Dream Book dan Mood Board: The Cheerleading Squad

by - 18.36.00



Jadi, dulu kenapa hidupku bisa selalu sangat aktif, senantiasa sibuk, keren luar biasa, dan membanggakan, selain karena aku punya bullet journal yang membantuku mengingat segalanya, aku juga punya dream book dan mood board. 


Dream book pasti udah pada tahu ya, buku yang isinya impian-impian. Hal apa aja yang mau dicapai. Kalau anak sekarang bilangnya goals lah gitu. 

Dulu aku bikin dream book itu bagus banget. Merepresentasikan apa aja yang aku mau. Urut sesuai prioritas atau yang termudah dulu, ada gambarnya, ada tanggal targetnya, dan yang paling penting ada breakdown langkah-langkah yang harus aku tempuh untuk mendapatkannya. 
 
Image via weheartit.com
Karena aku tipe pemimpi muluk, dulu aku masukin banyak banget hal di dreambook. Banyak yang udah kejadian, banyak juga yang belum (yang ngaco muluk-muluk banget tanpa rencana rasional, haha). Dan lucunya, kehidupanku sekarang ini adalah salah satu (atau salah banyak) dari yang dulu aku tulis di dreambook. Kayak aku mau punya banyak waktu buat nulis, aku mau punya clothing line, aku mau nyanyi, fotografi, dll. Banyak lah. Tanpa sadar kejadian beneran. 

Kenapa? Karena ya emang aku melangkah ke arah sana. Makanya bener kalau ada pepatah sok bijak yang mengatakan “Follow your dreams. They know the way,” itu bukan omong kosong manis-manisan lambe motivator. Tapi emang beneran. Logika sederhananya gini: impian itu tujuan. Ibarat kamu mau pergi ke suatu tempat, kamu pasti akan jalan ke arah sana kan? Nah, dengan menuliskan impian itu dengan jelas, langkah-langkahmu juga akan terdirect dengan jelas. Jadi kalau seandainya pun meleset (karena ini kehidupan nyata, oke? Hal-hal nggak selalu terjadi sesuai keinginan kita), melesetnya pun nggak jauh-jauh dari situ juga. Gitu lho. 

Yang penting jangan ngawur bikin goalsnya. Harus logis. Maksudnya, mimpi besar itu nggak apa-apa. Tapi kamu harus tahu jalan apa aja yang harus kamu tempuh untuk menuju ke sana. Gitu. Bukan misal “Wah, aku pengen jadi model,” trus udah berhenti sampai di situ doang. Cuma mimpi-mimpi doang tapi nggak tahu harus ngapain. Kalau misal impianmu mau jadi model ya tulislah hal-hal yang harus kamu lakukan untuk menuju ke sana, seperti: sekolah modeling, ikut lomba modeling, bikin portofolio, ikut ajang pencarian bakat, dll. Gitu. 

Dulu aku nulis impian mau jadi penyanyi dan aku tulis jelas: latihan vocal. Dan karena aku belum punya banyak uang buat les vocal ya aku latihan sendiri sebisanya. Butuh waktu lama. Tapi ada hasilnya. Suaraku berubah beda banget jauuuuh. Orang-orang yang berteman sama aku sejak lama pasti notice, dan kebanyakan emang pada notice sih. 

Yha, emang, aku belum jadi penyanyi terkenal atau apa. Tapi melihat sekarang suara dan cara nyanyiku udah mengalami peningkatan itu aja aku udah merasa sangat bangga atas hasil usahaku selama ini. Aku bukan anak yang terlahir dengan suara emas, atau suara yang unik banget. Kalau mau jadi penyanyi, aku emang harus berusaha jauh lebih keras dibanding orang-orang yang suaranya emang udah bagus dari lahir. Dan aku melakukan itu. Aku berusaha keras untuk itu. 

Itu satu contoh ya. Di sini inti pembahasanya bukan soal aku mau jadi penyanyi, tapi ke dream booknya.
Beberapa tahun terakhir, sejak kejadian nggak mengenakkan menimpa hidupku, aku sempet nggak percaya sama yang namanya impian. Aku udah capek, menyerah, nggak mau mimpi lagi karena rasanya kayak membohongi diri sendiri. Goblok banget mimpiin itu semua, mengusahakan itu semua, kalau ujung-ujungnya kehidupan seenak udel menjungkirbalikkan keadaan, dsb. Pikiran negatif banget lah. Nggak sehat blas buat jiwa. Haha. 

Tapi kan seiring berjalannya waktu, aku baikan nih. Aku sembuh. Kesehataan mentalku sangat membaik, dan pelan-pelan aku jadi kayak diriku yang dulu. Semangat. Punya keinginan lagi, punya mimpi lagi, dan sekarang aku mulai menulisakan impian-impianku lagi. Emang aku belum bikin dream book bagus kayak yang dulu aku bikin gitu sih. Tapi ya namanya juga baru mulai. 

Satu hal lagi yang nggak kalah pentingnya: mood board!

Image via tinkerlab.com
Dulu, selain punya dream book, aku juga punya mood board yang aku tempelin di kamar. Bukan beneran papan sih soalnya dibikinnya dari Styrofoam. Fungsinya buat nancep-nancepin macem-macem kayak notes, reminder, dll gitu. 

Mood board ini biasanya aku ganti-ganti tema. Aku taruh semua hal yang menurutku menyenangkan di situ. Selain space untuk jadwal dan reminder yaa. Mood board adalah hal yang pertama kali aku lihat begitu bangun tidur, hal terakhir yang aku lihat sebelum tidur, dan hal yang selalu aku lihat sepanjang waktu kalau lagi ada di kamar. Hahaha. 

Jadi mood board ini penting banget. Fungsinya selain buat naruh-naruh reminder ya buat ngeboost mood. Jadi kalau lihat hawanya semangat. 

Dua hal ini fungsinya emang kayak personal cheerleader. Tiap kali lagi lelah, capek, galau, merana, dll, lihat dua hal itu akan langsung jadi semangat lagi. 

Aku udah lama banget nggak punya mood board. Sejak nggak kuliah tepatnya. Dan aku baru sadar kalau peranan mood board dalam hidupku dulu sepenting itu lho, beneran. 

Jadi kalau akhir-akhir ini aku bertanya-tanya apa yang bikin aku beda. Kenapa dulu aku keren sedangkan sekarang gini-gini aja, mungkin jawabannya karena dulu aku emang punya personal cheerleader yang nyemangatin aku terus. Jadi dulu aku nggak sempet ngeluh manja ke pacar atau nyedihin masalah asmara terlalu lama. Cukup ngelihat mood board aja aku udah bahagia gitu lho. Aku punya alasan buat terus ketawa. Dan aku tahu, selama hal itu bikin kita bahagia, nggak pernah ada yang sia-sia. 

Beberapa orang skeptis pesimis mungkin akan mencela kelakuanku bikin dream book dan mood board. Gpp. Kalau kamu nggak melakukan itu semua dan kamu udah otomatis selalu semaangat dan hidupmu sukses luar biasa, good for you. 

Aku, aku anaknya pelupa. Aku harus selalu diingetin sama tujuan hidup. Sama alasan-alasan kenapa harus ketawa. Biar aku kalau sedih jangan lama-lama. Biar aku tahu kalau hidup ini asik. Masih banyak yang harus dikejar, dicoba. 

Gitu, my lof! 

Gimana? Nggak berfaedah ya, postingan kali ini? Emang nggak pernah ada faedahnya. Kalian kenapa baca sih? Wkwk. 

Becanda ya. 

Udah ah, ngantuk. See you on the next one! Byeee!

You May Also Like

0 komentar