Top Secret Movie Review
Top secret
Jadi ini adalah review film yang habis kutonton. Film ini buagus buanget dan aku sangat merekomendasikannya pada kalian untuk nonton juga. Ini cerita tentang seseorang yang kepengen banget jadi pengusaha muda. Isi film ini udah bisa ditebak lah, apa lagi sih yang dialami orang hebat kalau bukan kendala? Ya, jadi Ittipat, tokoh utama dalam film ini benci sama yang namanya kuliah (sama kaya aku) dan kepengen banget jadi pengusaha (sama juga seperti aku). Selama perjalanannya mewujudkan impian itu, banyak sekali halangan seperti kurangnya modal (sama seperti aku lagi) dan ditentang banyak orang terutama orang tua (agi-lagi persis sama seperti aku).
Ceritanya berawal ketika TOP (nama panggilan Ittipat) masih SMA. Waktu itu pelajaran komputer. Bukannya serius merhatiin pelajaran dan mengikuti instruksi guru, Top malah sibuk main game online(ini juga kebiasaanku dulu). Bedanya dengan aku, Top jago dan menang terus sampai punya stok senjata banyak, sedangkan aku, udah bisa ditebak lah, kalau main game on line pasti kalah terus, hehehe.
Nah, ceritanya ada tuh orang yang lagi mau ngalahin musuhnya tapi kehabisan senjata. Trus dia beli senjatanya Top yang di game itu pakai nick name Herculiz. Belinya pakai duit beneran, bukan duit virtual kaya kalau aku biasa main belanja-belanjaan. Duitnya ditransfer ke rekening paman Top (soalnya Top nggak punya akun bank sendiri). Pas ngambil ternyata beneran, ditransfer banyak banget (lupa jumlahnya berapa). Sejak saat itu Top menjalani bisnis perdaganagn senjata melalui game on line sampai akhirnya bisa beli mobil sendiri. Pas itu dia nanya berapa harganya (sama marketing mobilnya). Si marketing bilang boleh DP dulu aja, tapi sama Top dibayar lunas (keren kan?). Padahal waktu itu dia belinya masih pakai seragam SMA. Trus ke sekolah naik mobil baru (jelas dong datangnya telat karena sebelum ke sekolah sempet-sempetnya beli mobil dulu, hihi). Trus nggak diijinin masuk tuh sama si satpam. Trus Top ngasih satpamnya duit dan akhirnya boleh masuk (yang ini jangan ditiru). Udah gitu, dia dengan kurang ajarnya parkir di tempat parkir khusus kepala sekolah (yang ini aku pengen banget niru dengan markir mobilku di tempat parkir khusus rektor sana). Top dimarahi kepala sekolah gara-gara kekurangajaran itu, tapi dia cuek aja dan nggak mindahin mobilnya. Pulangnya malah dia ngajak cewek yang ditaksirnya pulang bareng dan jajan dulu. Baru deh pulang ke rumah. Sampai rumah, dimarahin sama bapaknya. “Kerjanya kok menghambur2kan uang,” gitu katanya. Padahal uang siapa coba?
Sampailah Top pada masa ketika dia lulus SMA dan harus masuk perguruan tinggi. Orang tuanya maksa Top masuk perguruan negeri negeri, tapi Top nggak diterima (iya lah, kerjaannya ngegame mulu, nggak pernah belajar). Top bilang mau masuk Universitas swasta aja, ngambil jurusan bisnis (itu sama persis seperti yang kubilang pada Ibuku dulu). Ibuku bilang, oke, kalau kamu nggak keterima di Unnes boleh. Sayangnya waktu itu aku keterima di Unnes. Sedangkan Top kan nggak keterima tuh, di universitas negeri, jadi dia dimarahin bapaknya. “Papa Cuma mau kamu kuliah di Universitas negeri. Nggak punya duit buat bayar universitas swasta,” katanya. “Aku nggak butuh duit Papa, aku bisa biayain kuliah sendiri,” kata Top. (Sayang dulu aku belum bisa ngomong gitu. Hiks)
Trus dia langsung buka akun game onlinenya, siap-siap cari duit. Tapi eh, di layar muncul tulisan gede-gede AKUN ANDA TELAH DIHAPUS KARENA ANDA MENGGUNAKANNYA UNTUK KEPENTINGAN KOMERSIAL. Wadaaaw, pusing deh dia. Posisi udah nggak punya duit sama sekali. duit terakhir udah buat beli Play Station sama DVD player. Padahal kan dia harus bayar uang kuliah. Terpaksa, dia menggadaikan jimat. Di Thailand sana, jimat harganya mahal banget sampai juta-jutaan. Tapi dia gadaikan 100.000 baht (nggak tahu kalau dirupiahkan jadi berapa).
