong sama siapa-siapa karena merasa nggak ada satu pun yang mau mendengarkan.
Ya logikanya, gimana mau ada yang mendengarkan kalau kamu ngomong aja nggak pernah? 
Oke, emang nggak semua orang tua itu cool. Ada juga orang tua model jadul yang kaku banget dan memaksakan kehendak tanpa ngasih anak kesempatan buat mengutarakan pendapatnya sendiri atau menentukan pilihan sesuai keinginan mereka, itu memang ada. Tapi seenggaknya, ngobrol sama orang terdekat itu masih perlu sih kalau menurutku. 

Mungkin oke lah, aku sok banget ngomong kayak gini ketika kenyataannya aku juga ninggalin keluarga. Tapi kalau seandainya hubungan kami masih baik-baik saja, aku pasti masih ngajak mereka ngobrol. Seenggaknya sama Bapak. Karena kalau Ibuk bisa dibilang nggak cool, tapi Bapak termasuk cool banget. Tentu saja Bapak nggak paham segalanya tentang kehidupanku dan apa yang aku rasakan. Tapi kami masih bisa ngobrolin banyaaak sekali hal yang lucu-lucu dan itu menyenangkan. 

Jadi kids, kalau kamu sekarang merasa insecure, merasa nggak keren, merasa sendirian, merasa nggak ada yang paham, dan sebagainya, yang harus kamu lakukan sekarang adalah: tenang aja, kamu bukan satu-satunya. Sebagian besar dari temen-temenmu juga merasakan yang sama cuma mereka nggak ngaku aja. Wkwk. 

Kamu nggak perlu sama sekali berusaha terlalu keras biar bisa diterima dengan melakukan hal-hal yang sebenernya bukan kamu banget. Soal ini juga ada filmnya nih, aku lupa judulnya kalau nggak salah Click? Lupa aku udah lama banget soalnya. 

Trus sebisanya kurangi main hape deh. Coba ngobrol sama orang tua, saudara, teman, tetangga, hewan peliharaan. Di luar handphonemu itu, masih banyaaak hal yang bikin bahagia. Orang mungkin nggak ngelove fotomu di instagram, tapi di kehidupan nyata mungkin mereka menganggap kamu keren. 

Tentu saja main sosmed nggak masalah, bukan berarti trus harus stop nggak sama sekali karena iya, aku tahu sekarang zaman emang udah berubah dan banyak juga hal positif di internet. Iya. Aku team the power of social media juga kok, tenang aja. Aku juga meraaskan banget manfaaat internet untuk bisnis, belajar, dan lain sebagainya. 

Cuma tetep aja, jangan habisin waktu terlalu banyak buat natap layar. Ngabisin berjam-jam cuma buat scrolling tanpa belajar apa-apa. Kalau nggak ya introspeksi diri aja. Kamu main sosmed lebih banyak manfaat apa buang waktunya? Hayoo, jujur. Hahaha. 

Saran terakhir dan yang ini mungkin paling utama sekaligus inti dari semua ocehan nggak penting ini sih. Jadi ya, apapun yang menurutmu penting saat ini seperti jadi populer di sekolah, diakui, diterima di pergaulan, terlihat cantik, dll itu setelah kamu gedean dikit nanti bakal jadi nggak penting sama sekali. Jadi daripada mengkhawatirkan hal yang segera akan berlalu, mending nimati aja semua momen. Coba hal baru, ajak ngobrol orang yang selama ini kamu hindari, rawat diri, hidup bersih dan sehat, belajar hal baru, dll. 

Pokoknya bersenang-senanglah. Sekarang setelah aku gede aku merasa masa remaja adalah masa terbaik yang pernah aku miliki. Dan aku nggak menyesali satupun perbuatanku, yang terkonyol dan goblok sekalipun karena aku bisa ngetawain itu semua sekarang. Dan untungnya dulu aku hampir nggak mengkhawatirkan apa-apa. Jadi yang teringat bener-bener cuma seru dan lucu-lucunya gitu.
Hehe. 

Kalau kalian baca ini dan merasa aku cuma ngoceh sotoy doang nggak tahu apa yang sebenernya terjadi, iya, memang. Aku mengakui. Maaf ya. I’m not here to help. Aku nggak punya kapasitas untuk itu. Tapi kalau kamu butuh teman berbagi, pengen sekedar tahu kalau ternyata ada juga orang yang emang udah wagu dari dulu, ya, aku ada di sini. 

Gitu, my lof!
Please remember: rule number is to always have fun!
I love you so muuuch! 

Btw, aku akhirnya nulis panjang juga ya gengs. Bukan berarti bagus sih, masih sampah juga. Cuma rada panjangan gitu. Wkwk. 

