Okai, jadi ceritanya beberapa waktu yang lalu di postingan jualan aku dapet komen dari Cici Indriani Susanto soal nama Madgirl. “Tulisannya diganti dong, jangan Magdirl. Nice Girl apa Pretty Girl gitu. Nama itu doa lohh,” kurang lebih kaya gitu. Aku lupa persisnya gimana. Wkwkwk. It’s a good comment, tho. Soalnya mungkin sebenernya banyak juga yang ngebatin tapi nggak enak mau bilangnya. Hahaha. Thank’s Ci. :D
Jadi pada kesempatan yang berbahagia ini ijinkanlah aku membagikan sepatah dua patah kata sehubungan dengan nama Madgirl. Ehem ehem.
Turunan dari Madsick Street
Alkisah, pada awal tahun 2000an (aku lupa tepatnya tahun berapa dan lagi males ngecek), Ibing mendirikan cloth line namanya Madsick Street. Waktu itu the business went so good soalnya belum banyak distro dan cloth line kaya sekarang. Semua produknya selalu sold out.
Di ujung lain bumi, aku waktu itu masih SMP dan ingusan, tapi punya cita-cita pengen punya cloth line juga. Cita-cita itu aku pendem aja sampai pada tahun 2012 aku kenal sama Ibing trus aku curhat-curhat doong, soal cita-citaku itu. Sebenernya itu entah kebetulan atau memang takdir kok aku curhatnya sama Ibing, soalnya sebelum kenal Ibing aku juga sempet pacaran sama orang yang jualan merchandise metal yang mereknya nggak perlu aku sebutin di sini soalnya mayan femes, ntar aku dikira ngaku-ngaku doang. Lol
Singkat cerita, Ibing bilang “Kalau mau bikin cloth line bareng aja.” Eh, bukannya bikin cloth line beneran, kami malah pacaran. #yawlo -,-
Tahun 2013 aku pindah ke Magelang dan kami masih tetep nggak pernah ngebahas soal cloth line. Hahaha. Sampai kemudian pada tahun 2014 aku bilang sama Ibing “Bikin dong, Madsick yang versi cewek.” Waktu itu aku terinspirasi sama Rumble yang bikin Rumble Girl. Nhaaa, dari situ lah aku menemukan ide brilian. “Namanya Madgirl aja.”
Everything went Mad
Kami lalu jadi seneng banget sama kata Mad yang membuat segala sesuatu kami kasih nama depan Mad. Hahaha. Lihat aja ada Madventura, Madmonkey, dan Madbelbie.
Segala sesuatu yang dinamai mad ini bener-bener buat kesenangan kami. Bisa dibilang idealisme lah. Kalau buat yang komersil, kami kasih nama lain. Misal Ibing dengan Leopard dan Dewa Rusa, dan aku dengan Bantal Emesh dan Tryle. Nama-nama yang bisa dengan mudah diterima orang tanpa menimbulkan keheranan.
Madgirl sebagai Identitas
Karena sering pakai kata ‘mad’ di mana-mana, madgirl malah menjadi semacam identitasku pribadi. Secara sebelum ini aku malah semacam nggak niat gitu bikin kaosnya. Bikin cuma buat dipakai sendiri (woiii -_-). Tapi nama Madgirl selalu kupakai di mana-mana, termasuk nama blog ini juga. Jadilah dia identitas. Aku emang pengennya kalau ada kata madgirl, orang akan otomatis teringat pada Isthar Pelle.
Logo
Logo Madgirl ini Ibing yang bikin sesuai requestku. Logo ini aku kasih nama Dionade. Kepanjangannya diamond grenade. Wkwkwk. Maksa kan, kan, kan? Biarin!
Filosofinyaaaa. Nggak ada sih. Cuma yah, diamond itu berlian, grenade itu granat. Jadi granat berlian. *hoiiiii -,-
Aku suka aja sama berlian karena … berlian itu mahal. :v
Nggak deng. Ya karena dia itu keras, trus mengalami proses yang aduhai sekali yang pasti kalian semua udah pada ngerti. Basi lah, nggak usah dibahas juga. Zzzz.
Trus soal grenade itu sebenernya itu bukan grenade, lebih ke bom sih. Bom yang pakai sumbu gitu apa namanya yah? Petasan? Ya pokoknya itu lah. Yang perlahan tapi pasti terbakar dan akan tiba saatnya meledakkan berlian itu.
Jadi maksudnya apa sih? Maksudnya, berlian itu mewakili kebanggaan akan harta yang fana, yang akan meledak dan lenyap tak berbekas pada akhirnya. Begitu. Udah mantap belum cocokloginya? :D #timpuksayasekarang
Arti di Baliknya
Nah, sekarang balik ke pokok permasalahan kaya yang aku ungkapin di awal postingan ini. Kenapa sih namanya Madgirl? Kok lu mau banget sih, dicap gila?
Khusus untuk pertanyaan satu itu, aku malah punya jawaban nyeleneh gini: jaman sekarang banyak orang gila mengaku waras. Ada berapa banyak yang berani mengakui kegilaannya? Mungkin aku jadi satu dari sedikit yang berani. Iya, aku gila. Apa yang salah dengan itu? Makanya Madgirl itu punya tagline apa coba? Proud to be Mad! Aku gila dan aku bangga. Hahahah.
Tapi sebenernya, maksudnya sama sekali nggak ke situ. Mad di sini bukan gila yang gila. Okelah, gila. Tapi gila in the positive way (is that even possible?).
Maksudnya, kami berani jadi beda. Berani melawan arus dan nggak selalu follow the crowd. Berani stand out dengan apa adanya kami. Dengan segala kekurangan, dan tetap happy dengan itu.