Sementara kuliah, Top masih butuh uang untuk biaya sehari-hari dan selain itu harus nebus jimatnya lagi. jadi dia bolos terus (karena menurutnya di bangku kuliah Cuma dikasih teori dan omong kosong, padahal kita perlu ilmu praktis, yang bisa langsung diterapkan di kehidupan nyata (ini sama juga dengan pendapatku). Hal pertama yang dia lakukan adalah kulakan DVD player seperti yang habis dibelinya dengan harga murah. Mau buka toko DVD katanya. Jadi deh dia borong buanyaaak banget. Tapi eh, ternyata itu DVD player palsu (dengan bahasa gampangnya Top ketipu nih). Pas minta ganti rugi, malah dia mau dihajar sama penjualnya. Parah! Pulanglah Top dengan hati gundah gulana. Tapi itu nggak lama. Kayaknya dia galau Cuma sehari. Besoknya, dia main ke acara semacam Food Festival gitu buat nyoba-nyobain makanan gratis (gara-garanya kelaperan tapi nggak punya uang buat makan). Nah, di situ ada yang jualan alat menggoreng kacang otomatis. Dasar Top emang pinter lihat peluang, dia langsung mau beli mesin itu. Tapi ternyata mahal, trus dia nyewa tu mesin. Habis itu dia langsung latihan goreng kacang sendiri. Nggak cukup gitu, dia beli-beli kacang di tempat lain untuk mengetahui rahasia kelezatan kacang mereka dan cara mengolah yang benar. Dia bolos kuliah terus untuk nyobain kacang di seluruh kota. Akhirnya dia berhasil bikin kacang yang enak banget dan dapet tempat di mall buat jualan. Sehari, dua hari, sepi berat. Paling dapet duitnya Cuma receh-receh. Top mikir, dia harus dapet tempat yang lebih strategis. Jadi dia nyewa tempat di pintu masuk mall persis (yang harga sewanya lebih mahal). Dan ternyata sukses berat. Laris gila, sampai kehabisan stok kacang. Top mikir, baru satu cabang aja udah luar biasa banget untungnya. Gimana kalau buka lebih banyak? Trus dia langsung buka 10 cabang dengan mempekerjakan banyak karyawan. Dan tahu nggak pemirsa, pas lagi semangat-semangatnya, pas modal udah hampir balik, eh, Top harus nutup semua cabang kacang gorengnya di mall karena pengelola mall merasa mesin goreng kacang itu mengotori atap. Dan uang sewa yang baru kepakai beberapa hari nggak dibalikin.
