Barang Penting yang Jarang Dibicarakan Pas Bulan Puasa
Puasa itu rentan dengan bau mulut. Pas masih kecil
dulu aku mikirnya, kalau nggak makan harusnya mulut malah terjaga kebersihannya
dong ya, jadi harusnya nggak bau. Tapi yang terjadi adalah sebaliknya. Nggak
makan dan minum dalam waktu lama membuat mulut rawan bau.
Untuk menghindarinya? Banyak tips-tips yang beredar,
tapi aku sendiri percaya pada satu ilmu kuno yang terbukti manjur: sikat gigi. Tapi
kalau puasa kan nggak boleh sikat gigi? Ah, kata siapa? Yang nggak boleh itu
kalau pas sikat gigi odolnya atau sikatnya kamu telen. Kalau aku sih tetep
sikat gigi. Terutama misalnya pas mau ketemu orang gitu. Kan kasian kalau
selama ngobrol orangnya malah kebauan sama aroma surga mulutku. Aku nggak
tegaan kan, anaknya. Eh, bai de wai, temenku pernah bilang “Kalau aroma surga itu
beneran kaya bau mulut kamu, aku mendingan nggak masuk surga.” Kan aku jadi ngerasa
hina gitu. Makanya aku rajin sakit gigi.
Penyakit rajin sakit gigiku ini sudah berlangsung lama
sebenernya. Dari pas aku masih anak-anak. Jadi kan dulu pas masih kecil gigiku
rusak berat, coklat-coklat gitu. Nah, pas udah ganti semua giginya, aku
bertekad untuk menjaga kesehatan gigiku biar jangan rusak lagi. Masalahnya, aku
ini anaknya suka kelewatan kalau ngapa-ngapain. Seorang pertapa sakti dulu
pernah nerawang gini “Kamu itu anaknya kalau disuruh ngerjain satu tugas,
maunya dua.” Itu bener. Jadi kalau aku dapat tantangan, secara naluriah aku
akan menggandakannya. Dan itu kuterapkan juga dalam hal sikat gigi. Aku semacam
terobsesi sama gigi sehat bin putih, jadinya aku sikat gigi terus. Bangun tidur
sikat gigi, habis sarapan (kalau pas sempet sarapan) sikat gigi, pulang sekolah
sikat gigi, habis makan malam sikat gigi, sebelum tidur sikat gigi lagi karena
tadi udah ngemil. Pokoknya sikat gigi terus.
Apakah itu merupakan suatu tindakan yang bijak? Ternyata
tidak pemirsa. Sikat gigi itu idealnya sehari dua kali. Kalau keseringan dan
apa lagi nyikatnya kasar (aku kan bukan jenis yang lemah lembut), yang terjadi
malah email gigi jadi rusak. Tadinya aku nggak nyadar. Bangga banget sama
kebiasaan sering sikat gigi yang kuanggap sebagai prestasi (saking nggak berprestasinya
di bidang lain). Kemudian suatu ketika gigiku mulai menunjukkan tanda-tanda
gigi rusak. Pertamanya jadi sensitif. Kalau minum es ngilu, makan panas juga
ngilu. Pokoknya ciri gigi sensitif kaya iklan pasta gigi di tivi. Kemudian,
secara misterius gigi gerahamku ada lubang kecil. Dan tak lama setelahnya,
untuk pertama kalinya dalam hidup, aku mengalami yang namanya sakit gigi. Pengalaman
yang tak sanggup kulupakan karena pas itu aku nggak bisa mikirin hal lain.
bahkan gebetan pun enggak. Iya sih, pas itu aku mana udah punya gebetan? Akupun
bertanya-tanya pada alam semesta, kok gigiku bisa sakit padahal aku rajin sikat
gigi? Jawabannya sederhana: jawabannya ada pada pertanyaanmu! Ternyata ya
gara-garanya itu. Aku terlalu sering sikat gigi. Ya ampuun! Baiklah, ternyata
rajin nggak bisa diterapkan di segala hal. Dan yang lebih penting lagi, rajin
juga nggak boleh kelewatan. Akupun tobat. Sikat gigi sehari dua kali saja.
Kadang masih tiga kali sih. Tapi cuma kalau ada seseorang yang sangat penting
yang harus kutemui.Uhuk!
Oke, jadi aslinya aku mau ngomongin suatu alat yang biasa
kita pakai buat sikat gigi. Kalian tahu nama alatnya apa? Yes, rait! Sikat gigi!
Jadi sebenarnya kalian nggak usah baca paragraf bertele-tele di atas dan bisa langsung skip ke
paragraf berikut ini.
Aku tu sering gonta ganti sikat gigi. Ya nggak
sering-sering banget sih. Palingan setahun tiga kali. Pokoknya kalau aku sudah
mulai merasa familiar sama sikat gigiku, aku akan menggantinya. (Baru merasa
familiar setelah empat bulan???)
Aku nggak menuruti nasihat dari dokter gigi atau iklan
sikat gigi buat mengganti sikat gigi tiap sekian bulan sekali sih. Pokoknya kalau
udah bosen sama warnanya aku ganti (padahal aku kalau beli sikat gigi warnanya
pink terus).
