Untukmu yang Sedang Mengalami Fase Remaja Canggung

by - 04.46.00


Image credit: pixabay/stux

Mungkin tulisan ini nggak penting. Atau aku hanya berusaha keras untuk menjadi relatable dan itu udah nggak mungkin karena masa remajaku udah kelewat jauh dan aku nggak mengalami masa remaja seperti yang remaja masa kini alami. Tapi mungkin, kalau ada remaja canggung yang kebetulan baca ini, asal kamu tahu aja: kamu nggak sendiri. Bukan kamu tok yang merasa aneh, canggung, nggak bisa fit in, bingung, insecure, dan lain sebagainya. Hampir semua temenmu merasakan hal yang persis sama. Tenang aja. 

Aku barusan nonton film judulnya Eight Grade. Ya ceritanya tentang anak udah mau lulus SMP dan dia masih nggak mudeng sama dirinya. Dia pengen jadi cool, tapi cool kids nggak mau gaul sama dia. Dia berusaha keras jadi cool, tapi tetep aja awkward jatuhnya. Dia berusaha keras jadi pede, tapi tetep merasa grogi. Dia merasa nggak keren, insecure, dan takut salah mulu mau ngapa-ngapain. 

Sebagian besar orang, pas remaja ya mengalami semua keanehan itu. Dari awalnya mereka anak-anak yang inosen, kemudian tiba-tiba menjadi nggak terlalu inosen lagi, tapi belum tahu banyak juga. Banyak perubahan terjadi mulai dari fisik sampai emosional. Badan kamu tumbuh, suara berubah, bentuk badan berubah, yang cewek mungkin mulai mens, yang cowok mulai tumbuh jakun dan bulu-bulu di wajah, mulai merasa tertarik secara seksual pada orang lain baik lawan jenis maupun sejenis. Semua itu terlalu banyak dan terjadinya bareng-bareng. Membingungkan memang. 

Sebenernya, dengan aku ngomong kayak gini bukan berarti aku ngerti segalanya. Makanya dari awal aku bilang mungkin tulisan ini akhirnya hanya berupa aku berusaha menjadi related tapi kenyataannya can’t relate at all. 

Kenapa? Karena kebetulan aku kasus langka. Aku nggak mengalami itu semua. Terutama pas SMP ya. Pas SMP itu aku level kedewasaannya nggak ada bedanya sama aku pas masih TK. Masih bloon gitu aja bener-bener bacanya Bobo, nontonnya kartun, lebih nyambung kalau ngobrol sama anak-anak TK dibanding sesama anak SMP, trus masih pakai overall skirt gambar Winnie the Pooh dengan rambut dikucir njegrak. Tokoh cewek idolaku adalah Helga Pataki yang di Hey, Arnold! 

Such a mood!
Pas SMP temenku banyak. Dan jangan salah, mereka semua remaja normal yang pada mulai jatuh cinta, pacaran, dan lain sebagainya. Dan waktu itu meski aku nggak memperlihatkan, tapi sebenernya kalau mereka cerita soal ciuman itu aku ngebayanginnya masih yang jijik gitu lho. Tukeran liur? Ieeewh. Wkwkwk. Serius! 

Iya, aku emang pernah naksir temen sekelasku pas SMP kelas dua. Tapi ya cuma naksir-naksiran tok. Nggak kebayang mau ciuman atau apa. Hahaha. Ini sumpah konyol kalau diinget-inget lagi. Makanya nggak heran kalau di kehidupan dewasa, tiba-tiba ada temen SMP yang mendadak ngirim pesen bilang “Aku tuh dulu pas SMP sebenernya naksir kamu, tapi kamunya lempeng aja.” Wkwkwk. Ya iya lah. 
Orang kecerdaasanku masih setara anak TK. Mana aku mampu menangkap sinyal naksir-naksiran aelah. 

