• Home
  • About
  • Contact
    • Category
    • Category
    • Category
  • Shop
  • Advertise
facebook twitter instagram pinterest bloglovin Email

MADGIRL!




               Bapakku itu sebenarnya orangnya lucuuuu banget. Kalau nggak percaya, lihat aja fotoku di atas. Sudah gemas? Kalau belum, liatin lagi. Sampai geregetan dan banting laptop kalau perlu. Hehe, nggak ding, bukan lucu itu maksudnya.

               Lucu, ceria, gembira, penghibur, dan hobi ngelawak. Di manapun ada acara orang banyak ngumpul, bapakku biasanya jadi the joker yang bikin semua orang ketawa kayang sampai sakit perut. In case kalian bertanya-tanya kenapa aku anaknya hobi becanda dan nggak pernah serius, jawabannya ya gara-gara bapakku itu. I’m my father’s daughter. 

               Anehnya, kalau di hadapan Ibuku, bapakku seketika berubah jadi the saddest person in the world. Aura keceriaannya luntur tur. Gesturnya nggak nyaman. Matanya yang biasanya bersinar jenaka menunduk lesu. Nggak bahagia. 

               Bapakku takut sama ibuku. Yes, dia memang anggota Komunitas Suami Takut Istri kok. Sialnya, Ibuku orangnya nggak suka becanda. Kalaupun pernah becanda, sekali-sekali aja. Itu juga jaraaaang banget. Ibuku itu orangnya serius dan hobi marah-marah. Stressnya tinggi karena standar bahagia yang dia tentukan sendiri. Bahagianya ribet. 

               Sebenarnya yang mengalami kelunturan keceriaan kalau deket ibuku bukan hanya Bapakku sih. Aku sama adikku juga orangnya suka banget becanda sebenernya. Kalau ngumpul bertiga (aku, Bapak, sama adik), kami bisa merubuhkan rumah saking hebohnya becanda. Tapi begitu ibuku masuk ruangan … mendadak hening. Suara jangkrik terdengar lamat-lamat, petir menggelegar dari kejauhan, kemudian hujan deras. 

               Kami semua merasa tertekan instan. Yang masih ada sisa tawa, diempet-empet dengan cara gigit bibir atau lidah dan konsentrasi bernafas tenang biar nggak ketawa lagi. Kalau enggak menyibukkan diri dengan ngerjain atau ngerapihin apaaa gitu sebelum keburu diomelin. Kalau enggak pindah rumah biar bisa becanda lagi. Wkwkwk. 

               Aku sedih lihat Bapakku kaya gitu. Orang yang aslinya kocak habis bin konyol mampus harus meredam kekonyolannya (yang adalah sifat alaminya) karena merasa takut sama pasangannya. Yups, mohon dicatat, pasangannya.

               Bukankah pasangan itu harusnya jadi orang yang bikin kita makin bahagia? Yang melipatgandakan keceriaan kita? Kok dalam kasus orang tuaku, malah kebalikannya? 

               Ya begitulah. Cinta kadang memang buta, gengs. Bapakku itu cinta banget sama ibuku sampai dia rela jadi nggak lucu kalau di dekatnya. Menurut ibuku, becanda itu hal yang nggak bermanfaat. Kalaupun becanda dan ketawa-tawa, ibuku akan melakukannya demi kepentingan pencitraan semata, bukan karena memang enjoy menjalankannya. 

               Aku tahu itu dari mana? Karena setelahnya kalau orang yang diajak becanda udah pergi ya beliau marah-marah lagi dan bahkan ngomelin kami karena keasikan becanda dan melakukannya sepenuh hati, semaksimal mungkin. :D

               Alkisah, pada suatu lebaran yang aku udah lupa tahunnya kapan, aku sama adikku merasa kelelahan dan kelaperan gara-gara udah keliling-keliling ke sanak saudara dan belum makan siang. Pas mau mengunjungi rumah temannya Ibuk, Ibuku sudah rasan-rasan “Ntar pasti dipaksa suruh makan nih.”

               Aku dan adikku, meskipun sok cool diam-diam saling lirik dan melempar senyum penuh makna. Dan ternyata benar saja. Setelah ngobrol basa-basi nggak penting, tuan rumah nawarin makan siang. Ibuku menolak lah. Tapi dipaksa. Yah, kadang ada kan orang yang kaya gitu. Akhirnya ibuku luluh juga. Di belakang Ibu, kami anak-anak bandel ini diam-diam mengepalkan tinju sambil tersenyum lebar-lebar. 

