• Home
  • About
  • Contact
    • Category
    • Category
    • Category
  • Shop
  • Advertise
facebook twitter instagram pinterest bloglovin Email

MADGIRL!




Malam ini suwung banget deh. Kehabisan cemilan kaya biasanya. Tinggal kerupuk doang, lah masa aku ngemil kerupuk sih, so typical Suketi you know. Bang, kerupuknya satu gerobak bang. Hiiiyy!

Tapi rasanya beneran deh, pengen ngemil apaaa gitu. Nha aku masih punya kopi sachetan. Trus di meja masih ada sisa big strawberry. Aha! Jadi inget jaman SMP dulu sering nyampur Nescafe sama fanta dan rasanya enak. Jadi aku coba bikin deh malam ini.


Aromanya asik, rasanya juga seru. Sebenarnya kalau kondisi lagi nggak terpaksa bisa dibikin lebih enak. Berikut ini tak bagiin resepnya yang versi nggak kepepet aja ya!
Bahan dan alat:
1.      Shaker
2.      Gelas
3.      Minuman soda rasa strawberry (mau merek apa bebas dah)
4.     Kopi bubuk instan (jangan yang ada ampasnya ya. Kalau ada ampasnya ntar hasilnya jelek kaya punyaku itu).
5.      Es batu
6.      Es krim vanilla
7.      Saus strawberry
Cara membuat:
1.      Masukkan kopi bubuk dan gula batu ke dalam shaker
2.      Tambahkan soda strawberry
3.   Kocok (sebelum dikocok shakernya ditutup dulu. Ngerti kan?) sampai benar-benar tercampur rata (kopinya larut)
4.      Kalau udah, masukin ke gelas
5.      Beri es krim vanilla sebagai topping
6.      Trus tambahkan saus strawberry
Dijamin cantik. Gampang kan? Kalau punya strawberry beneran (buah strawberry gitu maksudnya) boleh ditambahkan sebagai pemanis.

Sori deh, cuma bisa tampilin gambar versi kepepet. Next time kalau lagi nggak males coba aku bikinin yang serius. Hihihi. Kalian yang udah nyobain di rumah boleh share hasilnya di kolom komentar atau tag facebook aku juga boleh.

By the way, aku sukaaaaaa banget sama minuman ini. Rasanya seger bin unik dan nagih deh pokoknya.
Segini aja dulu. Sampai jumpa di postingan berikutnya. Selamat mencoba!
Share
Tweet
Pin
Share
2 komentar


            Sekitar sebulan yang lalu aku posting di facebook tentang pembalut yang bisa dicuci ulang alias pembalut kain yang tak beli dari Mbak Pipit. Awalnya beli pembalut kain ya dari semangat buat mengurangi sampah di muka bumi. Secara sampah dari pembalut itu banyak banget lohh. Misalnya masing-masing cewek mens selama 7-8 hari per bulan. Setiap hari ganti pembalut 2-3 kali. Satu cewek bisa menghasilkan 14-24 potong sampah pembalut/bulan. Di kosku ini, ada sepuluh kamar dan penghuninya cewek semua (ya iya lah, namanya aja kos cewek). Dan sepuluh cewek itu masih mens semua. Satu kos ini saja menghasilkan 140-240 potong sampah pembalut/bulan. Baru satu kos. Belum satu RT, belum satu kelurahan, belum satu kecamatan dan akhirnya belum seluruh dunia. Kalau dihitung, ketemu jumlah yang mengerikan bukan?
            Maka dari itu, beralih ke pembalut kain adalah salah satu langkah kecil yang bisa kita lakukan, girls! Lagian jangan dipikir pembalut kain tu berupa kain yang dilipet-lipet kaya jaman oma kita. Pembalut kain masa kini tuh udah keren banget. Bentuknya kaya pembalut plastik yang biasa kita pakai itu. Dengan warna-warna plus desain yang lucu. 
bentuknya kaya pembalut biasa

