Yang Menjengkelkan dari Tren Aku Nggak Seperti Cewek Kebanyakan
Read: I’m better than all of you, bitches! |
Dulu aku kayak gini. Merasa nggak kayak cewek kebanyakan. Tapiii aku membela diri nih ya, hal itu kulakukan sebagai respon atas tuntutan sosial masyarakat umum. Bahwa cewek itu harus begini dan begitu. Aku kesel diatur-atur dan aku nggak mau ikut-ikutan standar.
Tapi sekarang hal ini makin populer. Ngahahaha. Ya bagus sih, buat nggak nurut gitu-gitu aja sama konstruksi sosial masyarakat. Tapi sama halnya dengan pendulum-pendulum lain yang berayun kejauhan, tren inipun lama-lama malah jadi njelehi. Yang bikin aku mikir “Kalau kalian semua -the so called unique bitches- kelakuannya kayak gini, aku mending jadi basic aja.”
Aku dari dulu paling males mengaku sebagai feminis dan kalau ada orang yang ‘menuduh’ aku sebagai feminis, aku pasti buru-buru meralat. “Nggak. Aku biasa aja. Aku masih nggak masalah nonton film tiketnya dibayarin sama cowok dan kadang aku minta dibukain tutup botol akua.”
Kenapa? Karena ada feminis-feminis sok yang bukannya empowering woman, tapi malah kesempatan buat menjatuhkan perempuan lain dengan ngatain mereka goblok, lemah, kurang berpendidikan, dan mau-mau aja dandan demi membahagiakan laki-laki. Bitj, wut?
Kalau ada yang tersinggung baca ini, bagus. Di blog ini aku emang nulis tanpa filter. Blogku, sakmangapku.
Hal yang sama juga terjadi di tren “I’m not like other girls.” Tadinya hal ini fungsinya cuma buat melawan tuntutan sosial, tapi sekarang malah jadi banyak cewek yang menggunakannya sebagai senjata buat menjatuhkan banyak cewek lain hanya biar dirinya sendiri kelihatan lebih baik.
“Kamu kan cantik doang. Aku dong, pinter, lucu, baca buku yang judulnya aja udah bikin mata berkunang-kunang, cuma mau dengerin musik alternatif yang nama bandnya aja kamu belum pernah denger. Aku nggak membosankan, bla bla bla.”
Merasa lebih baik, trus membenci cewek lain. Internal misogini. Emang kalau suka dandan trus otomatis nggak bisa baca? Puh-lease. |
Yang kalau dirangkum sih intinya cuma: you’re all basic and I’m better than you.
Yang jadi korban dari tren ini adalah cewek-cewek yang secara umum dilihat sebagai cantik, girly girl, suka dress, makeup, sepatu, dan hal-hal girly lain. Trus secara semena-mena mereka semua dianggap lemah dan nggak berpendidikan hanya karena suka dandan. Bitj, wut? (2)
Aku lupa udah pernah cerita apa belum. Tapi ada satu youtuber yang aku suka dan aku ikuti karena menurutku dia keren. Namanya Sorelle Amore. Konten youtubenya tentang traveling, filmmaking, dan banyak tentang fotografi. Dia terkenal dengan hashtag #AdvancedSelfie yang dia temukan untuk foto-foto yang pada dasarnya adalah selfie tapi dibuat lebih profesional. Bukan cuma selfie biasa muka memenuhi layar gitu.
Aku suka banget sama dia. Sampai sekarang pun masih ngikutin. Cuma, dulu dia pernah bikin film pendek yang bikin blunder. Di filmnya itu dia jelek-jelekin basic girls. Menurut dia, cewek yang suka pink dan glitter itu lemah, nggak menginspirasi, minus prestasi. Lebih parah lagi, dengan pedenya dia merasa sendirian karena dia satu-satunya cewek yang suka traveling, nggak suka makeup, pakai baju itu-itu aja, dan gaul sama cowok-cowok.
Yahh, di film itu banyak orang yang kesel. Karena faktanya, banyaaaaak byanget ‘basic girls’ yang suka fashion, makeup, girly things, dan tetep menginspirasi cool berprestasi. Kedua, aku merasa aneh aja. Sebagai orang yang travelling sebanyak itu, dia masa sih nggak pernah ketemu cewek lain yang kayak dia? Harusnya banyak lah. Jadi kenapa merasa so unique sampai bilang “I feel lonely,” segala? Wkwkwk.
Yahh, tapi setelah banyak komen yang membantah pendapatnya, dia akhirnya mikir dan minta maaf sih. Dan dia mengakui bikin film itu emang kurang dipikir. Dan akhirnya dia mengakui kalau cewek mau suka pakai pink dan glitter juga tetap bisa menginspirasi. Oke.
Tapiiii, ini satu contoh dari banyaaaaak orang lain yang merasa jauh lebih baik daripada cewek lain hanya karena melakukan hal yang berbeda.
