Balada Jaket Bapak-bapak

by - 15.56.00



Fotonya nggak tak kasih yang lagi pake jaket Bapak-bapak soalnya tak cariin nggak ketemu. Mungkin udah dihapusin satu per satu. Hihihi. Besides, kalau Ibing sampai tahu penampilannya yang kaya bapa-bapa tak pajang, bisa-bisa diboikot ini blog. :v

Ibing itu punya jaket spesial. Jaket itu tebal dan meskipun nggak punya kekuatan yang super-super amat, tapi sejauh ini sangat melindungi Ibing dari serangan pasukan angin jahat selama di perjalanan. Jaketnya berbahan parasut. Tebal dan hangat.

Aku nggak pernah ngeh penampilan Ibing kalau pakai jaket itu kaya apa jadinya toh aku sudah menerima dia apa adanya. *halah Jadi penampilan adalah satu hal yang sama sekali nggak jadi penghalang di antara kami. Aku menerima Ibing dengan jaketnya seperti dia menerima aku dengan jerawatku. Jadi kami setimpal.

Masalahnya, gara-gara jaket itu, Ibing berkali-kali salah dikenali. Bukan sebagai Batman, karena tep nggak ada mirip-miripnya. Tapi sebagai Bapak-bapak, pemirsa.

Begini petikan adegannya:

Suatu siang kami mampir di warung bakso. Buat makan lah, masa ke warung bakso buat nambal ban. Nah, pas udah duduk di bangku panjang khas warung bakso, pelayan datang menghampiri dan berkata “Pesen apa, Pak?”

Ibing tampak sedikit terguncang sementara aku menahan tawa. Ibing pun melepas jaketnya dan mas-mas pelayan langsung tergagap-gagap “M-ma… mas,” saking groginya.

Begitu mas pelayan pergi, aku meledak terbahak-bahak dan ikut-ikutan tergagap-gagap juga “Bp-baaaa… bapak. Hwahahahaha,” bukan karena grogi, tapi saking bingungnya antara pengen ngomong sekaligus ketawa. 

Belum sampai di situ. Malam harinya, ketika kami berencana untuk pulang ke rumah, untuk pertama kalinya dalam sejarah, Beatle bocor bannya. Kamipun berjalan beriringan, sembari menuntun Beatle yang terpincang-pincang, berusaha mencari tabib sakti yang bisa menyembuhkan kakinya.

Saat itu muncul mas-mas baik hati yang menolong kami menunjukkan rumah tabib sakti terdekat.
“Pak, bannya bocor ya?”

Jelas saja Ibing senewen. Pertama, udah jelas-jelas lagi nuntun motor yang bannya menggepeng kaya gitu. Kalau bukan bocor bannya, kenapa lagi? Masa ya kami cuma iseng?
Kedua, untuk kedua kalinya dalam waktu satu hari, Ibing dipanggil ‘Pak’.

Tapi Ibing masih positive thinking. Siapa tahu itu mas-mas memang belum ngeh sama pesonanya yang sebenarnya.

“Iya,” jawab kami bersamaan.
“Oh, di depan sana ada tambal ban, Pak. Nanti Bapaknya lurus aja. Kanan jalan sebelum lampu merah. Deket kok dari sini,” jelas masnya tanpa merasa bersalah.
Dia nggak liat apa, Ibing rambutnya sudah naik dan menyala semua gitu?

“Oh, ya. Makasih ya mas,” kataku sambil tersenyum geli. Masnya siap-siap berlalu.
“Makasih, Pak,” kata Ibing. Balas dendam ceritanya. lol

Aku yang sudah menahan tawa dari tadi meledak lagi sepanjang jalan sampai di tempat tabib sakti yang akan menyembuhkan kaki motoborg kami.
“Bapak, hwahahahaha.”

Ibing hanya mampu menahan jengkel sambil diam-diam merencanakan upacara pembakaran jaket itu.