            Pas beli kemarin aku belum bisa nulis review soalnya itu pas banget aku baru selesai mens dan masa iya aku pura-pura mens biar bisa nyobain pembalutnya? Nggak lucu kan? Jadinya ya nunggu sampai satu bulan kemudian, dan tadaaaa, mens juga aku bulan ini.
            Pertama kali yang tak liat dari pembalut ini adalah jahitannya nggak rapi. Jadi di beberapa bagian ada yang mencong-mencong gitu. Maklum, yang tak beli ini termasuk kasta paling rendah di jajaran pembalut kain. Hey, bahkan nggak ada mereknya loh. Dan kalian tahu lah kenapa kok aku pilih ini. Yes, karena paling murah (teteep pelit).
Trus kedua, kok tebel ya? Tebel banget sih enggak, Cuma lebih tebel dari pembalut yang biasa tak pake (aku biasa pake yang super slim). Takutnya jadi nggak nyaman kan?
            Ketiga, nggak ada perekatnya, cuma pakai kancing yang dicepretin (aku masih nggak nemu istilah yang tepat buat kancing model ini). Apa ya nggak geser-geser bin bocor nantinya?
kancing cepret, atau apapun namanya itu

Setelah tak pakai gaes, ternyata kekhawatiranku tadi nggak terbukti. Pertama, kerapihan jahitan nggak ada sangkut pautnya sama fungsi pembalut ini. Cuma orang-orang kurang kerjaan kaya aku yang bakal mempermasalahkan kok jahitannya mencong dikit. Daya serap pembalut ini mencengangkan. Jauh lebih cepat dibanding pembalut biasa. Trus tak kirain bakal berasa basah gitu, eeh, ternyata malah lebih kering dari pembalut plastik. Trus juga nggak ada perasaan lembab dan nggak nyaman kaya kalau pakai pembalut plastik.
Meskipun agak tebal, ternyata nggak ngeganjel sama sekali. Lentur dan nyaman dipakai. Memang agak lebih ‘terasa’ dibanding pembalutku yang biasanya. Tapi paling mirip-mirip lah rasanya sama kalau kita pakai pembalut yang super maxi. Nah, bisa ngebayangin kan, kaya gimana?
Meskipun nggak ada perekatnya ternyata nggak geser-geser juga. Aku cuma pakai around the house dan pergi yang deket-deket aja sih. Kalau dipakai buat aktivitas fisik yang banyak gerak kaya olahraga, misalnya, aku belum tahu ya.
Over all, pembalutnya nyaman dan aku bakal repurchase. Lha ngapain repurchase? Kan bisa dipakai lagi berulang-ulang? Iya, mau nambah stok soalnya kalau musim hujan kan lama keringnya.
Oya, pembalut kain ini juga guampang banget dicucinya. Emang sih, agak lebih ribet dibanding pembalut biasa yang tinggal diguyur, gulung, terus buang. Ini melibatkan sabun cuci dan ngucek. Tapi aslinya noda darah itu gampang diilangin kok. nguceknya nggak perlu banyak effort. Kalau udah kering, setrika deh biar kumannya mati.
Oya, sebelum dipakai juga dicuci dulu gaes. Selama proses produksi sampai pengiriman kan pastinya sudah banyak kotoran yang menempel. Thank’s mbak Pipit for reminds me this.
Kalau ada kurangnya pembalut ini menurutku nggak bisa dipakai pas lagi travelling. Ya kecuali kamu mau disibukkan sama urusan nyuci plus ngeringin pembalut sih. Tapi kalau travelling ya mana sempat gitu loh. Ujung-ujungnya dibuang? Weww, sayang. Kan mahal. :D
Jadi sementara ini aku kalau travelling ya tetep pakai pembalut biasa. Tapi lumayan lah ya, setidaknya udah mengurangi buanyaak sampah plastik pembalut dari satu orang. Yeah! Dan btw, yang takut dioxin atau zat apapun itu yang terdapat pada pembalut biasa, pembalut ini much safer kan?
Oke. Sampai sini dulu. Pertanyaan bisa leave comments on the section below or find me on Facebook!