Top kepusingan juga nih, trus dia tetep nggak pernah masuk kuliah untuk mikirin usaha lain. Nah, pas suatu hari dia ngajak ceweknya jalan-jalan dan di mobil ceweknya cerita kalau dia habis main ke luar kota dan bawa oleh-oleh yaitu rumput laut goreng. Ting! Langsung deh otaknya nyaut. Di kota itu kan belum ada yang jualan rumput laut. Top langsung beli bnayak rumput laut untuk digoreng sendiri. Banyaaak, banget sampai berkardus-kardus. Tapi pas dicoba digoreng, hasilnya pahiiit terus. Nggak enak banget pokoknya. Berkardus-kardus rumput laut, terbuang sia-sia. Posisi udah nggak punya duit sama sekali ni, dia jual semua komputernya (yang ada 5 lebih kayaknya) buat beli rumput laut lagi. dan bisa ditebak kan, jadinya nggak enak lagi. selama percobaan itu Top didampingi pamannya (entah paman beneran atau sebenernya pembantu, soalnya kerjaannya bantu-bantu terus sih). Suatu hari Top pulang bawa rumput laut buat percobaan lagi. Eh, dia menemukan pamannya pingsan berdarah-darah di dapur. Selama pamannya dirawat di rumah sakit, Top percobaan sendiri. Hasilnya sama, masih tetep nggak enak. Trus dia nggak sengaja nemu rumput laut yang belum digoreng dan udah kehujanan. Dia coba goreng, eh, ternyata enak. Akhirnya dia tahu rahasianya.
Masalah belum berhenti sampai di situ. Rumput lautnya ternyata nggak bisa tahan lama alias cepet basi. Dia pusing nih, tapi trus dia nekat mendatangi dekan fakultas ilmu gizi apa apaaa gitu. Pokoknya ngerti banget soal makanan. Padahal mahasiswanya juga bukan. Tapi trus Top tahu rahasianya biar produk makanan awet, yaitu oksigen harus dikeluarkan dari kemasan sehingga kemasan bebas bakteri. Top beli deh tuh alatnya. Besoknya dia mulai jualan di mall lagi dan laris berat. Tapi bisnis nggak maju-maju kalau kaya gini aja, pikirnya. Di a mulai ndengerin kaset rekaman kuliah. (jadi sementara dia bolos, dia minta temennya ngrekam omongan dosen di kelas buat didengerin lagi kapan2). Dan di situ dia nemuin adanya teori hutan rimba. Yaitu, kalu mau produk kita laris, kita harus berada sedekat mungkin dengan masyarakat (dalam artian bisa ditemui di mana saja, kapan saja). Pas dia jajan di 7Eleven (tau kan, kaya Kcircle gitu?), dia baru kepikiran. Kalau produknya bisa dipasarin di 7Eleven yang udah ada di mana-mana, pasti dong, sangat dekat dengan masyarakat. Dia langsung telpon 7Eleven, nanyain cara biar produknya bisa dipajang di situ.
Keesokan harinya dia berhasil ketemu pimpinannya atau sales managernya 7Eleven. Tapi sayang katanya Produk Top belum bisa dipasarkan di 7Eleven karena bungkusnya nggak menarik (Cuma dibungkus plastik bening) dan ukurannya kegedean. Top bilang akan segera memperbaiki itu. Bener aja, di langsung nyari tukang bikin kemasan snack dan minta dibikinin desain yang bagus dan keren (ini aku pengen tau banget kalau di Semarang di mana ya? Soalnya aku pernah diajak bisnis snack sama temenku tapi kepusingan nyari tukang bikin kemasan). Singkat cerita, snack rumput laut itu udah punya kemasan yang keren dan cocok buat dipajang di minimarket. Pas Top ke kantor 7Eleven lagi, pimpinannya udah males namuin dia dengan alasan males ngurusin anak kecil (dulu aku juga sering banget digituin) dan Top nunggu luamaaa banget sampai ketiduran segala. Akhirnya karena capek nunggu dan merasa nggak dihargai, Top pulang. Snacknya dia tinggal di lift kantor itu saking jengkelnya. Trus dia nelpon bapak sama ibunya yang di China(oya, aku belum cerita. Bapak sama Ibunya ke China karena punya banyak utang samapai 40 juta. Katanya sih setara dengan 12 milyar rupiah. Waktu itu Top dipaksa ikut, tapi dia ngotot nggak mau ikut dan tetep pengen jadi pengusaha).