Byee!
Share
Tweet
Pin
Share
No komentar

Image credit: pixabay/cocoparisienne


Kenapa aku jadi seneng nyampah di blog? Karena di facebook masih banyak orang goblok yang nggak punya selera humor. 

I know, stupid is a strong word, but ... ini fakta kok. Meski perasaan aku udah milih-milih banget kalau soal pertemanan tapi masiiih aja. Orangnya baik sih. Cuma nggak paham aja sama candaanku, dan sialnya sok tahu lagi. Ngomen pakai gaya menghakimi. 

Ya namanya aja candaan, masa harus dijelasin. Ntar jadi nggak lucu dong. Gimana si. 

Facebook emang begitu adanya. Biarin aja lah. Aku sabar aja, ngomelnya di sini biar nggak ada yang baca. Wkwk. Meski aneh juga sih, postingan sampahku tetep ada yang baca terus meski cuma dikit juga. Apa awalnya mereka baca postingan yang bagus trus nyasar ke postingan yang nggak penting ya? Buat kalian yang sampai ke artikel ini padahal tadinya kalian berawal dari postinganku yang lain yang ada faedahnya, aku mohon maaf sebesar-besarnya. 

Intinya gini, aku udah sering banget ngomong ini di mana-mana. Apa-apa yang aku posting di media sosial itu nggak selalu sesuai sama kehidupanku yang asli. Ngapain juga membuka kehidupan yang sebenarnya ke orang-orang asing. Itu sih bloon. 

Jadi postingaku kebanyakan ya buat kepentingan candaan aja. Sampaikanlah walau satu recehan. Gitu katanya. 

Banyak orang udah sangat paham soal ini. Yang mudeng ya ketawa. Yang nggak mudeng, komen ngasih nasihat, kalau nggak marah-marah. Bwahahaha. Pengen aku ketawain depan mukanya tapi kok ntar dikira nggak sopan. 

Saranku sih kalian kalau masih mau main internet harus paham kalau nggak semua yang kalian lihat itu benar. Ada orang yang emang sengaja bikin drama. Beberapa orang lain play along pura-pura ikut ngebahas dengan prihatin. Padahal itu semua candaan. Misalnya, ada orang ngediss orang lain di internet. Itu di kehidupann sebenernya mereka belum tentu punya masalah beneran. Trus temen-temennya pada ikut play along bikin klarifikasi. Dan itu semua ya candaan. 

Sedihnya, beberapa orang emang bener seratus persen terlalu lugu buat memahami kalau itu cuma main-main, trus malah marah-marah beneran. Wkwk. Kasihan. 

Kalau misal kamu cara menghadapi hidup ini masih terlalu kaku dan terlalu apa adanya, mending gausah main internet deh. Ntar gampang kemakan hoax. 

Dan emang bener sih, orang yang wagu nggak mudengan ini emang yang dulu ikut menyebarkan hoax berantai ala anak-anak SD gitu. Padahal orangnya udah tua. 

Kedewasaan berinternet memang beda jauh dengan kedewasaan secara usia. Banyak anak belasan tahun yang di internet itu lebih dewasa daripada manusia-manusia setengah baya. 

Beberapa dari orang tua ini baru kenal internet kemarinan ini, mungkin baru dua tahun belakangan. Jadi masih gagap, dan gumunan. Apalagi kalau sebelumnya emang nggak punya bekal candaan yang berlimpah dan di kehidupan sebenarnya emang jarang becanda. 

Ya nggak apa-apa. Aku yang merasa lebih muda ngalah aja. Kasih penjelasan kalau bisa. Kerjain sekalian kalau orangnya terlalu sok tahu merasa lebih benar. Itu juga kalau aku ada waktu. Seringnya sih aku cuekin aja daripada buang-buang energi. 

Gituh! Pokoknya bawa santai aja. Jangan terlalu serius. Rugi amat. 

Btw, aku kok sekarang postingannya pendek-pendek banget dan kayak nggak mendalam blas ya. Cuma ngoceh-ngoceh cepet gitu. Ntar aku bikin postingan yang serius deh. Kayak dulu yang sekali ngepost sampai dua ribu kata. Haha. Kalian capek nggak sih bacanya. 

Lagian ini aku ngoceh karena kebetulan sinyal lagi jelek banget trus aku nggak bisa ngapa-ngapain. Heuuuft. Kesel adek bang. 

Thank’s for being here, anyway. Makasih udah sabar baca hal-hal nggak penting kayak gini.
Sampai jumpa di postingan berikutnya yang mungkin ada faedahnya, tapi mungkin juga sama sampahnya. 