Love,
Isthar Pelle

Share
Tweet
Pin
Share
No komentar


Jadi ceritanya bulan-bulan kemarin ini kulitku udah sukses terbebas dari yang namanya jerawat. Dengan perjuangan keras, telaten ngerawat kulit dengan produk murah (*catet), dan puasa makanan yang bisa memicu jerawat, kulit aku sukses mulus dan udah pede pasang foto tanpa filter. Iya, foto asli nggak pake photoshop. Padahal selama bertahun-tahun sebelumnya aku paling say no upload foto kalau belum diphotoshop. 

Sayangnya, kebahagian itu memang tidak diciptakan untuk waktu lama, tapi emang biar aku bisa istirahat aja. Negara api menyerang, drama nikah-nikahan, dan aku stress sejadi-jadinya. Aku lupa kalau segala ritual merawat kulit itu tu cuma usaha dari luar sedangkan yang paling penting tu aslinya di pikiran dan hati. Percuma kita ngerawat kulit. Mau berendam di lautan krim malam juga kalau pikiran berantakan, pasti bakal tercetak ke permukaan (baca: kulit). Ada macem-macem akibatnya. Ada yang kulitnya jadi kelihatan tua, ada yang muncul kerut-kerut, ada yang muncul bintik-bintik, ada yang jadi kusam, berminyak, dan kalau aku apa dong? Apa lagi kalau bukan musuh lama: jerawat?

Pas pertama kali pulang ke rumah itu, pas belum tau kalau disuruh nikah, kulit masih bagus banget loh. Masih bersih dan syantik dan kalau foto masih pede nggak pake filter.  Setelah dikasih tau suruh nikah, hati menjadi pilu, langit kelabu, dan jerawat-jerawatku yang tadinya sudah beristirahat dengan damai, perlahan bangkit dari kubur. Mula-mula satu, lalu dua, kemudian lima belas! Ngeliat itu semua aku semakin setres. 

Padahal perawatan kulit ya masih kaya biasanya, nggak berubah sama sekali. Cuci muka pakai sabun bayi,  krim muka pakai Home Snow, bedak pakai Marck’s. Masih sama persis. Tapi entah kenapa jerawat malah semakin menjadi-jadi. Saking bingungnya, aku sempet ganti produk perawatan karena aku pernah baca yang namanya kulit tu bisa bosen juga. Jenuh, kak! Trus aku beralih ke Sari Ayu. Kenapa Sari Ayu? Karena Sari Ayu produk asli Indonesia yang aman. Aku juga pakai bedak padatnya kan, dan fine-fine aja. Aku pakai facial foam, trus pembersihnya yang apa tuh, yang two in one warna ijo, sama pelembabnya. Tapi aku bego lagi kali ini karena nggak nyadar yang kupakai itu rangkaian Sari Ayu putih langsat which means mereka mengandung whitening dan akibatnya kulitku jadi yaa gitu deh, makin nggak karuan.

Akhirnya setelah aku punya kesempatan minggat, aku balik lagi ke perawatan yang dulu. Pakai sabun holly. Tapi duh, nggak tau kenapa, kali ini bahkan sabun holly pun nggak mempan. Sekarang aku masih sabar sih, masih telaten pakai sabun holly, sama masker bedak dingin. Jerawatnya masih ada meskipun nggak sebanyak pas di rumah. Tapi masih susah diilangin. Mungkin nanti aku mau beli Medi Klin lagi aja buat ngilangin jerawatnya. Tapi yang paling penting sih sekarang aku mau nenangin diri dulu. Nyeneng-nyenengin pikiran biar nggak stress, nggak sedih, nggak tertekan karena itu yang paling penting. Pada akhirnya, kecantikan itu memang apa-apa yang terpancar dari dalam.
Share
Tweet
Pin
Share
No komentar

Selamat sore pejuang kulit mulus yang masih berperang melawan jerawat yang on again off again.

Kali ini aku mau membahas salah satu perawatan tubuh yang penting banget dan meskipun kelihatannya nggak berhubungan, hal ini sangat-sangat berpengaruh terhadap progress kulit mulusmu. Apa itu? yes, membersihkan rambut.