Jadi pas SMP aku sama sekali nggak mengalami apa yang Kayla (tokoh utama di film Eight Grade itu tadi) alami. Aku terlalu bloon. Aku belum mengenal konsep jatuh cinta-pacaran-patah hati dan oh damn, life was soooooo gooooooood!!! Love ruin us all. Lol

Hidupku waktu itu masih sesederhana hidupnya anak kecil. Bersenang-senang doang tahunya. Kalau nggak ada kegiatan setelah sekolah ya main, baca buku, baca komik, nonton kartun, mewarnai, dan gitu aja terus. Nggak kenal blas sama yang namanya derita asmara. Wkwk. 

Aku nggak mengalami fase insecure karena aku baik-baik aja meski aku nggak cantik dan dibully karena aku item dan jelek. Aku biasa banget. Nggak sedih blas. Aku tuh dari dulu kalau ada yang ngetawain, malah ikut ketawa lebih kenceng. Kalau ada yang ngebully, malah ngebully diri sendiri lebih parah. Jadi susah banget buat ngebully aku. Soalnya aku tenang-tenang aja. 

Aku juga nggak mengalami perubahan apa-apa di tubuhku kecuali nambah tinggi. Payudaraku baru tumbuh itu mungkin pas aku SMA kelas satu atau dua. Aku juga nggak mengalami roller coaster emosional karena aku belum mens dan nggak merasakan yang namanya PMS. Aku nggak struggle dengan jerawat karena waktu itu emang kayaknya aku belum puber jadi aku nggak pernah jerawatan setitik pun.
Jadi aku nggak mengalami itu semua. 

Pas SMA, mungkin aku baru paham dikit-dikit. Aku mens, perubahan bentuk badan mulai kerasa, aku mulai menyadari kalau kadang temen cowok suka ngelihatin dadaku, aku juga mulai jatuh cinta. Yang beneran jatuh cinta, bukan naksir-naksiran cinta monyet. 

Tapi aku tetep nggak mengalami yang merasa awkward nggak fit in gitu. Because I don’t want to fit in. Aku nggak masalah nggak gaul sama anak-anak populer karena aku nggak mau populer. I don’t wanna be cool. I knew I was different and I don’t want to change. I always act weird dan prinsipku dari dulu adalah: the crazier the better. Jadi aku tahu kalau aku aneh dan aku merayakan itu. Kalau ada satu hal yang aku mau, aku maunya orang mengenal aku sebagai sosok yang lucu. Udah gitu doang. Aku suka bikin orang ketawa. Kadang bahkan saking udah melekatnya, aku lagi serius aja orang pada ketawa karena mengira aku becanda. -_-

Jadi pada dasarnya, aku nggak berubah sama sekali. Sampai detik ini. Umur boleh tambah tua, tapi kedewasaanku aslinya masih segitu-segitu aja. Aku sekarang di youtube itu nontonnya masih serial Mattel Ever After High. Di waktu senggang, aku masih melamunkan hal-hal nggak masuk akal persis plek kayak aku pas masih TK dulu. Aku masih menganggap boneka-bonekaku adalah sahabatku dan aku ngobrol sama mereka tiap hari. Aku nggak pernah tumbuh dewasa. Kecuali makin tua agak semakin saru dan centil aja sih paling. Wkwk. 

Tekanan Media Sosial

Tapi yang kayak gini mungkin nggak banyak. Aku nggak bilang aku satu-satunya, tapi kebanyakan anak remaja mungkin mengalami fase awkward kayak yang dialami Kayla. 

Film lain yang menceritakan kehidupan anak SMP itu Diary of Wimpy Kids. Itu mungkin film family drama favoritku. Aku udah nonton puluhan kali dan mungkin masih sanggup nonton puluhan kali lagi. Hahaha. Kalau di situ kasusnya beda. Di film pertama masalahnya lebih ke hubungan dia sama sahabatnya, di film kedua hubungannya dengan kakak adiknya. Film ketiga aku belum nonton. ._. Tapi Greg sama sekali bukan tokoh yang insecure. Dia malah pede banget. Dan bahagia-bahagia aja. 
Mungkin karena waktu itu belum musim gadget karena itu kan kan film lamaaaa. Eight Grade  menurutku lebih relatable sama kehidupan remaja masa kini. 

