I’m Not Upset, I’m Just Tired
Kamu pernah nggak sih
merasa capeeek banget. Pengen nangis tapi kok nggak sedih, pengen marah tapi
nggak marah, pengen ngamuk nggak ada yang diamuk. Cuma capek aja. Bener-bener
capek banget sampai rasanya pengen maki-maki tapi sayang nggak lagi punya
tenaga?
Aku sedang ngerasain
itu sekarang ini. Sebenernya aku paham kalau aku kayak gini mungkin bagian dari
naik turunnya hormon karena bentar lagi aku mau menstruasi. Emang biasa kayak
gini. Tapi sejak PMS menyerang aku tuh udah berusaha sebisanya untuk sestabil
mungkin dan berusaha senyum terus biar selalu semangat.
Hari ini juga sama.
Aku bangun pagi, berusaha fokus sama hal-hal yang harus aku kerjakan, dll. Pada
awalnya lancar-lancar aja. Sampai akhirnya tiba saatnya aku mau rekam cover
lagu dan nggak tahu kenapa salah terus sampai berjam-jam. Mulai dari akunya
yang goblok sampai menghabiskan waktu lama banget buat mencari jalan keluarnya.
Pas udah ketemu, eh bengkel depan won’t stop blayer-blayering. Curi-curi waktu
pas hening, ada lagi aja masalahnya. Memori kepenuhan lah, rekamannya
putus-putus, akunya salah, akunya salah, akunya salah. Gitu aja terus sampai
jari-jariku sakit.
Belum lagi masalah
njelehi lain yang bikin aku mikir “Yahh, sometimes, things just won’t work.” Trus
sabar aja sambil maki-maki dalam hati. Lha gimana.
Di saat kayak gini ya
kadang pengen gitu nyender bentar. Bukan buat curhat atau memindahkan beban.
Cuma mbok plis tak nyender, bentaaar aja. Nggak usah ngomong apa-apa. Diem aja.
Aku cuma buntuh nyender bentar. Nggak lama.
Tapi ya beginilah
seninya hidup sendirian. Nggak ada yang disenderin, akhirnya nyendernya ke
laptop. Nulis sampah-sampah.
Tapi nggak apa-apa.
Blog ini toh nggak ada yang baca. Kesempataan aku buat nyampah apa aja. Buat
ngamuk, berkata kasar, buat nyenderin diri sendiri, atau apapun. Daripada aku
maksa curhat ke manusia beneran yang aku tahu nggak peduli dan bahkan nggak
akan repot-repot mendengarkan. Mungkin malah merasa rugi waktunya udah terbuang
gara-gara aku.
Oyaaa, by the way, hari
ini aku juga dapet kesadaran baru yang entah emejing entah miris. Wkwkwk. Bukan
kesaadaran ding, ingatan. Orang dari awal tahun aku udah bilang sama diri
sendiri untuk nggak berharap pada apapun, masih aja berharap. Akhirnya pas
nggak berjalan sesuai yang aku mau ya kayak gini. Baper.
Ya tapi gimana dong.
Aku juga pengennya nggak berharap apa-apa. Misal, nyanyi trus nggak berharap
harus langsung seratus persen lancar gitu. Hahaha.
Tapi kan ya ternyata
kenyataannya nggak segampang itu. Aku masih aja berharap. “Hemm, kali ini bakal
bagus!”
“Yang kali ini pasti
berhasil!”
“Sekali lagi, pasti
jadi!” dan semacamnya.
Itu ya terlintas aja
otomatis di kepalaku, aku ngga tahu harus ngaturnya gimana.
Trus ketika ternyata
nggak sesuai sama harapan, aku kecewa, dan jadi capek karena merasa dikecewakan
berkali-kali (oleh harapanku sendiri, hahaha).
Di sini aku jadi aagak
bingung. Antusiasme itu sama dengan harapan bukan?
Soalnya kan di awal
tahun yang aku maksud jangan berharap itu maksudnya harapan kosong. Misalnya
bermimpi seorang pangeran berkuda terbang datang menyelamatkan gitu. Itu kan
harapan konyol.
Tapi kalau harapan
yang disertai dengan usaha masa nggak boleh? Kalau nggak ada ngen-ngen
(harapan) yang dipengeni kan ya nggak mungkin susah-susah usaha segala dong.
Nah trus di situ
masalahnya aku pusing lagi. Kalau harapan nggak kosong yang disertai dengan
usaha boleh, trus ternyata hasilnya nggak sesuai sama harapan
padahal usahanya udah mati-matian, itu gimana?
Wajar aja bukan?
Manusia emang wajar kan
merasa kecewa, merasa capek?
Ya wajar lah.
Harusnya.
Jadi emosi campur aduk
yang aku rasain sekarang ini semestinya enggak apa-apa.
And what makes all of
this even weirder is the fact that in some way, I feel happy for pushing myself
hard and for working my ass out. I feel like I become the person I always wanna
be. Or if I may say, I feel like myself again.
I don’t know. I just
wanna get drunk!
0 komentar