Jadi, dulu kenapa
hidupku bisa selalu sangat aktif, senantiasa sibuk, keren luar biasa, dan
membanggakan, selain karena aku punya bullet journal yang membantuku mengingat
segalanya, aku juga punya dream book dan mood board.
Dream book pasti udah
pada tahu ya, buku yang isinya impian-impian. Hal apa aja yang mau dicapai.
Kalau anak sekarang bilangnya goals lah gitu.
Dulu aku bikin dream
book itu bagus banget. Merepresentasikan apa aja yang aku mau. Urut sesuai
prioritas atau yang termudah dulu, ada gambarnya, ada tanggal targetnya, dan
yang paling penting ada breakdown langkah-langkah yang harus aku tempuh untuk
mendapatkannya.
Karena aku tipe
pemimpi muluk, dulu aku masukin banyak banget hal di dreambook. Banyak yang
udah kejadian, banyak juga yang belum (yang ngaco muluk-muluk banget tanpa
rencana rasional, haha). Dan lucunya, kehidupanku sekarang ini adalah salah
satu (atau salah banyak) dari yang dulu aku tulis di dreambook. Kayak aku mau
punya banyak waktu buat nulis, aku mau punya clothing line, aku mau nyanyi,
fotografi, dll. Banyak lah. Tanpa sadar kejadian beneran.
Kenapa? Karena ya
emang aku melangkah ke arah sana. Makanya bener kalau ada pepatah sok bijak
yang mengatakan “Follow your dreams. They know the way,” itu bukan omong kosong
manis-manisan lambe motivator. Tapi emang beneran. Logika sederhananya gini:
impian itu tujuan. Ibarat kamu mau pergi ke suatu tempat, kamu pasti akan jalan
ke arah sana kan? Nah, dengan menuliskan impian itu dengan jelas,
langkah-langkahmu juga akan terdirect dengan jelas. Jadi kalau seandainya pun
meleset (karena ini kehidupan nyata, oke? Hal-hal nggak selalu terjadi sesuai
keinginan kita), melesetnya pun nggak jauh-jauh dari situ juga. Gitu lho.
Yang penting jangan
ngawur bikin goalsnya. Harus logis. Maksudnya, mimpi besar itu nggak apa-apa.
Tapi kamu harus tahu jalan apa aja yang harus kamu tempuh untuk menuju ke sana.
Gitu. Bukan misal “Wah, aku pengen jadi model,” trus udah berhenti sampai di
situ doang. Cuma mimpi-mimpi doang tapi nggak tahu harus ngapain. Kalau misal
impianmu mau jadi model ya tulislah hal-hal yang harus kamu lakukan untuk
menuju ke sana, seperti: sekolah modeling, ikut lomba modeling, bikin
portofolio, ikut ajang pencarian bakat, dll. Gitu.
Dulu aku nulis impian
mau jadi penyanyi dan aku tulis jelas: latihan vocal. Dan karena aku belum
punya banyak uang buat les vocal ya aku latihan sendiri sebisanya. Butuh waktu
lama. Tapi ada hasilnya. Suaraku berubah beda banget jauuuuh. Orang-orang yang
berteman sama aku sejak lama pasti notice, dan kebanyakan emang pada notice
sih.
Yha, emang, aku belum
jadi penyanyi terkenal atau apa. Tapi melihat sekarang suara dan cara nyanyiku
udah mengalami peningkatan itu aja aku udah merasa sangat bangga atas hasil
usahaku selama ini. Aku bukan anak yang terlahir dengan suara emas, atau suara
yang unik banget. Kalau mau jadi penyanyi, aku emang harus berusaha jauh lebih
keras dibanding orang-orang yang suaranya emang udah bagus dari lahir. Dan aku
melakukan itu. Aku berusaha keras untuk itu.
Itu satu contoh ya. Di
sini inti pembahasanya bukan soal aku mau jadi penyanyi, tapi ke dream booknya.