Diary of Wimpy Kid

Jujur aja aku nggak bisa bayangin beratnya jadi remaja masa kini. Di zamanku dulu ya, kehidupan itu sangat sederhana. Mau dengerin lagu tinggal nyetel radio atau nonton MTV. Mau eksis, ya eksis di kehidupan sebenarnya. Ikut kegiatan, sosialisasi, dll. Dan itu semua jauh lebih sederhana karena kami nggak harus mikirin pencitraan di media sosial. 

Media sosial itu bisa jadi tekanan. Aku yang udah tua aja kadang merasa tertekan kok. Aku kadang iri sama Sorelle Amore yang jalan-jalan terus full time sementara umur kami hampir sama. Aku iri sama seniman-seniman atau fotografer yang aku follow di instagram yang bisa bikin karya bagus banget padahal usia mereka lebih muda dibanding aku. Padahal aku udah dewasa sekarang dan udah tahu mau ngapain dalam hidup. Dan aku juga cuma follow akun-akun bagus yang buatku menginspirasi atau aku bisa belajar dari mereka. 

Jadi aku susah ngebayangin kalau misal aku masih remaja, trus melihat semua ‘kebahagiaan’ yang ditampilkan temen-temenku. Mungkin karena aku masih belum tahu mau ngapain dalam hidup, aku akan berusaha menjadi terlihat yang paling cool juga di media sosial. Mungkin jumlah followers, like, dan lain sebagainya yang cuma dikit bener-bener bisa bikin hatiku patah. Mungkin aku nggak akan sebahagia aku pas remaja dulu karena banyak banget hal yang aku iriin dan aku nggak bisa miliki? 

Mungkin aku akan menghabiskan sebagian besar waktuku scrolling instagram ngelove-ngelove postingan temen-temenku yang berupa selfie dengan filter anjing imut. Mungkin aku akan melakukan itu semua dengan hati sedih “Kenapa aku nggak bisa sekeren mereka?” dan sebagainya. 

Mungkin bener penelitian yang bilang tingkat kebahagiaan orang menurun semenjak adanya media sosial. Orang gampang iri pada kebahagiaan yang ditampilkan orang lain sehingga menggerus kebahagiaannya sendiri. Ada film lain yang menceritakan soal gawatnya social media ini judulnya Ingrid Goes West. Ceritanya tentang social media addiction dan obsesi untuk jadi ‘cool’ dengaa lifestyle kekinian. Itu emang sedih, tapi itu bukan hanya di film aja. Di kehidupan nyata iya banget banyak yang kayak gitu.

Phone Comes First, Family Comes Later

Di film Eight Grade, yang paling bikin aku sedih itu hubungan Kayla sama ayahnya. Ayahnya ngajak ngobrol, Kayla nggak mau dengerin karena lebih milih sibuk scrolling instagram ngelove-ngelove postingan nggak mutu dari temen-temennya. Komunikasi jadi susah banget. 

Anak merasa insecure dalam gelembung sosial kecilnya sendiri dan nggak mau ngobrolin itu sama orang tuanya karena mereka menganggap orang tuanya nggak ngerti apa-apa. Sementara orang tua berusaha keras untuk bisa memahami anaknya dan bahkan nggak ngerti apa yang bikin anaknya murung sepanjang waktu. Ini kan sedih banget. 

Image credit: pixabay/marcino
Akhirnya banyak anak yang merasa sendirian, merasa nggak aada yang memahami, merasa anti sosial, nggak mau ngomong sama siapa-siapa karena merasa nggak ada satu pun yang mau mendengarkan.
Ya logikanya, gimana mau ada yang mendengarkan kalau kamu ngomong aja nggak pernah? 
Oke, emang nggak semua orang tua itu cool. Ada juga orang tua model jadul yang kaku banget dan memaksakan kehendak tanpa ngasih anak kesempatan buat mengutarakan pendapatnya sendiri atau menentukan pilihan sesuai keinginan mereka, itu memang ada. Tapi seenggaknya, ngobrol sama orang terdekat itu masih perlu sih kalau menurutku. 

