Otak Pisang, Kau Sungguh Imut Seperti Pikachu

by - 02.05.00

Dari video klip Die Antwoord - Banana Brain


Judul ini terinspirasi dari Banana Brainnya Die Antwoord tentu saja, yang entah kenapa terngiang-ngiang terus di kepalaku selama empat puluh delapan jam terakhir ini, setidaknya. 

Aku punya pertanyaan: bisakah orang mati karena jatuh cinta atau patah hati? 

Aku tentu saja terlalu malas untuk mencari jawabannya secara serius, jadi aku memilih untuk menanyakannya padamu saja, yang entah karena angin apa tak sengaja membaca ini. Jangankan serius mencari jawaban, sekadar melakukan pencarian sederhana di Google saja aku malas. 

Padahal hal itu yang akhir-akhir ini aku lakukan. Menggogle segala sesuatu, mengklik apapun yang muncul di halaman pertama, dan merasa cerdas setelah membaca beberapa paragraf di Wikipedia. Hahaha. Aku ini ikan, yang bernafas di dalam air dengan bantuan tabung oksigen. 

Begini, sebelum kau memberiku jawaban berdasarkan pemikiran mendalam yang bukan hanya berasal dari hasil pencarian google, aku ingin menjelaskan dulu latar belakang kenapa aku bisa sampai muncul dengan pertanyaan itu. 

Ini pertanyaan lama, sebenarnya. Aku pernah menanyakannya, dan kalau tidak salah aku juga pernah menemukan jawabannya. Hanya saja aku pelupa. Dan aku bersyukur karena aku pelupa. Bayangkan kalau tidak. Aku bisa terus-terusan menangis mengingat semua hal yang tidak ingin aku ingat. 

Katakanlah aku jatuh cinta. Karena perasaan itu, tentu saja wajar kalau kemudian muncul rasa rindu. Bagaimana tidak? Konsekuensi dari jatuh cinta adalah ingin bersama-sama dengan orang yang dicintai kan? Tapi bagaimana kalau dia tidak ada? 

Nah, perasaan rindu ini sebenarnya yang menjengkelkan. Dari dulu kalau rindu aku selalu mengalami gejala-gejala seperti melilit, mulas, merinding, pusing, berkunang-kunang, kurang fokus, jantung terasa bagaikan dipelintir-pelintir. Sangat menyiksa. Dan hal inilah yang membuatku bertanya-tanya. 

Bagaimana kalau gejala-gejala ini betul-betul bikin orang mati? Istilahnya bukan gagal jantung, melainkan gagal hati. 

Pernahkan ada orang yang tadinya sedang menjalani hidupnya dengan normal, mendadak teringat pada satu kenangan teramat menyakitkan dan meninggal? Atau orang lain yang sedang menjalani kehidupannya dengan santai, mendadak melihat nama orang yang pernah disayangi dan mendadak merasa begitu rindunya sampai mati? 

Kita ini tidak tahu apa-apa. Karena yang sudah mati tidak pernah kembali untuk bercerita. 

Aku sering membayangkan kehidupan setelah mati. Kita semua berkumpul di suatu tempat yang biasa-biasa saja, mungkin mirip seperti teras pertokoan. Sambil minum es kelapa dan makan tahu, seseorang berkata “Tahu nggak, dulu aku matinya tuh konyol banget. Masa cuma gara-gara aku inget mantanku kan. Mendadak aku kangeeeen banget sama dia. Beneran sakit banget aku nggak kuat lagi. Pas bangun aku udah di sini. Hahaha. Tolol banget, sumpah. Padahal lho, aku putusnya sama dia juga udah lama.”
Kita tidak tahu. Apa kita harus mati dulu untuk mencari tahu? 

Cinta adalah Distraksi

YoLandi di video klip Banana Brain
Katakanlah aku jatuh cinta. Meski temanku bilang “Itu perasaan sekilas saja kurasa.”

Dia benar. Aku juga tahu. Karena sebenarnya aku tidak pernah benar-benar jatuh cinta. Aku biasanya hanya terlalu menikmati yang tidak seharusnya. Dan aku senang menganggapnya serius meski sebenarnya bukan apa-apa. Aku suka melebih-lebihkan perasaan hanya karena aku tak punya hal lain untuk dipikirkan. 

Tapi aku tetap setuju: jatuh cinta, nyata atau tidak, lama atau hanya sementara, itu membawa kerugian tersendiri. Waktu yang terbuang sia-sia hanya untuk meresapi kenangan-kenangan yang ternyata tidak memiliki arti sama pentingnya bagi orang yang kita cintai. Perasaan salah tingkah dan kecurigaan-kecurigaan tidak berguna: apa salahku sampai dia tidak memedulikanku sebesar aku memedulikannya? Apa kurangku sehingga dia bahkan tidak sedikitpun repot-repot ingin tahu tentang aku sementara aku pada titik ini, sudah tahu apa yang dilakukannya empat-lima tahun yang lalu? 

Buang-buang waktu adalah kerugian pertama dan paling nyata dari jatuh cinta. Dan ini bahkan belum apa-apa. 

Ada orang yang benar-benar bunuh diri karena urusan cinta-cintaan ini. Ada orang yang sakit jiwa karena alasan yang sama. Sampai sini aku heran kenapa jatuh cinta masih boleh dilakukan dengan bebas. Harusnya, ada semacam pil yang bisa membantu mengontrol seberapa banyak kita jatuh cinta. Jadi semuanya masih terkendali dan kita masih bisa berfungsi dengan normal sebagai bagian dari masyarakat. 

Begitu, mungkin. 

Pada akhirnya aku tidak peduli kalau suatu hari nanti aku akan mati karena apa. Toh semua orang akan mati pada akhirnya. Dan ketika saat itu tiba, aku akan menemuimu di emperan pertokoan. Kita minum es kelapa, tertawa terbahak-bahak mengetahui semua yang terjadi di kehidupan sekarang ini sama sekali tidak nyata. Dan aku akan menyenggol lenganmu sambil bilang “Tahu nggak, dulu aku tuh matinya konyol banget.” 

Pertanyaan tadi, tidak usah dijawab. Aku hanya ingin ada yang membaca ini. Dengan demikian, aku tidak merasa terlalu sendirian lagi. 

“Kamu tidak jatuh cinta, hanya kesepian,” temanku bilang.
Dia benar. Aku juga tahu. 

You May Also Like

0 komentar