Jadi beberapa waktu yang lalu aku memikirkan ide ini.
Eh, sebenernya nggak beberapa waktu yang lalu ding. Udah lamaaa. Idenya adalah
bikin blogpost yang mengulas tokoh-tokoh (baik terkenal maupun tidak) yang
menurut aku keren dan menginspirasi. Tapi kalian kan tahu aku. Anaknya cuma
sibuk berpikir tanpa niat mengeksekusi hasil pikirannya ya kan? Jadilah ide itu
teronggok begitu saja di pikiranku. Akhirnya, karena mulai keras terhadap diri
sendiri dan memaksa diri juga untuk semakin serius blogging, aku mengeksekusi
ide itu. Jadi orang yang hobi berpikir ada untungnya juga ternyata. Begitu niat
jalan, idenya sudah tersedia. Hihihi.
Di kesempatan kali ini aku mau cerita soal sahabat aku
sendiri nih. Pas banget momennya karena dia baru aja naik level ke jenjang aman
pertama di bisnis Oriflame. Ini anak udah aku singgung apa belum ya, di artikel
terdahulu?
Baca juga: Madgirl dan Bisnis Kosmetik
Baiklah, langsung saja. Namanya Vivo. Lengkapnya
Maulidya Oktavio Utami. Ha kok bisa dipanggil Vivo? Nggak tau tuh papanya. Aku
pertama kali ketemu sama Vivo ini pas jadi mahasiswa baru. Jadi ceritanya kami
sama-sama tersesat di jalan kos pesantren gitu sodarah. Ntar kapan-kapan aku
certain soal kos-kosan ini deh.
Pertama ketemu sama Vivo yang aku tangkap adalah
anaknya fresh banget. Lucu, energik, pinter, dan nyambuuung abiis. Saking
nyambungnya, dia ini tahan ngekos bareng aku selama empat tahun berturut-turut.
Bayangkan! Orang lain mana ada yang tahan? Bahkan selama dua tahun terakhir
jadi room mate aku. Kalian bayangin aja stressnya sekamar sama aku selama dua
tahun. Tapi lucunya, karena aku sama Vivo selama kuliah sama-sama sibuk
ngaktivis, jadi kami itu jarang ketemu. Paling ketemunya malem banget di saat
semua penghuni kos lain udah merem dan kami juga sudah kengantukan (terlalu
ngantuk gitu maksudnya). Walhasil, kami jadi jarang ngobrol. Tapi meskipun
jarang ngobrol, kami tetap saling mengerti. #eeaaa
Trus sesuai dengan judul, berikut ini aku mau certain
alasan mengapa semua orang butuh sahabat seperti Vivo ya.
1.
Guru Bahasa
Indonesia
Jadi Vivo itu profesinya adalah guru SMA gaes. Lha
kenapa kok profesi guru jadi penting? Soalnya Vivo itu guru Bahasa Indonesia.
Dia selama ini jadi rujukan aku kalau bertanya-tanya soal ejaan atau kata baku
dan tidak baku. Jadi misalnya aku lagi nulis, trus bingung yang bener itu
kontroversi apa kontraversi, aku akan terlalu males untuk buka KBBI atau EYD.
Untunglah aku punya teman seperti Vivo. Kalau lagi deket ya tinggal diteriakin,
kalau lagi jauh ya tinggal dismsin. Dan dia selalu jawab dengan cepat. See?
Punya teman yang profesinya guru Bahasa Indonesia terbukti membuat hidupku jadi
lebih mudah.
2.
Penyabar
Udah jelas kalau ini sih. Kalau dia nggak penyabar,
dia nggak akan kuat berlama-lama ngekos bareng aku. Selain bukunya suka
kugeratakin sembarangan dan sepanjang waktu dia harus jawabin pertanyaan-pertanyaan aku yang nggak ada
habis-habisnya itu, dia juga sabaaar banget aku curhatin. Aku kan dudul,
gampang jatuh cinta, gampang patah hati, cepet move on, untuk kemudian jatuh
cinta lagi. Kebayang kan, materi curhatannya ada banyak banget. Tapi Vivo tetap
sabar mendengarkan. And you know what’s best? Tanpa judging sama sekali.
Padahal secara sifat dia kebalikannya aku lohh. Vivo itu orangnya setia. Jarang
jatuh cinta, tapi sekalinya jatuh bakal dalem. Dan dia tetap bisa mengerti aku
yang hobinya ngelaba ke mana-mana itu. Perfect bukan?
3.
Cair
Maksudnya cair itu, dia sangaat mudah menyesuaikan
diri dan beradaptasi. Dengan lingkungan baru, orang baru, dia jenis orang yang
easily blend in gitu. Makanya enak diajak berteman. Dia juga bisa selalu pas
sebagai teman bicara. Giliran aku curhat, dia akan jadi pendengar yang baik dan
ngasih advice seperlunya. Giliran aku ngobrolin musik, dia akan menimpali
dengan serunya. Giliran dibutuhkan sebagai teman, dia ada. Giliran aku tidak
rewel, dia juga nggak ribut kepo pengen ngurusi hidup orang. Pokoknya dia
selalu bisa menempatkan dirinya di posisi yang pas dengan porsi yang pas.
Kemampuannya untuk cepat beradaptasi ini juga berperan
sangat penting ketika dia memutuskan terjun ke bisnis baru. Pertama kali kenal
Oriflame dia juga sama butanya seperti aku dulu. Tapi dia cepat belajar, dan
terus belajar makanya bisa sampai kaya sekarang.
4.