               Tapi bukan di situ letak kelucuannya. Di meja makan, ada satu panci yang isinya itu sup. Karena aku bosen makan makanan lebaran yang biasanya nggak jauh-jauh dari opor dan sejenisnya, aku milih makan sama sup itu. Waktu itu aku nggak pakai kaca mata, jadi tak kirain itu sup jamur. 

               Pas dicobain …, “Lho, kok manis?” 

Aku langsung melaporkan keanehan itu pada adikku. Dia melihat piringku, ketawa tertahan sambil membisikkan “Itu setup sirsak, keles.” Kami pun susah payah menahan tawa. Sumpah, pas itu lucuuuuu banget rasanya. Susah banget buat nggak ketawa, ya awlaaaaah. 

Sepanjang perjalanan kunjungan silaturahmi berikutnya kami masih terkikik-kikik menahan tawa sampai sakit perut. Ibuku yang menyadari itu langsung mencubit kami masing-masing dengan cubitan maha dahsyat. Pas kami jelasin penyebabnya, beliau ketawa? Nggak lah. Malah ngomel. 

“Ya udah tau sirsak dimakan sama nasi.” :v

Kami berhenti ketawa? Iya sih, berusaha menahannya sekuatnya. Tapi di lubuk hati terdalam kami berharap kalau saja kami bisa membaginya dan ketawa bareng. Itu kejadian lucu banget ya kaaan?

Maap oot kejauhan. Intinya ya begitulah. Kami-kami yang lucu dan hobi becanda ini jadi pura-pura kalem kalau ada ibuku. Aku sama adikku sih mending, di rumah jarang-jarang. Aku bahkan nggak hidup bareng ibuku dari kecil. Jadi nggak terlalu terasa tekanannya. 

Kalian bayangin penderitaan bapakku dong, yang pada dasarnya itu hampir sama semplaknya kaya aku kalau soal becanda. Dan terpaksa nggak ngelucu demi ibuku, setiap hari. 

Oke lah, bapak melakukan itu karena cinta. Tapi kalau menurutku, cinta itu seharusnya membebaskan, membahagiakan, ketawa bareng. Bukannya malah sedih karena terpaksa menjadi orang lain (oh yaa, aku juga selalu jadi orang lain kalau di depan ibuku. Jadi orang yang seperti beliau harapkan gitu, bukan diriku yang asli ini). Aku melakukan itu buat nyenengin dia. Aku bahagia nggak? Blas. Ibuku bahagia nggak? Anehnya tetep enggak meskipun kami sudah berusaha jadi seperti yang beliau mau. 

Jadi begitulah. Pernikahan itu seumur hidup. Selamanya itu waktu yang lama. Penting banget buat menjalaninya dengan orang yang benar-benar tepat. 

Beberapa waktu yang lalu aku sempat baca ada teman yang share status di facebook tentang seorang anak yang orang tuanya cerai hanya karena si bapak punya kebiasaan buruk membuang puntung rokok di pot tanaman ibunya, sementara ibunya pecinta tanaman. Sudah diobrolin berkali-kali si bapak nggak berubah dan itu terjadi selam bertahun-tahun. Akhirnya si ibu minta cerai.

Kelihatannya masalahnya sepele banget ya? Ya ampun, cuma masalah puntung rokok sama pot doang. Tapi ya begitulah. Menemukan orang yang benar-benar mengenal kita, memahami kesenangan kita, mau melakukan perubahan-perubahan kecil buat membahagiakan pasangannya itu memang nggak gampang. 

Hal-hal kecil yang kelihatannya sepele itu, bisa menjadi tekanan dan menyebabkan kita jadi kesal. Kalau dibiarkan terus lama-lama jadi nggak bahagia, dan seterusnya.

Jadi definisi orang yang tepat di sini seperti apa? Kalau menurutku ya, orang yang tepat adalah orang yang bersedia memahami kamu. Benar-benar BERSEDIA memahami kamu. 

Belum paham itu satu hal, karena konon katanya laki-laki memang nggak peka dan perempuan memang sulit dipahami? Tapi nggak bersedia memahami itu lain soal. 

