Memanfaatkan Demam Om Telolet Om
Tepatnya
dua hari lalu, mendadak timeline akun pribadiku dipenuhi status Om Telolet Om.
Tentu saja ini aneh, karena itu akun pribadi. Usut punya usut, ternyata frasa
Om Telolet Om memang sedang jadi trending topic. World wide bahkan.
Sebenarnya,
Om Telolet Om bukan sesuatu yang baru bagiku. Kok bisa? Pertama, Ibing itu
kerjanya di karoseri. Hal-hal yang berhubungan dengan bus termasuk variasi
klakson sekundernya merupakan bagian dari obrolan kami sehari-hari. Kedua, kami
sudah terjun ke bisnis bus merchandise sejak dua tahun yang lalu. Di akun
jualan baik itu Leopard Karoserie, Leopard Bus Merch, sampai Telolet Bus
Merchandise, kami berteman dengan anak-anak penghobi bus. Jadi di timeline akun
jualan berseliweran frasa Om Telolet Om sih udah biasa banget.
Lha,
kalau Telolet jadi mendunia begini harusnya seneng dong kamu Pel? Anehnya
enggak. Aku malah muak. Karena orang-orang biasa yang nggak tahu apa-apa
tentang bus dan nggak pernah punya ketertarikan tentang dunia autobus juga jadi
ikut-ikutan meneriakkan frasa yang sama. Dan itu jelas menjengkelkan. Terutama
karena orang-orang itu aku tahu cuma ikut-ikutan. Sekedar ikut rame aja gitu,
ngelarisi dagangan mah enggak.
Tadinya
tak kirain aku aja yang kesel. Ternyata Ibing juga muak. Wkwkwk. Alasannya
lebih ke “Kenapa sih orang-orang itu ada yang rame apa, semuanya langsung
ikutan?” Yah, masyarakat kita emang gitu. Biarin aja. Toh nggak sampai seminggu
juga palingan timeline sudah reda dari demam telolet. Mudah-mudahan sih gitu.
Soalnya kalau rame-rame telolet ini lebih lama lagi, aku bakalan muntah-muntah.
Tapi
berhubung aku ini anak muda yang selalu bisa mengambil sisi positif dari
hal-hal paling menjengkelkan sekalipun, kejengkelanku kali ini aku tulis aja.
Aku mau nulis tentang bagaimana kita bisa memanfaatkan demam Om Telolet Om
menjadi sesuatu yang lebih berguna daripada sekedar rame-ramean di media
sosial. Sebenarnya ide nulis ini sudah di pikiran sejak lama, cuma tadinya aku
terlalu malas untuk menuliskannya. Sekarang gara-gara rasa muak sudah di
ubun-ubun, aku nggak punya pilihan lain. Yah, ada untungnya juga ternyata.
Demam Om Telolet Om sebagai Upaya Mengurangi Kemacetan
Kamu
mikirnya nggak terlalu absurd Pel? Tentu saja tidak. Ini sangat mungkin. Gini
lho, penyebab kemacetan itu apa? Saking banyaknya kendaraan pribadi di jalanan
kan? Horang kaya mah gengsi ke mana-mana naik angkot. Maunya naik mobil yang
berAC. Kelihatan keren juga kalau dipakai buat selfie-selfie ya kan? Aku itu
milih hidup di Magelang karena Magelang adalah kota kecil yang masih tergolong
sepi dan tentu saja bebas macet. Bayangkan betapa jengkelnya aku ketika tiap
week end dan hari libur itu kota Magelangku tersayang macet gara-gara
kebanjiran mobil dari luar kota! Dan isinya apa wah, satu mobil satu orang
doang. Apa cuma aku yang menganggap itu sebagai pemborosan dan sama sekali
nggak efisien?
Sekarang
bayangkan kalau karena klakson telolet, orang jadi menganggap bepergian dengan
menggunakan bus atau transportasi umum lain itu sebagai sesuatu yang cool?
