Otak Pisang, Kau Sungguh Imut Seperti Pikachu
Dari video klip Die Antwoord - Banana Brain |
Judul ini terinspirasi
dari Banana Brainnya Die Antwoord tentu saja, yang entah kenapa
terngiang-ngiang terus di kepalaku selama empat puluh delapan jam terakhir ini,
setidaknya.
Aku punya pertanyaan:
bisakah orang mati karena jatuh cinta atau patah hati?
Aku tentu saja terlalu
malas untuk mencari jawabannya secara serius, jadi aku memilih untuk
menanyakannya padamu saja, yang entah karena angin apa tak sengaja membaca ini.
Jangankan serius mencari jawaban, sekadar melakukan pencarian sederhana di
Google saja aku malas.
Padahal hal itu yang
akhir-akhir ini aku lakukan. Menggogle segala sesuatu, mengklik apapun yang
muncul di halaman pertama, dan merasa cerdas setelah membaca beberapa paragraf di
Wikipedia. Hahaha. Aku ini ikan, yang bernafas di dalam air dengan bantuan
tabung oksigen.
Begini, sebelum kau
memberiku jawaban berdasarkan pemikiran mendalam yang bukan hanya berasal dari
hasil pencarian google, aku ingin menjelaskan dulu latar belakang kenapa aku
bisa sampai muncul dengan pertanyaan itu.
Ini pertanyaan lama,
sebenarnya. Aku pernah menanyakannya, dan kalau tidak salah aku juga pernah
menemukan jawabannya. Hanya saja aku pelupa. Dan aku bersyukur karena aku
pelupa. Bayangkan kalau tidak. Aku bisa terus-terusan menangis mengingat semua
hal yang tidak ingin aku ingat.
Katakanlah aku jatuh
cinta. Karena perasaan itu, tentu saja wajar kalau kemudian muncul rasa rindu.
Bagaimana tidak? Konsekuensi dari jatuh cinta adalah ingin bersama-sama dengan
orang yang dicintai kan? Tapi bagaimana kalau dia tidak ada?
Nah, perasaan rindu
ini sebenarnya yang menjengkelkan. Dari dulu kalau rindu aku selalu mengalami
gejala-gejala seperti melilit, mulas, merinding, pusing, berkunang-kunang,
kurang fokus, jantung terasa bagaikan dipelintir-pelintir. Sangat menyiksa. Dan
hal inilah yang membuatku bertanya-tanya.
Bagaimana kalau
gejala-gejala ini betul-betul bikin orang mati? Istilahnya bukan gagal jantung,
melainkan gagal hati.
Pernahkan ada orang
yang tadinya sedang menjalani hidupnya dengan normal, mendadak teringat pada
satu kenangan teramat menyakitkan dan meninggal? Atau orang lain yang sedang
menjalani kehidupannya dengan santai, mendadak melihat nama orang yang pernah
disayangi dan mendadak merasa begitu rindunya sampai mati?
Kita ini tidak tahu
apa-apa. Karena yang sudah mati tidak pernah kembali untuk bercerita.
Aku sering
membayangkan kehidupan setelah mati. Kita semua berkumpul di suatu tempat yang
biasa-biasa saja, mungkin mirip seperti teras pertokoan. Sambil minum es kelapa
dan makan tahu, seseorang berkata “Tahu nggak, dulu aku matinya tuh konyol
banget. Masa cuma gara-gara aku inget mantanku kan. Mendadak aku kangeeeen
banget sama dia. Beneran sakit banget aku nggak kuat lagi. Pas bangun aku udah
di sini. Hahaha. Tolol banget, sumpah. Padahal lho, aku putusnya sama dia juga
udah lama.”
Kita tidak tahu. Apa
kita harus mati dulu untuk mencari tahu?
Cinta adalah Distraksi
YoLandi di video klip Banana Brain |
Katakanlah aku jatuh
cinta. Meski temanku bilang “Itu perasaan sekilas saja kurasa.”
Dia benar. Aku juga
tahu. Karena sebenarnya aku tidak pernah benar-benar jatuh cinta. Aku biasanya
hanya terlalu menikmati yang tidak seharusnya. Dan aku senang menganggapnya
serius meski sebenarnya bukan apa-apa. Aku suka melebih-lebihkan perasaan
hanya karena aku tak punya hal lain untuk dipikirkan.
Tapi aku tetap setuju:
jatuh cinta, nyata atau tidak, lama atau hanya sementara, itu membawa kerugian
tersendiri. Waktu yang terbuang sia-sia hanya untuk meresapi kenangan-kenangan
yang ternyata tidak memiliki arti sama pentingnya bagi orang yang kita cintai. Perasaan
salah tingkah dan kecurigaan-kecurigaan tidak berguna: apa salahku sampai dia
tidak memedulikanku sebesar aku memedulikannya? Apa kurangku sehingga dia
bahkan tidak sedikitpun repot-repot ingin tahu tentang aku sementara aku pada
titik ini, sudah tahu apa yang dilakukannya empat-lima tahun yang lalu?
Buang-buang waktu
adalah kerugian pertama dan paling nyata dari jatuh cinta. Dan ini bahkan belum
apa-apa.
Ada orang yang
benar-benar bunuh diri karena urusan cinta-cintaan ini. Ada orang yang sakit
jiwa karena alasan yang sama. Sampai sini aku heran kenapa jatuh cinta masih
boleh dilakukan dengan bebas. Harusnya, ada semacam pil yang bisa membantu
mengontrol seberapa banyak kita jatuh cinta. Jadi semuanya masih terkendali dan
kita masih bisa berfungsi dengan normal sebagai bagian dari masyarakat.
Begitu, mungkin.
Pada akhirnya aku
tidak peduli kalau suatu hari nanti aku akan mati karena apa. Toh semua orang
akan mati pada akhirnya. Dan ketika saat itu tiba, aku akan menemuimu di
emperan pertokoan. Kita minum es kelapa, tertawa terbahak-bahak mengetahui
semua yang terjadi di kehidupan sekarang ini sama sekali tidak nyata. Dan aku
akan menyenggol lenganmu sambil bilang “Tahu nggak, dulu aku tuh matinya konyol
banget.”
Pertanyaan tadi, tidak
usah dijawab. Aku hanya ingin ada yang membaca ini. Dengan demikian, aku tidak merasa
terlalu sendirian lagi.
“Kamu tidak jatuh
cinta, hanya kesepian,” temanku bilang.
Dia benar. Aku juga
tahu.
0 komentar