Fokus
Ini adalah sifat yang aku iriin banget dari dia. Kan
aku tadi udah bilang ya, sifat kami itu berkebalikan. Tapi itu bukan hanya di
soal setia saja. Soal fokus juga. Aku anaknya paling nggak bisa fokus sama satu
hal. Sedangkan Vivo, dia bisa fokus ngerjain hanya satu kerjaan, dan nggak
kepengen ngelirik hal lain dulu sebelum kerjaannya itu selesai. Contohnya gini,
pas itu semester akhir Vivo sibuk skripsian. Aku, seperti kalian semua ketahui,
sibuk ke sana ke mari pacaran, main nggak jelas, bersantai-santai, dan ya,
ngerjain bisnis Oriflame. Sejak aku join Oriflame tentunya Vivo langsung tak
ajakin daftar dooong. Tapi berhubung dia masih fokus sama skripsi, dia dengan
tegas menolak. “Ntar dulu Pel, kalau udah sidang.”
Mau aku tawarin tiap hari sampai mulutku berbusa-busa,
aku tawarin promo hadiah gratis, diskon, sampai pendaftaran murah, dia nggak
tergoda. Fokus skripsi dulu. Dan hasilnya, dia sukses wisuda tepat pada
waktunya. Sedangkan aku? Hahahaha.
Wisuda tepat waktu. |
Dan selesai skripsian, Vivo baru menanggapi
tawaran-tawaranku. Sambil jadi guru, dia ngerjain bisnis Oriflame. Dan
udahannya juga dia malah lebih fokus dibanding aku ngerjain Oriflame-nya.
Hahahaha.
5.
Pantang Menyerah
Apa yang terjadi setelah Vivo join Oriflame? Yang
terjadi tak lama kemudian adalah aku kumat, bosen, dan memutuskan berhenti
begitu saja. Tapi apakah Vivo menyerah? Tentu tidak. Dia tetap semangat
ngerjain bisnis Oriflame meskipun bukan hanya aku yang pergi, tapi hampir
seluruh tim kami, upline-upline kami berhenti semua. Vivo tetap tegar. Berusaha
mempertahankan timnya yang berantakan. Kalau jatuh, dia akan bangun lagi. Dan
seterusnya. Udah nggak keitung berapa kali banyaknya. Aku sendiri pada akhirnya
join Oriflame lagi. Dan ya, aku join di tim Vivo.
Tim Vivo |
Soal bisnis Oriflame sendiri, aku sempet wawancara
kecil-kecilan nih sama Vivo.
Q: Oriflame kan changes lives tuh. Perubahan apa aja
yang udah dirasakan sejak join Oriflame?
A:
Perubahan financial jelas. Emang niat terkuat Oriflame-an buat nyari uang.
Perubahan non materi juga kena banget. Menghandle puluhan orang, ngarahin,
jelasin, jaga mood, jaga kepercayaan, dan lain-lain. Bener-bener belajar jadi
orang tua dan orang besar.
Q: Pernah merasa lelah nggak sih?
A: Merasa
lelah pasti pernah. Penyebabnya biasanya ngerasa kalau usahaku udah maksimal
banget tapi nggak berbuah manis, nggak kunjung naik level, anak-anak pada drop
padahal udah disupport penuh. Alasan lainnya ditinggal upline. Hihihi. *oke, di
sini saya merasa tersindir :v
Q: Terus kenapa tetep fight di sini?
A: Karena
dari awal gabung udah yakin banget bisnis ini luar biasa. Semuanya jelas, gamblang,
adil, perusahaannya juga bonafit. Dan semuanya mudah asal berjalan sesuai
sistem.
Q: Saran buat pejuang impian apa nih?
Sampai
tulisan ini diturunkan, Vivo belum jawab dengan alasan masih mikir. Tapi
sebenernya Vivo udah sering ngasih saran kok. Aku kan sering nanya. Sarannya,
seperti di Kung Fu Panda: rahasianya adalah tidak ada rahasia. Lakukan saja.
Terus lakukan.
Q: Gitu tok?
A: Iya, aku
juga gitu. Lha emangnya mau gimana lagi?
Bener juga sih. Pekerjaan apapun, sebenarnya tidak ada
rahasianya. Lakukan saja dan (tambahan dariku) jangan lupa untuk tetap
bersenang-senang.
Bulan kemarin Vivo sudah naik level jadi Senior
Manager. Finally, setelah bertahun-tahun berjuang ya. Penghasilan perbulannya
antara 5-6 juta. Itu masih plus jalan-jalan gratis juga.
Recognisi Senior Manager |
Yang lebih keren lagi,
selain mengubah diri sendiri, Vivo juga membantu member-membernya mengalami
perubahan yang sama. Membantu banyak orang untuk mandiri. Bukankah itu puncak
kebahagiaan yang sebenarnya?
Empowering |
Di akhir postingan ini aku jadi mikir untuk mengambil
yang baik-baik dari Vivo, terutama untuk fokus dan tidak mudah menyerah.
Baiklaaaah! *sambil mengepalkan tindu ke langit-langit
Jadi itu dia gaes, tokoh kita di kenalan perdana ini,
Vivo dengan bisnis Oriflamenya. Ngerti kan sekarang kenapa aku merasa sangat
beruntung memiliki seorang sahabat seperti Vivo dan mengapa aku berpikir bahwa semua orang butuh sahabat seperti dia juga?
Kalian punya sahabat yang
menginspirsi juga, yang sukses sebagai wanita yang berdaya guna dan memberdayakan
sekitarnya? Share di kolom komentar yaa.
Thank you for stopping by, and see you in the next
post!
Love,
Madgirl
0 komentar