Beberapa tahun
terakhir, sejak kejadian nggak mengenakkan menimpa hidupku, aku sempet nggak
percaya sama yang namanya impian. Aku udah capek, menyerah, nggak mau mimpi
lagi karena rasanya kayak membohongi diri sendiri. Goblok banget mimpiin itu
semua, mengusahakan itu semua, kalau ujung-ujungnya kehidupan seenak udel
menjungkirbalikkan keadaan, dsb. Pikiran negatif banget lah. Nggak sehat blas
buat jiwa. Haha.
Tapi kan seiring
berjalannya waktu, aku baikan nih. Aku sembuh. Kesehataan mentalku sangat
membaik, dan pelan-pelan aku jadi kayak diriku yang dulu. Semangat. Punya
keinginan lagi, punya mimpi lagi, dan sekarang aku mulai menulisakan
impian-impianku lagi. Emang aku belum bikin dream book bagus kayak yang dulu
aku bikin gitu sih. Tapi ya namanya juga baru mulai.
Satu hal lagi yang
nggak kalah pentingnya: mood board!
Image via tinkerlab.com |
Dulu, selain punya
dream book, aku juga punya mood board yang aku tempelin di kamar. Bukan beneran
papan sih soalnya dibikinnya dari Styrofoam. Fungsinya buat nancep-nancepin
macem-macem kayak notes, reminder, dll gitu.
Mood board ini
biasanya aku ganti-ganti tema. Aku taruh semua hal yang menurutku menyenangkan
di situ. Selain space untuk jadwal dan reminder yaa. Mood board adalah hal yang
pertama kali aku lihat begitu bangun tidur, hal terakhir yang aku lihat sebelum
tidur, dan hal yang selalu aku lihat sepanjang waktu kalau lagi ada di kamar.
Hahaha.
Jadi mood board ini
penting banget. Fungsinya selain buat naruh-naruh reminder ya buat ngeboost
mood. Jadi kalau lihat hawanya semangat.
Dua hal ini fungsinya
emang kayak personal cheerleader. Tiap kali lagi lelah, capek, galau, merana,
dll, lihat dua hal itu akan langsung jadi semangat lagi.
Aku udah lama banget
nggak punya mood board. Sejak nggak kuliah tepatnya. Dan aku baru sadar kalau
peranan mood board dalam hidupku dulu sepenting itu lho, beneran.
Jadi kalau akhir-akhir
ini aku bertanya-tanya apa yang bikin aku beda. Kenapa dulu aku keren sedangkan
sekarang gini-gini aja, mungkin jawabannya karena dulu aku emang punya personal
cheerleader yang nyemangatin aku terus. Jadi dulu aku nggak sempet ngeluh manja
ke pacar atau nyedihin masalah asmara terlalu lama. Cukup ngelihat mood board
aja aku udah bahagia gitu lho. Aku punya alasan buat terus ketawa. Dan aku
tahu, selama hal itu bikin kita bahagia, nggak pernah ada yang sia-sia.
Beberapa orang skeptis
pesimis mungkin akan mencela kelakuanku bikin dream book dan mood board. Gpp.
Kalau kamu nggak melakukan itu semua dan kamu udah otomatis selalu semaangat
dan hidupmu sukses luar biasa, good for you.
Aku, aku anaknya
pelupa. Aku harus selalu diingetin sama tujuan hidup. Sama alasan-alasan kenapa
harus ketawa. Biar aku kalau sedih jangan lama-lama. Biar aku tahu kalau hidup
ini asik. Masih banyak yang harus dikejar, dicoba.
Gitu, my lof!
Gimana? Nggak
berfaedah ya, postingan kali ini? Emang nggak pernah ada faedahnya. Kalian
kenapa baca sih? Wkwk.
Becanda ya.
Udah ah, ngantuk. See
you on the next one! Byeee!
0 komentar