Selama ini setiap kali membahas jerawat dan masalah yang menyebabkannya kita sering kali terlalu fokus pada jenis kulit, produk yang cocok atau enggak cocok, cuaca, pengaruh hormon, dan lain-lain. Padahal ada satu yang nggak kalah penting, yaitu membersihkan rambut.

Kenapa? Karena jelas dong ya, rambut itu posisinya deket banget sama wajah (sama-sama di kepala), trus rambut juga suka terurai menyentuh-nyentuh kulit wajah. Dan rambut yang bentuknya tipis-tipis dan tumbuh di kulit kepala yang cenderung gampang keringetan itu jelas banget merupakan semacam hot spot buat kuman dan bakteri hang out. Dan kalau rambutnya nempel ke muka, pindah deh itu bakteri ke muka.

Rajin merawat kulit tapi lupa membersihkan rambut itu sama aja kaya kamu rajin puasa senin kamis tapi lupa sholat fardhu. Makanya kalau kamu merasa udah rajin merawat wajah, merasa udah pakai produk yang sesuai jenis kulit, merasa udah menjauhi gorengan dan berbagai macam makanan lainnya yang bisa mengundang jerawat tapi jerawatnya nggak pergi-pergi, coba cek lagi: kapan terakhir keramas? Kapan terakhir nyuci sisir? Kapan terakhir ganti sarung bantal?

Nah, tapi kalau keramas terus rambutnya bisa rusak dong cyiiin. Kalau eike sih enggak tuh, rambutnya malah jadi bersih dan jatuhnya keren. Aku biasanya keramas tiap hari atau kalau enggak dua hari sekali. tak pikir, dalam hal ini, pinter-pinter kita milih shampoo yang bahannya alami aja. Yang nggak bikin rambut kering.

Tapi kalau kamu punya masalah rambut tersendiri seperti misalnya rambut rapuh, mudah patah, dan rontok sehingga tidak memungkinkan untuk sering-sering keramas, coba rambut dikucir, pakai headband, bando, dan sejenisnya untuk menjauhkan rambut dari muka.

Oke sekian dulu, bye!
Share
Tweet
Pin
Share
No komentar
Newer Posts
Older Posts

About me

About Me

Aenean sollicitudin, lorem quis bibendum auctor, nisi elit conseat ipsum, nec sagittis sem nibh id elit. Duis sed odio sit amei.

Follow Us

  • facebook
  • twitter
  • instagram
  • Google+
  • pinterest
  • youtube

Categories

recent posts

Sponsor

Facebook

Blog Archive

  • Juni 2021 (2)
  • Mei 2021 (3)
  • Agustus 2020 (1)
  • Mei 2020 (1)
  • Maret 2020 (2)
  • Juni 2019 (2)
  • Maret 2019 (1)
  • Februari 2019 (2)
  • Januari 2019 (15)
  • Februari 2018 (1)
  • Januari 2018 (1)
  • Oktober 2017 (1)
  • September 2017 (1)
  • Agustus 2017 (4)
  • Juli 2017 (2)
  • Juni 2017 (3)
  • Mei 2017 (1)
  • April 2017 (2)
  • Maret 2017 (8)
  • Februari 2017 (10)
  • Januari 2017 (3)
  • Desember 2016 (6)
  • Oktober 2016 (4)
  • September 2016 (6)
  • Agustus 2016 (5)
  • Juli 2016 (3)
  • Juni 2016 (8)
  • April 2016 (1)
  • Maret 2016 (6)
  • Oktober 2012 (1)
Diberdayakan oleh Blogger.

Popular Posts

  • Mengganti Foto Profil di PayPal Aja Aku Nggak Bisa
  • YES PLEASE, FUCK ME!
  • Kumpulan Nasihat Buat Diri Sendiri
  • Ternyata Tiktok Enggak Seburuk yang Aku Bayangkan
  • Dream Book dan Mood Board: The Cheerleading Squad

Yang Nulis

Isthar Pelle
Lihat profil lengkapku

Created with by ThemeXpose | Distributed by Blogger Templates