Harapanku Terkabul, dan Aku Tidak Menyukainya

by - 01.11.00

Makanya kalau berharap itu hati-hati. Hahaha.

Baru juga beberapa waktu yang lain aku berharap “Kalau aja aku nggak punya perasaan. Kalau aja aku nggak bisa ngerasain apa-apa.”

Trus terkabul beneran dong. Dan ternyata rasanya nggak enak.

Nih ya, udah dua hari ini aku mental breakdown. Dan seperti biasa, kalau levelnya agak parah aku akan mengalami naik turun kondisi kayak histeris, melukai diri sendiri, trance, ngelamun, kosong blong, nggak bisa diajak komunikasi, dan menurutku level terparah ketika aku udah nggak ngerasain apa-apa dong.

Sedih, nggak juga. Seneng apa lagi. Marah, nggak ada alasan buat marah. Cuma pusing aja. Kayak pusingnya itu saking padatnya sampai aku nggak bisa ngerasain hal lain gitu lho. Hahaha.
Yang paling menjengkelkan, aku makan apa-apa juga nggak ada rasanya.

Makan kayak asal ngunyah sama nelen gitu nggak kerasa enak. Beli es krim, cuma dingin doang nggak merasa enak. Bahkan yupi sekalipun, my holy grail, yang biasanya selalu sukses menyelamatkan segala perasaan, nggak ada rasanya dong.

Aku tuh jadi yang cuma bengong doang gitu. Melukai diri sendir juga nggak ada rasanya. Latihan gitar sampai jarinya lecet-lecet nggak ada rasanya. Pokoknya aku nggak ngerasain apa-apa. T___T

Trus ya ngelakuin segala hal kayak nggak berarti gitu, orang nggak kerasa apa-apa. Nonton yang lucu-lucu juga nggak ketawa dong. Atau aku ketawa sih, cuma ketawanya itu karena aku tahu itu lucu dan harusnya aku ketawa gitu. Bukan yang asli beneran ketawa alami.

Trus aku sekarang bingung. Kirain nggak bisa ngerasain apa-apa itu enak. Asik kan, nggak perlu sedih, marah, dan emosi lain yang bikin repot. Kalem aja kayak robot. Tapi aku trus merasa aku hidup cuma sekadar fungsi tubuh doang yang masih bekerja. Aku masih nafas, jantungku masih memompa darah, aku masih pipis, dan seterusnya. Tapi di dalam, pada dasarnya aku udah sama aja kayak mati.
Dan kalau udah kayak gini nggak ada yang bisa ‘menyentuh’ku lagi. Aku ngelihat karya seni juga yang lempeng aja gitu. Nggak yang tergelitik gimana.

Apa ini suatu hal yang buruk? Aku nggak tahu. Mungkin baik. Mungkin aku nggak apa-apa mati rasa kayak gini. Toh aku juga pernah berharap dan waktu itu harapanku dengan begini aku bisa kerja keras kayak robot tanpa harus kerepotan ngurusin mood sama emosi.

Tapi ternyata, seiring perasaan yang hilang, motivasi juga ikutan hilang. Kayak aku nggak ngerti apa pentingnya kerja. Buat apa. Toh aku nggak ngerasain apa-apa. Aku ngapain latihan nyanyi, toh aku udah nggak bisa ngerasain bahagia dari situ. Aku ngapain ngegambar, aku nggak punya pesan buat disampaikan. Dan seterusnya.

Ternyata, emosi manusia itu indah ya. Bahagia, sedih, galau, kangen. Itu semua indah. Ternyata mati rasa nggak membantuku menjadi lebih baik atau produktif. Aku cuma jadi gerak-gerak tanpa tahu maksudnya. Kayak zombie. Dan tentu saja hidup jadi nggak penting lagi.

Hal kayak gini nggak baru sekali aku alami. Biasanya kalau mental breakdown, pasti selalu ada fase kayak gini. Kayaknya ini tuh semacam benteng pertahanan terakhir yang otomatis diaktifkan oleh diriku untuk melindungiku dari kegilaan (anggap saja aku sekarang ini belum gila). Sengaja matiin semua rasa karena banyak hal terjadi dalam waktu bersamaan dan itu overwhelming. Aku nggak bisa mengatasinya bareng-bareng.

Sebenernya, masalahku sekarang juga udah teratasi satu per satu. Kurang dikiiit lagi beres semua.
Mungkin aku cuma capek aja. Sekaligus bosen, marah, juga kecewa dan sedih bareng-bareng. Itu semua memang terlalu banyak.

Tapi mudah-mudahan, minggu depan semuanya udah biasa-biasa aja. Aku bisa ketawa lagi biasa dan aku bisa mikir lagi, bikin apa-apa yang membahagiakan lagi. Dan menemukan cara untuk hidup yang lebih baik, bukannya terus-terusan kayak gini.

Mudah-mudahan. Aku toh nggak tahu mana yang lebih baik. Emosi yang menguras energi atau hidup tapi mati?

Yahh, seenggaknya nulis kayak gini sedikit membantu sih. Seenggaknya aku merasa mending gitu bisa menceritakan ini semua, apapun ini namanya. Haha.

Thank you so much for reading my other nonsense.

I’ll see you soon!

You May Also Like

0 komentar