[REVIEW] Pembalut Kain

by - 04.23.00



            Sekitar sebulan yang lalu aku posting di facebook tentang pembalut yang bisa dicuci ulang alias pembalut kain yang tak beli dari Mbak Pipit. Awalnya beli pembalut kain ya dari semangat buat mengurangi sampah di muka bumi. Secara sampah dari pembalut itu banyak banget lohh. Misalnya masing-masing cewek mens selama 7-8 hari per bulan. Setiap hari ganti pembalut 2-3 kali. Satu cewek bisa menghasilkan 14-24 potong sampah pembalut/bulan. Di kosku ini, ada sepuluh kamar dan penghuninya cewek semua (ya iya lah, namanya aja kos cewek). Dan sepuluh cewek itu masih mens semua. Satu kos ini saja menghasilkan 140-240 potong sampah pembalut/bulan. Baru satu kos. Belum satu RT, belum satu kelurahan, belum satu kecamatan dan akhirnya belum seluruh dunia. Kalau dihitung, ketemu jumlah yang mengerikan bukan?
            Maka dari itu, beralih ke pembalut kain adalah salah satu langkah kecil yang bisa kita lakukan, girls! Lagian jangan dipikir pembalut kain tu berupa kain yang dilipet-lipet kaya jaman oma kita. Pembalut kain masa kini tuh udah keren banget. Bentuknya kaya pembalut plastik yang biasa kita pakai itu. Dengan warna-warna plus desain yang lucu. 
bentuknya kaya pembalut biasa

            Pas beli kemarin aku belum bisa nulis review soalnya itu pas banget aku baru selesai mens dan masa iya aku pura-pura mens biar bisa nyobain pembalutnya? Nggak lucu kan? Jadinya ya nunggu sampai satu bulan kemudian, dan tadaaaa, mens juga aku bulan ini.
            Pertama kali yang tak liat dari pembalut ini adalah jahitannya nggak rapi. Jadi di beberapa bagian ada yang mencong-mencong gitu. Maklum, yang tak beli ini termasuk kasta paling rendah di jajaran pembalut kain. Hey, bahkan nggak ada mereknya loh. Dan kalian tahu lah kenapa kok aku pilih ini. Yes, karena paling murah (teteep pelit).
Trus kedua, kok tebel ya? Tebel banget sih enggak, Cuma lebih tebel dari pembalut yang biasa tak pake (aku biasa pake yang super slim). Takutnya jadi nggak nyaman kan?
            Ketiga, nggak ada perekatnya, cuma pakai kancing yang dicepretin (aku masih nggak nemu istilah yang tepat buat kancing model ini). Apa ya nggak geser-geser bin bocor nantinya?
kancing cepret, atau apapun namanya itu

Setelah tak pakai gaes, ternyata kekhawatiranku tadi nggak terbukti. Pertama, kerapihan jahitan nggak ada sangkut pautnya sama fungsi pembalut ini. Cuma orang-orang kurang kerjaan kaya aku yang bakal mempermasalahkan kok jahitannya mencong dikit. Daya serap pembalut ini mencengangkan. Jauh lebih cepat dibanding pembalut biasa. Trus tak kirain bakal berasa basah gitu, eeh, ternyata malah lebih kering dari pembalut plastik. Trus juga nggak ada perasaan lembab dan nggak nyaman kaya kalau pakai pembalut plastik.
Meskipun agak tebal, ternyata nggak ngeganjel sama sekali. Lentur dan nyaman dipakai. Memang agak lebih ‘terasa’ dibanding pembalutku yang biasanya. Tapi paling mirip-mirip lah rasanya sama kalau kita pakai pembalut yang super maxi. Nah, bisa ngebayangin kan, kaya gimana?
Meskipun nggak ada perekatnya ternyata nggak geser-geser juga. Aku cuma pakai around the house dan pergi yang deket-deket aja sih. Kalau dipakai buat aktivitas fisik yang banyak gerak kaya olahraga, misalnya, aku belum tahu ya.
Over all, pembalutnya nyaman dan aku bakal repurchase. Lha ngapain repurchase? Kan bisa dipakai lagi berulang-ulang? Iya, mau nambah stok soalnya kalau musim hujan kan lama keringnya.
Oya, pembalut kain ini juga guampang banget dicucinya. Emang sih, agak lebih ribet dibanding pembalut biasa yang tinggal diguyur, gulung, terus buang. Ini melibatkan sabun cuci dan ngucek. Tapi aslinya noda darah itu gampang diilangin kok. nguceknya nggak perlu banyak effort. Kalau udah kering, setrika deh biar kumannya mati.
Oya, sebelum dipakai juga dicuci dulu gaes. Selama proses produksi sampai pengiriman kan pastinya sudah banyak kotoran yang menempel. Thank’s mbak Pipit for reminds me this.
Kalau ada kurangnya pembalut ini menurutku nggak bisa dipakai pas lagi travelling. Ya kecuali kamu mau disibukkan sama urusan nyuci plus ngeringin pembalut sih. Tapi kalau travelling ya mana sempat gitu loh. Ujung-ujungnya dibuang? Weww, sayang. Kan mahal. :D
Jadi sementara ini aku kalau travelling ya tetep pakai pembalut biasa. Tapi lumayan lah ya, setidaknya udah mengurangi buanyaak sampah plastik pembalut dari satu orang. Yeah! Dan btw, yang takut dioxin atau zat apapun itu yang terdapat pada pembalut biasa, pembalut ini much safer kan?
Oke. Sampai sini dulu. Pertanyaan bisa leave comments on the section below or find me on Facebook!

Love,
Isthar Pelle

You May Also Like

0 komentar