Waktu itu di telpon Top bilang “Apa hidup memang sesulit ini?” bapaknya bilang “Top, realita itu tidak semudah Game Online.” Sementara diskusi anak-orang tua itu terjadi, snack yang ditinggal di lift itu dimakan-makan sama pegawai kantor 7Eleven. Dan jadi terkenal gitu aja di lingkungan karyawan. Besoknya, Top dipanggil manajemen 7Eleven buat tanda tangan kontrak. Wuaaahhh!
Dalam perjanjian itu, Top harus menyuplai puluhan ribu bungkus untuk dikirim ke seluruh cabang 7Eleven dan tim 7Eleven bersama tim GMP (Good Manufacturing Practice) akan menginspeksi pabriknya, apakah layak atau tidak. What?? Puluhan ribu bungkus, duit dari mana? Trus pabrik apaan sih? Orang tu rumput laut Cuma digoreng sendiri di dapur rumah.
Top mengajukan pinjaman ke bank, buat buka pabrik dan modal produksi. Nah, di bank dia cerita sama pegawai banknya,panjang lebar tentang semuanya seperti yang udah aku ceritain tadi. Pegawai banknya sih minat banegt, secara anak semuda itu udah mikir bisnis. Tapi nggak bisa ngasih pinjaman karena umur Top saat itu baru 19 tahun (persis! Aku juga pernah mengalami hal ini).
Akhirnya Top jual mobilnya dan makai gudang yang dulunya milik ayahnya tapi sekarang udah disegel karena disita bank. Dia bikin pabrik mini, seadanya. Pas tim dari 7Eleven dan GMP datang, mereka bilang pabrik Top belum memenuhi standar. Trus Top berjanji untuk memperbaikinya. Tim 7Eleven bilang akan mengabari beberapa minggu lagi lewat faks. Selama nunggu itu Top kerja keras memperbaiki pabrik mininya yang Cuma seukuran kamar kos dan memproduksi sebanyak-banyaknya biar target dari 7Eleven bisa terpenuhi.
Pas lagi galau-galaunya gitu, pacarnya marah-marah karena Top nggak pernah ada waktu dan nyusul ke rumahnya. Pas lihat di rumah Top ada tanda disegel bank, pacarnya sedih banget. Trus dia ngomong “Kalau masalah uang, aku bisa minta ortu buat bantu.” Beuuuh, cowok sekaliber Top dikasihani gitu jelas ngamuk dong. Merasa terhina dia. Trus mereka putus. Nggak lama kemudian si cewek udah punya pacar baru lagi aja.
Akhirnya faks dari 7Eleven datang juga. Dasar sial, lagi ada faks penting gitu, sempet-sempetnya tuh mesin kehabisan tinta. Jadi tulisannya burem-burem gitu nggak kebaca. Sama Paman, Top suruh nerawang di bawah sinar matahari biar jelas. Dan ternyata tulisannya DISETUJUI. Seneng?? Pasti lah.
Di hari yang telah ditentukan, berangkatlah Top dengan truk membawa produknya ke gudang 7Eleven. Tapi yahh, namanya juga orang hebat. Produknya ditolak kepala gudang gara-gara datangnya telat sejam. Top mohon-mohon, karena dia nggak tahu dan ini baru pertama kalinya. Akhirnya kepala gudang memperbolehkan. Top legaaa banget. Tapi trus dia mimisan (saking kecapeannya). Tapi dia tetep senyum bangga banget trus nelpon Bapaknya yang masih di Cina itu. “Papa sama Mama udah bisa pulang,” katanya. “Kita bisa hidup sama-sama lagi.” dan Papanya di seberang sana nangis hebat.
2 tahun setelah bekerja sama dengan 7Eleven, Top berhasil melunasi hutang Bapaknya dan mengembangkan pabriknya jadi pabrik betulan. Waktu film itu selesai dibuat, umur Top baru 26 tahun dan kerjaannya masih main game terus. Dan oh ya, waktu itu dia di DO dari universitas dan dia tetep nggak suka kuliah. :D
0 komentar