Misalnya gini, pasanganmu sebenarnya paham kamu maunya apa. Dia paham hal-hal kecil yang bikin kamu bahagia tapi nggak mau melakukannya (atau melarangmu melakukannya). Dia mengerti hal-hal kecil yang membuatmu kesal, tapi masih melakukan itu terus menerus hanya karena menganggapnya nggak penting. 

Contoh, kamu yang suka makeup, diprotes “Kenapa sih beli lipstick lagi? Kan udah banyak,” padahal kamu beli pakai uang sendiri. Padahal kalau kamu cantik dia juga suka. 

Atau kamu orangnya suka nulis, bener-bener suka nulis karena hobi dan dia bisa-bisanya komen “Ngapain sih, nulis-nulis kaya gitu, nggak penting, nggak menghasilkan uang.” 

Atau kamu yang hobi baca dan pas beli buku malah dikomen “Beli buku lagi? Kan udah banyak.” T_T

Gimana perasaanmu? Sedih kan pasti? Meskipun kamu bisa bersabar, menahan perasaan, dan berusaha nggak masukin dalam hati, lama-lama lelah juga lah, pasti. Meskipun kamu bisa menerima dia dengan ssikapnya yang seperti itu, tapi diam-diam ada perasaan tertekan karena kamu nggak bisa melakukan hal yang kamu suka atau dia terus-terusan melakukan hal yang membuatmu kesal. 

Komunikasi biar saling memahami itu penting bangeeeet. Dan ngomong-ngomong, ini nggak berlaku buat cewek aja. Cowok juga butuh dimengerti. Jadi misalnya kamu punya cowok hobi main game ya nggak usah lah marah-marah dan ngancam pakai kalimat “Pilih game atau aku?” Itu kesenangan sederhananya kok. Please understand! Toh dia pasti punya waktu khusus juga buat menyayangi kamu. 

Intinya, kalau memang cinta, pasti akan saling mengerti. Kalau masih merasa tertekan karena kesenangan satu sama lain, berarti kalian nggak cocok. Udah, gitu aja. Kaya kasus bapak dan ibuku. Sebenarnya mereka nggak cocok, tapi dipaksakan bersama. Akibatnya, ibuku nggak bahagia, bapakku nggak bahagia, dan itu jadi ngaruh juga ke anak-anaknya. Kami semua nggak bahagia.

Tapi, Pel, bukannya semua orang punya kekurangan? Ya iya, makanya menemukan yang bisa memahami dan benar-benar menerima itu yang penting. Jadi misal pasanganmu punya kekurangan dan kamu bisa memahaminya, menerima itu, dan itu nggak menjadi tekanan buatmu, nggak mengurangi kualitas kebahagiaanmu ya nggak masalah. Tapi kalau kamu diam-diam merasa tertekan dan bahagiamu nggak maksimal, review ulang deh. Itu berarti ada yang salah. Kalau masih bisa dikomunikasikan dan ketemu jalan tengah, itu bagus. Tapi kalau masing-masing saling ngeyel dengan kemauannya sendiri-sendiri, berarti kemungkianan kalian memang nggak ditakdirkan untuk bersama. Belum terlambat untuk memutuskan berhenti. Cari yang cocok, yang bersedia memahami dan menerima, yang benar-benar tepat. 

Ini serius penting. Karena selamanya itu waktu yang lama.
Share
Tweet
Pin
Share
No komentar

The Savior. :v


               Senin, 3 Juli 2017, Bank Republik Indonesia mengalami masalah lagi (konon) di server induknya sehingga menyebabkan sitem off line. Aku baru tahu sore-sore pas keluar mau makan dan ternyata nggak bisa pakai ATM. Setelah ke beberapa ATM nggak bisa semua, kami memutuskan ke kantor BRI terdekat dan dijawab Pak Satpam dengan “Off line dari jam setengah 10 pagi. Se-Indonesia.” *senyum sabar

               Plis deh, BRI itu bank besar. Nasabahnya bwanyaaaak. Tentu saja yang stress gara-gara nggak bisa ambil uang bukan hanya kami saja. Kami menemui banyak manusia-manusia bernasip sama yang mengerutkan kening pertanda sedih. Ha mbok yakin, orang-orang itu ke ATM juga karena kehabisan cash. Kalau nggak ya butuh apa gitu, misal transfer atau bayar tagihan, dan itu harus diselesaikan segera. Jadi menurutku, apa yang dilakukan BRI itu jahat!