               Sekarang aku udah nggak pernah lihat jaket itu di mana-mana. Mungkin emang udah dibakar beneran, nggak tau soalnya Ibing dendam banget. Kalau seandainya cuma tersisa satu jaket itu di muka bumi dan Ibing kedinginan pun mungkin Ibing bakal lebih milih membeku daripada salah dipanggil 'Bapak' lagi. 

               Kejadian senewen karena masalah panggilan kaya gitu nggak cuma menimpa Ibing saja. Temenku pernah, cewek, usianya jauh lebih muda daripada aku, di sebuah minimarket dipanggi ‘Ibu’ sama kasirnya dan dia jengkel sampai harus memberikan respon ‘Tidak puas’ saat mengisi respon pelanggan (kalian pasti tahu kan, minimarket apa yang aku maksud?).

               Kalau aku sendiri sebenernya nggak masalah sama yang kaya gitu. Nggak kaya beberapa orang yang malu dan menutupi usia sebenernya dengan mengaku lebih muda, aku cuek-cuek aja. Lha kenapa ik? Kita ngaku-ngaku lebih muda toh waktu tetap berjalan sebagaimana mestinya. Usia tetep bertambah. Dan kenapa aku harus bingung wong pertambahan usia itu dialami semua orang? Setiap hari kita semua bertambah tua kan? 

               Tapi yah untungnya aku belum pernah sih dipanggil ‘Ibu’ kecuali oleh mbak-mbak customer service via telpon. Seringnya malah dipanggil ‘dedek’, bahkan oleh anak-anak yang usia sebenernya lebih muda dari aku. Ngoahahahaha. << Bedebah pencitraan. Mana pernah dipanggil ‘dedek’? Ada juga dipanggil ‘Mas’. -_-

               Yang kaya gitu itu apa namanya? Termasuk krisis kepercayaan diri bukan sih? Tadinya yang kaya gitu cuma bikin senewen cewek-cewek aja. Nggak taunya Ibing senewen juga gara-gara begitu lepas jaket itu sapaan orang-orang seketika berubah menjadi ‘Mas’ lagi. Bahkan si Abang tukang bakso aja sampai merasa bersalah dan tergagap-gagap bilang ‘Mas’. Wkwkwkwk. 

               Apa menurut kalian Ibing lebay? Sama, aku juga berpikir demikian karena melihat mukanya yang bete gitu aku bilangin “Kaya gitu aja dipikirin. Masih mending nggak dipanggil, Om. Hwaahahahaha.” 

               Tapi ternyata tidak, pemirsa. Gara-gara nulis ini aku sampai iseng ngebrowsing dan ternyata ada juga cowok lain yang senewen gara-gara salah sapaan. Kalau itu parah sih soalnya dia nggak pake jaket bapak-bapak juga dipanggil ‘Om’. Dan saking betenya itu cowok bahkan sampai complain ke manager pameran lho, gara-gara ada SPBnya yang salah manggil ‘Om’. 

               Tapi ya bener sih. Aku juga dulu kalau jualan pasti hati-hati banget kalau nyapa. Mending malah tak muda-mudain unless emang orangnya bener-bener keliatan udah berumur. Paling komplainnya nada seneng “Kok, panggil mbak sih? Anakku udah gede lho, sekamu,” trus aku bisa cengengesan sambil bilang “Hah? Masa sih? Keliatannya kaya masih muda gitu? Nggak percayaaa,” dan akhirnya belanja banyak deh orangnya. Ngoahahahahaha. 

               Sapaan itu penting. Apalagi di dunia jual-menjual. Salah sapa, bisa nggak jadi beli orangnya. Beneran. 

               Kalau kalian gimana? Pernah nggak salah disapa dengan sapaan yang ‘menuakan’ sampai bikin senewen gitu? Atau malah pernah salah nyapa? Cerita lah yuk, biar kita bisa ketawa sama-sama.

You May Also Like

0 komentar