Mungkin oke lah, aku sok banget ngomong kayak gini ketika kenyataannya aku juga ninggalin keluarga. Tapi kalau seandainya hubungan kami masih baik-baik saja, aku pasti masih ngajak mereka ngobrol. Seenggaknya sama Bapak. Karena kalau Ibuk bisa dibilang nggak cool, tapi Bapak termasuk cool banget. Tentu saja Bapak nggak paham segalanya tentang kehidupanku dan apa yang aku rasakan. Tapi kami masih bisa ngobrolin banyaaak sekali hal yang lucu-lucu dan itu menyenangkan. 

Jadi kids, kalau kamu sekarang merasa insecure, merasa nggak keren, merasa sendirian, merasa nggak ada yang paham, dan sebagainya, yang harus kamu lakukan sekarang adalah: tenang aja, kamu bukan satu-satunya. Sebagian besar dari temen-temenmu juga merasakan yang sama cuma mereka nggak ngaku aja. Wkwk. 

Kamu nggak perlu sama sekali berusaha terlalu keras biar bisa diterima dengan melakukan hal-hal yang sebenernya bukan kamu banget. Soal ini juga ada filmnya nih, aku lupa judulnya kalau nggak salah Click? Lupa aku udah lama banget soalnya. 

Trus sebisanya kurangi main hape deh. Coba ngobrol sama orang tua, saudara, teman, tetangga, hewan peliharaan. Di luar handphonemu itu, masih banyaaak hal yang bikin bahagia. Orang mungkin nggak ngelove fotomu di instagram, tapi di kehidupan nyata mungkin mereka menganggap kamu keren. 

Tentu saja main sosmed nggak masalah, bukan berarti trus harus stop nggak sama sekali karena iya, aku tahu sekarang zaman emang udah berubah dan banyak juga hal positif di internet. Iya. Aku team the power of social media juga kok, tenang aja. Aku juga meraaskan banget manfaaat internet untuk bisnis, belajar, dan lain sebagainya. 

Cuma tetep aja, jangan habisin waktu terlalu banyak buat natap layar. Ngabisin berjam-jam cuma buat scrolling tanpa belajar apa-apa. Kalau nggak ya introspeksi diri aja. Kamu main sosmed lebih banyak manfaat apa buang waktunya? Hayoo, jujur. Hahaha. 

Saran terakhir dan yang ini mungkin paling utama sekaligus inti dari semua ocehan nggak penting ini sih. Jadi ya, apapun yang menurutmu penting saat ini seperti jadi populer di sekolah, diakui, diterima di pergaulan, terlihat cantik, dll itu setelah kamu gedean dikit nanti bakal jadi nggak penting sama sekali. Jadi daripada mengkhawatirkan hal yang segera akan berlalu, mending nimati aja semua momen. Coba hal baru, ajak ngobrol orang yang selama ini kamu hindari, rawat diri, hidup bersih dan sehat, belajar hal baru, dll. 

Pokoknya bersenang-senanglah. Sekarang setelah aku gede aku merasa masa remaja adalah masa terbaik yang pernah aku miliki. Dan aku nggak menyesali satupun perbuatanku, yang terkonyol dan goblok sekalipun karena aku bisa ngetawain itu semua sekarang. Dan untungnya dulu aku hampir nggak mengkhawatirkan apa-apa. Jadi yang teringat bener-bener cuma seru dan lucu-lucunya gitu.
Hehe. 

Kalau kalian baca ini dan merasa aku cuma ngoceh sotoy doang nggak tahu apa yang sebenernya terjadi, iya, memang. Aku mengakui. Maaf ya. I’m not here to help. Aku nggak punya kapasitas untuk itu. Tapi kalau kamu butuh teman berbagi, pengen sekedar tahu kalau ternyata ada juga orang yang emang udah wagu dari dulu, ya, aku ada di sini. 

Gitu, my lof!
Please remember: rule number is to always have fun!
I love you so muuuch! 

Btw, aku akhirnya nulis panjang juga ya gengs. Bukan berarti bagus sih, masih sampah juga. Cuma rada panjangan gitu. Wkwk. 

Byee!

You May Also Like

0 komentar