               Off line se-Indonesia lohh. Seharian. Untuk ukuran bank BUMN yang udah punya satelit sendiri harusnya hal semacam ini nggak sampai terjadi. Kalaupun terjadi, harusnya jangan lama-lama. Setengah jam maksimal. Lha masa seharian cobak? Itu sih ngerjain namanya. 

               Hal ini sudah pernah kejadian beberapa bulan yang lalu. Pas itu malam-malam juga nggak bisa tarik tunai di ATM manapun termasuk ATM bersama. Sementara, aku sama Ibing punya kebiasaan nggak pernah pegang uang cash banyak. Jadi kebiasaan kalau butuh baru ambil. Pas itu bener-bener udah nggak punya duit sama sekali bahkan buat bensin aja udah nggak ada. Hahaha.

               Kejadian kemarin masih mendingan, soalnya aku masih ada uang beberapa ribu buat bensin. Yang jadi masalah itu karena kami keluar maksud hati pengen makan karena kelaparan belum makan dari pagi. Lha, malah nggak bisa ambil duit. Yawlooo, udah lemes banget kelaparan (beneran ini, nggak lebay). Akhirnya setelah isi bensin pakai tetes uang penghabisan (ya daripada duitnya buat makan tapi pulang jalan kaki), kami memutuskan pulang sambil berdoa mudah-mudahan masalah si BRI cepet teratasi. 

               Pas oteweh pulang, aku puter otak gimana caranya biar bisa makan. Duh, masa pinjem duitnya pak satpam dulu ya? Kayaknya kok nggak mungkin dikasih. Hahahah. Baru setelah mikir beberapa saat (yes, hunger makes me think, lol) aku teringat pada satu benda yang teramat sangat menggembirakan.

               “Bing, balik ke kosku dulu aja. Di dompet kecil aku masih ada duit.”

               Jadi dompet kecil itu dompet souvenir kondangan yang biasa aku pakai buat naruh recehan. Dompet kecil ini nggak pernah aku bawa-bawa soalnya isinya emang cuma recehan sih. Karena rajin ngumpulin receh, seingetku saldo di dompet kecil ini lumayan. Bisa lah kalau buat makan berdua daripada pingsan. Wkwkwk. 

               Begitu sampai kos, aku langsung cek saldo di dompet kecil dan ternyata isinya ada 22 ribu yang terdiri dari pecahan lima ribuan, dua ribuan, seribuan, dan recehan. Di dompet besar juga masih ada uang 10 ribu. Jadi deh kami makan. Hahaha. 

               “Ini judulnya dompet penyelamat, ndut. Sana ditulis!” komentar Ibing.
               “Apa-apa kok dijadiin judul,” jawabku.
               “Iya lah. Orang jaket bapak-bapak aja ditulis. Ini senengnya nulis cuma kalau yang ngece-ngece kok,” katanya lagi. 

               Yaudah deh, akhirnya aku nulis ini. Nggak penting kan? Nggak apa-apa lah buat isi-isi. Daripada cuma ditulis di facebook dan blog sepi. Uhuk!

Menabung Pangkal Selamat

               Dari kejadian ini, aku jadi merasa bersyukur aku anaknya rajin nabung (baca: ngumpulin recehan). Kamu nggak akan tahu seberapa besar arti recehan sampai kamu mengalami hal semacam ini. Ternyata recehan bisa menyelamatkan nyawa. Oke deh, kalau itu terlalu lebay, maka recehan bisa menyelamatkanmu dari derita kelaparan. 

               Nggak cuma sekali ini recehan menyelamatkan kami. Dari dulu-dulu udah sering banget. Kalau dulu bukan karena bermasalah sama ATM, melainkan memang kere nggak punya duit. Hahaha. Bisa bertahan hidup dari recehan lohh. Soalnya saking rajinnya ngumpulin recehan sampai recehanku itu banyak, kadang sampai puluhan ribu. Biasanya nggak ngeh jumlahnya udah berapa. Terabaikan begitu saja sampai ketemu kejadian kaya gini. 

               Makanya aku sangat merekomendasikan menabung sebagai aktivitas harianmu. Meskipun nggak bisa bikin kaya (ya kalau yang ditabung cuma recehan, kapan bisa beli helikopternya? Zzzz), tapi seenggaknya bisa dipakai pada saat darurat. 