“Kalian suka party pakai rok mini dan mabuk-mabukan semaleman? Aku lebih suka di kamar pakai sweatpants baca buku.”
“Justin Bieber who? I only listen to Marilyn Manson. Jiz, I’m so unique.”
“Kalian diet? Aku lebih suka makan pizza sekotak. Plus nasi padang, plus martabak manis, plus gorengan.”
“Kalian suka makeup? Aku mending tidur.”
Dan sebagainya. Banyak banget yang kayak gini yang bikin aku menghembuskan nafas ‘plis deh’.
Masalahnya, orang-orang yang nyebelin kayak gini ini bikin orang yang aslinya biasa aja jadi ikut kena getahnya juga. Misalnya aku yang ujug-ujug disama-samain kayak si ini dan si itu hanya karena mereka dengerin Eyes Set to Kill dan Alesana. Yeah, so yunik. Wkwkwkwk.
Oh, so you like The Avengers? So unique. Meh! |
Yang tadinya positif, buat melawan konstruksi masyarakat dan membela diri, malah dipakai buat menjatuhkan orang lain yang nggak salah apa-apa. Kan hihhhh.
Selain Sorelle, youtuber lain yang aku rutin tonton videonya itu Amber Scholl. Dia ini kebalikannya 180 derajat dari Sorelle. Dia suka fashion, suka sepatu, suka glitter, suka berlian, ngefans sama Harry Styles, dan cewek banget gitu lah. Semua hal yang Sorelle benci dari cewek, ada di Amber.
Sebenernya secara style, aku juga nggak mungkin berpenampilan kayak Amber karena dia tuh tipe yang glamor banget gitu loh. So extra. Nggak ke mana-mana aja dia pakai dress, sepatu high heels, dan faux fur. Tapiii aku suka dia untuk banyak hal lain. Kayak dia bisa bikin baju murah kelihatan mahal, bisa nemuin barang-barang bagus tapi murah, bikin-bikin barang sendiri, dll. Jadi buatku, baik Sorelle maupun Amber sama-sama menginspirasi. Cuma dengan caranya sendiri-sendiri.
Nah ini yang banyak orang lupa. Karena gaulnya cuma di tempurung yang itu-itu aja, jadi nggak tahu kalau dunia di luar yang dia sukai itu ya bagus juga. Trus akhirnya merasa lebih baik deh.
Aku juga paling sebel sama pelabelan dan pengkotak-kotakan. Hanya karena aku suka Sorelle, misalnya, trus aku langsung dilabeli sebagai cewek adventurous, suka sinematografi, lebih peduli pada ‘mainan’ keren kayak drone, camera gear, dll dibanding makeup.
Enggak lah. Buktinya aku suka Amber juga. Selain Amber, aku juga ngikutin banyak style vlogger lain kayak misalnya Shea Whitney, yang gayanya lebih nggak aku banget lagi karena dia itu tipe mamah muda trendy professional gitu. Tapi aku tetep suka dia karena banyak hal.
Meskipun aku sekarang lagi nggak suka pakai makeup (aku udah lama banget kayaknya nggak pakai makeup, kalau keluar juga cuma bedakan pakai bedak bayi sama pakai lipbalm gitu), bukan berarti aku benci cewek bermakeup. Malah aku respect kalau ada cewek cantik yang makeupnya bagus. Dan kalau Jeffree Star ngeluarin koleksi baru, aku masih yang “Gimme all of thooooooose!!”
Hanya karena aku suka gaya ‘alternatif’, bukan berarti aku benci cewek yang ‘basic’. Aku tetep respect sama cewek yang katakanlah pakai skinny jeans, blouse, sama nude heels. Meski basic tapi kelihatan put together. Dan aku menghargai mereka meski secara selera beda gaya dan aku tetep memuji dalam hati. “She knows how to style.”
Pada dasarnya, sama aja kayak semua hal lain di dunia, ini cuma perkara selera. Perkara beda pilihan. Bukan soal yang mana lebih baik dari yang mana.
Trus satu lagi ya, buat klen yang merasa so yunik en different and much cooler: hanya karena kalian suka dengerin music indie folk, nggak membuat kalian seunik itu. Hanya karena kalian suka makan dan nggak suka diet, nggak membuat kalian seberbeda itu. Hanya karena kalian nggak sudi minum kopi saschetan dan cuma mau minum kopi yang awalnya masih berbentuk biji, digrind di depan mata kalian sendiri dan diseduh dengan air yang suhunya terukur untuk mendapatkan tingkat keharuman dan keasaman yang pas oleh seorang barista professional di sebuah warkop edgy, nggak membuat kalian seistimewa itu.
Mengerty? |
Ingaaat, semua orang di dunia ini unik. Yang itu berarti pada dasarnya kita semua sama aja. Nggak unik sama sekali. Jadi nggak usah sok. *lap umbel
0 komentar