Dan yahh, seperti yang selalu terjadi di belahan bumi manapun. Setiap orang yang berbeda, ide-idenya nyeleneh, nggak selalu ngikutin arus, dan melakukan hal-hal yang totally nggak kepikiran sama orang lain selalu disebut gila. Selalu.
Misalnya orang yang jaman dulu itu kekeuh banget pengen nemuin bohlam lampu. Disebut gila. Orang yang nawarin resep ayam goreng dan ditolak ribuan kali tapi nggak nyerah, disebut gila. Ada orang kepengen bisa terbang, disebut gila. Ada pejabat yang nekat jujur, bersih, melayani, dan anti korupsi, disebut gila. Dan masih banyak lagi contoh lainnya.
Spirit semacam itu yang kami ambil. Kaya quote yang kami amini banget itu. “No great genius ever existed without some touch of madness.”
Kerja keras, apalagi yang absurd buat ngejar passion, biasanya memang menyebabkan kesan gila. Penelitian-penelitian baru, sebelum orang tahu apa manfaatnya, dibilang gila. Penemuan-penemuan baru, disebut gila. Kok jadi inget kisah mbah Sadiman yang nanam hutan sendirian sampai ratusan hektar. Dia sampai dapet gelar besar buat usahanya itu: EDAN.
If you wanna do something different, something great, you need to be a little bit mad, really. Kalau yang kamu lakuin itu standar-dtandar aja kaya orang ‘waras’ kebanyakan, ya jangan expect kalau bakal mencetak sejarah. Jadi madness semacam itulah yang kami maksud. Mad in the positive way (so it is possible now, eh?), mad yang bikin kamu jadi proud. Bukan gila yang hilang kesadaran sampai kalem aja jalan-jalan tanpa celana. Dan to be honest, I won’t judge those crazy people who wandering around streets. Mereka gila dan bahagia dalam kegilaannya itu kok. Sungguh, apa yang salah dengan itu?
Campaign
Mungkin kalian belum tahu karena aku nggak melakukan campaign ini secara massif dan terstruktur, apalagi sampai pakai jasa buzzer segala (dear, influencer. Maukah kalian buzzing my campaign for free? Hahah).
Jadi Madgirl itu punya campaign. Selain yang Proud to be Mad yah, aku punya campain Proud to be Brown. Ini buat cewek-cewek (khususnya Indonesia) yang punya kulit coklat sawo busuk kaya aku yang lantas minder sama cewek lain yang putih-putih. Yah, kan kita tahu sendiri. Standar cantik orang Indonesia itu harus putih.
Aku sendiri menerima bully-an perihal kulit itemku ini dari kecil. Bully-an itu datang terutama dari orang-orang terdekat: keluargaku sendiri. Tanteku yang anaknya kebetulan putih selalu mengejek karena aku item. Ibuku sendiri malu punya anak item karena beliau kulitnya kuning bersih. Padahal aku mewarisi kulit item ini dari suaminya sendiri, bapakku itu. Hahaha.
Waktu jaman remaja dulu aku sempet sih, merasa down. Merasa jelek di antara temen-temenku yang cantik-cantik banget dan putih. Merasa buruk rupa, dst. Tapi makin lama aku malah suka.
Waktu itu aku suka banget olahraga. Renang dan basket outdoor yang membuat kulitku makin kelihatan gelap. Tapi apa itu membuatku jadi nggak disukai cowok-cowok? Ternyata enggak. Yang naksir juga banyak. *penting??*
Trus makin dewasa, lingkungan pergaulanku makin luas, aku makin menghargai kulitku sendiri. Betapa bule-bule berkulit pucat itu sangat iri dengan warna kulit kaya gini. Kelihatan sehat banget dan punya glownya sendiri.
Dulu aku pernah foto-foto sama cewek-cewek putih, dan anehnya, aku bukannya tenggelam karena kelihatan paling kusam, tapi malah kelihatan paling stand out dan warna kulitku kelihatan baguuuus banget.
Tentu saja dengan begitu bukan berarti aku nggak merawat kulit. Aku merawat kulit lah tetep. Luluran, pakai body scrub, dll. Tapi tujuannya bukan biar putih. Biar bersih aja dan kelihatan glowing sehat. Efeknya kelihatan banget. At least meskipun item, warna kulitku rata seluruh badan. Sama semua warnanya kaya gitu. Yang beda cuma muka yang kadang keliahatan lebih cerah, kadang kelihatan lebih kusem, tergantung aku berapa lama panas-panasan di bawah matahari. Hahaha.
Mungkin gara-gara aku pede, aura kecantikan kulitku jadi memancar dan orang berangsur-angsur nggak melabeli ‘item’ lagi, tapi eksotis. #uhuk Bahkan beberapa kali dikomen “Mbak Pelle itu rajin berjemur ya, kulitnya coklat rata banget.” Bukan berjemur sih, panasan lebih tepatnya. Lol.
So yeah, buat kalian yang punya kulit coklat kaya aku, jangan minder. Nggak perlu bersedih apalagi kalau cuma gara-gara iklan produk pemutih. Kulit coklat itu juga cantik, kulit item pun juga cantik. Bahkan albino pun cantik. Yang bikin cantik itu ya diri kita sendiri. Penerimaan kita sendiri. I’m proud to be brown. Are you?
Udah ah, itu dulu aja. Perasaan tadi niatnya mau nulis banyak deh soal fakta-fakta tentang Madgirl ini, tapi aku lupa. Besok-besok sambung lagi. Zzzz. Udah sih, intinya #BeliKaosSaya. :p