               I knoooow, harusnya kami mengubah kebiasaan buruk kami. Harusnya selalu sedia uang cash sebelum kehabisan. Pas kejadian yang dulu itu aku bahkan sudah pernah berjanji pada diri sendiri untuk selalu sedia cadangan cash. Tapi dasar dudul pelupa, janji tinggallah janji. Kami melakukan kesalahan yang persis sama. 

               Dan berhubung sifat pelupaku (atau pemalas) ini agaknya susah disembuhkan, aku memikirkan solusi lain yang agak lebih bijak: pindah bank. Wkwkwk. Atau seenggaknya punya cadangan saldo di rekening bank lain gituh, nggak cuma mengandalkan satu bank. Jadi kalau tiba-tiba ada kejadian kaya gini kan masih bisa pakai ATM satunya. Dan mohon diingat, kejadian semacam ini bisa menimpa bank apa saja, bukan hanya BRI.

               Btw, malamnya, kami (meskipun pasrah-pasrah saja dan nggak terlalu berharap), ke ATM lagi. ATM pertama nggak bisa, ada keterangan di layarnya kalau ATM masih nggak bisa digunakan. Di ATM kedua nggak ada keterangan di layar, jadi dicoba, dan … transaksi gagal. 

               Tapi bukan Ibing namanya kalau menyerah begitu saja. Dicoba lagi, dicoba lagi. Di percobaan ke empat akhirnya berhasil. Horeee. Jadi makan malam banyak kami. Sekenyang-kenyangnya, soalnya siang tadi cuma makan seadanya. Hahaha.

Pesan Moral dari Kejadian Ini:

1.      Rajin-rajinlah menabung.
2.      Sedia uang cash cadangan.
3.      Usahakan punya rekening bank lain. Saldonya diisi lah pastinya. Lha punya rekening cadangan tapi nggak ada isinya trus apa gunanya?
4.      Sabar dan pantang menyerah. Aku mendapatkan pelajaran berharga ini dari Ibing. Kalau aku yang kebagian tugas narik tunai, pasti aku udah langsung menyerah begitu percobaan pertama nggak berhasil. *grin Dengan nggak menyerah begitu saja, terbukti Ibing akhirnya berhasil. :v
5.      Kalau sudah bisa tarik tunai dan bisa makan, usahakan tetep kalem dan nggak kalap. Nanti malah kekenyangan kaya aku sekarang ini. Sia-sia sudah diet selama tujuh hari terakhir. - -“
Share
Tweet
Pin
Share
No komentar
Newer Posts
Older Posts

About me

About Me

Aenean sollicitudin, lorem quis bibendum auctor, nisi elit conseat ipsum, nec sagittis sem nibh id elit. Duis sed odio sit amei.

Follow Us

  • facebook
  • twitter
  • instagram
  • Google+
  • pinterest
  • youtube

Categories

recent posts

Sponsor

Facebook

Blog Archive

  • Juni 2021 (2)
  • Mei 2021 (3)
  • Agustus 2020 (1)
  • Mei 2020 (1)
  • Maret 2020 (2)
  • Juni 2019 (2)
  • Maret 2019 (1)
  • Februari 2019 (2)
  • Januari 2019 (15)
  • Februari 2018 (1)
  • Januari 2018 (1)
  • Oktober 2017 (1)
  • September 2017 (1)
  • Agustus 2017 (4)
  • Juli 2017 (2)
  • Juni 2017 (3)
  • Mei 2017 (1)
  • April 2017 (2)
  • Maret 2017 (8)
  • Februari 2017 (10)
  • Januari 2017 (3)
  • Desember 2016 (6)
  • Oktober 2016 (4)
  • September 2016 (6)
  • Agustus 2016 (5)
  • Juli 2016 (3)
  • Juni 2016 (8)
  • April 2016 (1)
  • Maret 2016 (6)
  • Oktober 2012 (1)
Diberdayakan oleh Blogger.

Popular Posts

  • YES PLEASE, FUCK ME!
  • Bullet Journal untuk Hidup yang Lebih Produktif
  • PESAN MORAL LOMBA-LOMBA AGUSTUSAN
  • Tentang Anak Durhaka
  • Menguatkan Akar Rambut dengan Shampoo Ginseng

Yang Nulis

Isthar Pelle
Lihat profil lengkapku

Created with by ThemeXpose | Distributed by Blogger Templates