Nah, tadi aku mencampakkan sikat gigiku yang warna
pink, sama sikat gigiku satu lagi yang biasa tak bawa pergi-pergi (juga
berwarna pink) ke tempat sampah. Dan aku udah nggak punya stok sikat gigi lagi
(biasanya punya). Jadi setelah nongkrang nongkrong nggak penting di angkringan,
pulangnya aku mampir indomaret buat beli sikat gigi sama mi instan buat sahur
(hiks). Sampai di indomaret aku langsung menuju bagian sikat gigi. Itu lho,
satu deretan yang isisnya sikat gigi semua. Dan aku termenung agak lama di
sana. Biasanya aku nggak kebanyakan mikir, langsung pilih yang paling murah. Masalahnya,
tadi itu aku nggak lihat sikat gigi murah. Mahal semua. Dan aku jadi agak
nyadar kalau akhir-akhir ini semua barang kayaknya memang naik harganya. Akupun
jadi mikir, kenapa harga kaos nggak tak naikin juga ya? Sungguh rugi! Oke,
lanjut mengamati sikat gigi. Yang paling murah harganya tuju ribu lima ratus. Itupun
lantaran diskon. Harga aslinya sembilan ribu berapaaa gitu. Dasar pengusaha
dzalim.
Kenapa kok nggak beli yang sepuluh ribu isi tiga aja?
Karena kak, yang sepuluh ribu dapet tiga jaman sekarang ini udah nggak ada. Harganya
udah naik jadi lima belas ribu. Selain itu nggak ada yang satu set warnanya
pink semua. Akhirnya dengan berat hati aku terpaksa ambil yang harganya tuju
ribu lima ratus itu. Mumpung diskon.
Sampai rumah aku baru tahu kalau ternyata ini tuh
Pepsodent travel yang bisa dilipat. Yah, aku emang ga perhatiin merek atau
fiturnya sih tadi. Cuma harga sama warna.
Jadi apa aja yang bikin aku seneng sama sikat baru ini
sampai bela-belain bikin blog post segala (yang jelas memboroskan kuota)
padahal aku nggak dibayar sama pepsodent?
1.
Warnanya pink
kesukaan akuh, dipadu sama bening. Jadi kesannya futuristik. Kan aku ngimpi
banget pengen punya hape transparan kaya punya Tony Stark kan? Karena di deket
sini nggak ada yang jual, jadi yaudah, sikat gigi dulu aja yang transparan.
2.
Ada ventilasinya.
Bukan rumah aja yang harus punya ventilasi. Sikat gigi juga. Apalagi kalau
sikat gigi yang bisa dilipat gini. Kalau nggak ada ventilasinya bisa-bisa
bakteri malah berkembang biak dan aku gagal mendapatkan gigi menawan.
3.
Bisa dilipat
(udah kusebutin ya tadi?). Which means, praktis kalau mau dibawa-bawa. Aku tuh
suka bermasalah kalau pas lagi packing alat mandi, pasti sikat giginya nongol
kepanjangan. Jadi ini mungkin memang semacam jawaban atas gerutuanku tiap kali
packing itu.
4.
Ukuran kepalanya
mungil, hampir seukuran sikat gigi anak. Aku emang nggak suka sama sikat gigi
yang kepalanya panjaaaaang soalnya rasanya kaku gitu.
5.
Bulunya lembut
bagaikan sentuhan kekasih (abaikan). Ini mungkin fitur yang paling kusuka. Jadi
di atas bulu utama ada bulu tambahannya yang kecil-kecil itu lho gaes, ngerti
kan? Bulu tambahannya kan lembut banget, jadi menjangkau sampai ke sela-sela
terkecil.
Nah, tadi begitu unboxing (apa lagi ini?) aku langsung nyobain itu
sikat soalnya penasaran. Dan secara ajaib, bulu lembut itu mampu menghancurkan
karang gigi aku. Oya, aku belum cerita ya? jadi setelah dewasa aku punya banyak
kebiasaan buruk yang menyebabkan masalah pada gigi. Salah duanya adalah gigi
jadi kuning dan adanya karang gigi di sela-sela yang susah dijangkau. Lazimnya,
buat menghilangkan karang gigi ini kita harus mengunjungi dokter gigi dan nanti
dibersihin pakai laser (bener apa enggak sih?). Tapi kunjungan ke dokter gigi
itu sejauh ini baru sebatas niat. Nah, tadi pas lagi nyobain sikat baru itu,
aku merasakan kehalusan bulu-bulunya membuai sela-sela gigi yang berkarang itu. Dan setelah selesai sikat gigi apa yang terjadi? Karang gigiku (secara harfiah)
lepas. Cuma sebagian kecil sih. Tapi aku tetep seneng banget lah. Mungkin besok
bakal lepas lagi sedikit, besoknya lepas lagi sedikit, dan seterusnya.
Aslinya nggak segede itu ya kenyataannya. Itu bagian
yang item udah bersarang sekian lama di sela-sela gigi. Mungkin udah
bertahun-tahun. kebayang kan, giamana bahayanya kalau didiemin? Yes, gigiku
bakal item di baagian tengahnya. Beberapa temanku mengalami itu dan mereka
stress dibuatnya. Ya kan kita udah nggak bisa berharap giginya tanggal dan ganti
sama yang baru kaya pas kecil dulu.
Jadi gitu kak, cerita aku seputar gigi dan alat
berjasa besar yang jarang kita bahas ini. Semoga gigiku makin sehat, membuatku
menawan, dan selama puasa mulutku jadi nggak bau tentunya.
Bagi yang bertanya-tanya kenapa kok aku jarang nulis
di blog? Aslinya aku sering nulis kok. Cuma ngepostnya aja males-malesan karena
aku ngirit kuota.
E, tapi kan Pel, nggak ada yang nanya-nanya, dan nggak
ada yang peduli juga. Eh gitu ya? Ya udaaaaah, tetep tengkyu buat yang mampir.
Selamat menunaikan ibadah puasa ya, kak.
Love,
Madgirl
0 komentar