Byeee!
Share
Tweet
Pin
Share
No komentar


Aku memang nggak selalu mendengarkan, tapi kadang, ada masa-masa dalam hidupu ketika aku butuuuh banget nasihat. Biasanya aku berharap aku di masa depan ngasih petunjuk aku harus gimana.
Dear, future self. Please tell me what to do . I need an advice. Good or bad. Any kind. I’ll take it. Just gimme some, goddamnit!!

Hahaha. Dan aku yang di masa kini ini kadang pengeeeen banget balik ke masa lalu ngasih nasihat buat si goblok Pelle masa lalu itu. Hahahaha. 

Tapi ya kan yang kayak gitu nggak terjadi. Aku nggak bisa ngasih nasihat buat diriku di masa lalu. Aku yang sekarang nggak bisa minta nasihat dari diriku di masa yang akan datang. 

Tapi kalau seandainya aku bisa ngasih nasihat ke diriku di masa lalu, aku punya banyaaak banget. Dan ternyata pada dasarnya nasihat-nasihat itu masih berlaku juga kok sampai sekarang. Jadi aku akan tulis di  sini, sebagai pengingat buat diri sendiri. Biar kalau suatu hari nanti aku butuh nasihat, gampang tinggal baca aja. Ya kan? Ide cemerlang luar biasa. 

1.      Party hard! Fuck harder! Cause no one at the very last time of their life will regret and say “I wish I don’t fuck that much.” 

2.      Kiss those boys, fuck them. But don’t fall too deep and don’t take their words seriously cause they don’t care. 

3.      Don’t be so sad. It’s a waste of time.

4.      Don’t cry too much. It’s a waste of energy. 

5.      Be silly! 

6.      It’s okay to act stupid.

7.      Read more!
 
8.      Be kind! Help people. 

9.      Try new things that scares you!

10.   Try different foods!

11.   Listen to different music even if you don’t feel like it.

12.   Please travel more.

13.   Sing your heart out. 

14.   Take a risk!

15.   Don’t expect too much on anything.

16.   Always have fun!

17.   Start that dress line! 

18.   It’s okay to ask for help. 

19.   Tahu diri, goblok! He don’t love you!

20.   Do what you always want to do, like right now!

Udah ah, panjang amat daftarnya. Intinya ya gitu-gitu juga sih. Jangan goblok, jangan jatuh cinta, jangan berharap berlebihan, dan lakuin apa yang kamu mau sekarang juga. Bersenang-senanglah! Gitu. Kira-kira. 

Nanti kalau ada yang keinget lagi aku tambahin deh. Ngaahahaha. What a lesson. 

Sorry for another shitty post. Aku ada sih rencana bikin postingan bagus yang bermanfaat kayak dulu-dulu gitu. 

Stay tune yaa. 

Sampai jumpa!
Share
Tweet
Pin
Share
No komentar
Newer Posts
Older Posts

About me

About Me

Aenean sollicitudin, lorem quis bibendum auctor, nisi elit conseat ipsum, nec sagittis sem nibh id elit. Duis sed odio sit amei.

Follow Us

  • facebook
  • twitter
  • instagram
  • Google+
  • pinterest
  • youtube

Categories

recent posts

Sponsor

Facebook

Blog Archive

  • Juni 2021 (2)
  • Mei 2021 (3)
  • Agustus 2020 (1)
  • Mei 2020 (1)
  • Maret 2020 (2)
  • Juni 2019 (2)
  • Maret 2019 (1)
  • Februari 2019 (2)
  • Januari 2019 (15)
  • Februari 2018 (1)
  • Januari 2018 (1)
  • Oktober 2017 (1)
  • September 2017 (1)
  • Agustus 2017 (4)
  • Juli 2017 (2)
  • Juni 2017 (3)
  • Mei 2017 (1)
  • April 2017 (2)
  • Maret 2017 (8)
  • Februari 2017 (10)
  • Januari 2017 (3)
  • Desember 2016 (6)
  • Oktober 2016 (4)
  • September 2016 (6)
  • Agustus 2016 (5)
  • Juli 2016 (3)
  • Juni 2016 (8)
  • April 2016 (1)
  • Maret 2016 (6)
  • Oktober 2012 (1)
Diberdayakan oleh Blogger.

Popular Posts

  • Bullet Journal untuk Hidup yang Lebih Produktif
  • PESAN MORAL LOMBA-LOMBA AGUSTUSAN
  • Tentang Anak Durhaka
  • Menguatkan Akar Rambut dengan Shampoo Ginseng
  • ALASAN MENGAPA AKU NGGAK NIKAH MUDA

Yang Nulis

Isthar Pelle
Lihat profil lengkapku

Created with by ThemeXpose | Distributed by Blogger Templates