Semua orang berbondong-bondong meninggalkan mobil pribadinya di rumah dan lebih
memilih untuk naik bus. Bayangkan, berapa banyak ruang di jalanan yang bisa
kita hemat? Tentu saja hal ini harus dibarengi dengan upaya pemerintah
menyediakan transportasi umum yang nyaman, aman, dan jangan lupa, setiap armada
harus memiliki klakson telolet.
Demam Om Telolet Om sebagai Budaya Tandingan
Suka
nggak suka, pernah nonton atau enggak, kita semua pasti tahu sama sinetron yang
judulnya itu Anak Jalanan. Betul? Kalau ini sih aku yakin bukan cuma aku aja
yang muak. Banyak orang merasakan hal yang sama sepertiku. Tapii, adakah yang
tahu dampak sinetron itu apa? Banyak banget remaja jadi termakan image keren
itu harus bawa motor besar ke mana-mana. Banyak juga yang mendadak jadi
penggemar motor gede. Dan semua hal sok keren ala sinetron lainnya (if you know
what I mean). Masyarakat kita emang kaya yang gampang banget gitu ya, dadakan
ikut tren. Ada tren batu akik, mendadak jadi juragan batu akik, ngerti
segalanya tentang batu-batu. Ada sinetron Anak Jalanan, mendadak semua orang
jadi penggemar motor gede dan bikin geng motor ala-ala. Itu lohh, yang biasanya
tiap Jumat atau Sabtu malam ngumpul trus motornya diparkir jejer-jejer di
pinggir jalan, lengkap dengan spanduk nama komunitasnya. Hal ini membuatku
bertanya-tanya: sebenarnya aku ini hidup di tengah masyarakat apa tahu bulat?
Sekarang
bagaimana kalau kita jadikan demam Om Telolet Om ini sebagai budaya tandingan? TV
itu memegang peran yang sangat penting kan? Bikin dong sinetron dengan judul
Anak Telolet. Bukan hanya menceritakan keseharian anak-anak yang
mengacung-acungkan jempol di pinggir jalan sambil berteriak “Om Telolet Om,”
tapi juga termasuk kecintaan anak muda dalam menggunakan transportasi publik. Adegan-adegan
ngalah dan memberikan tempat duduk kepada penumpang yang lebih membutuhkan,
tidak membuang sampah di dalam bus, dan banyak lagi hal positif lainnya. Bintang
sinetronnya pilih yang ngganteng dan bikin anak-anak remaja jadi pengen niru
seperti misalnya Aliando atau Al Ghazali. Bayangkan generasi yang menonton
sinetron ini nantinya jadi generasi yang lebih santun dan mencintai
transportasi publik instead of jadi generasi yang mogok sekolah gara-gara nggak
dibeliin motor baru sama orang tuanya.
Demam Om Telolet Om sebagai upaya untuk meningkatkan Omset
Bukan
bakul sejati namanya kalau kejengkelannya tidak menghasilkan omset. Jadiiih,
nggak usah basa-basi lagi. Kalau kepengen membuktikan kalian memang bukan
spesies tahu bulat yang suka mendadak ikut-ikutan tren dan memang bener-bener
suka dunia autobus, langsung aja dong order merchandisenya di Leopard Karoserie, Leopard Bus Merch, dan Telolet Bus Merchandise. Semua perlengkapan
yang akan membantu kamu tetap terlihat keren selama memburu klakson telolet ada
lengkap, mulai dari kaos, jumper, kemeja, jaket, hoodie, topi, tas, bantal,
bahkan miniatur bus juga ada buat kamu yang suka mengoleksi.
Dan
kalau ada di antara kamu semua yang baca postingan ini dan kepengen pesen
armada bus beneran entah itu untuk PO atau proyek pemerintah sekalipun, bisa
juga japri kami di facebook. Free desain dan bisa custom, termasuk gratis
konsultasi pemilihan klakson sekunder.
Udah, gitu aja. May the Telolet be with you!
0 komentar