Antikemiskinan dan Kenapa Kita Harus Kerja Gratisan
Barusan di Instagram aku kenalan sama fitness brand yang nyari brand ambassador buat produk mereka. Karena aku anaknya celamitan, aku nanya-nanya caranya. Seperti yang sudah bisa ditebak, itu hanya salah satu strategi marketing buat nyari fitness babe yang mau beli produk mereka, foto, direpost, kemudian dikasih personalised promo code sebagai kompensasinya. Komisinya lumayan sebenarnya: 30% per item. Kalau seandainya niche Instagramku fitness dan aku punya cukup banyak pengikut setia yang akan rela ngeluarin duit 60an dollar buat beli setelan legging sama sport bra, maka aku akan mendapatkan cukup banyak uang.
Dalam hal ini, brand yang bersangkutan enggak ngebayar si "ambassador". Malah nyuruh si ambassador beli dulu produknya, Wkwkwk. Tapi sistem kerja sama dengan promo codes kayak gini menurutku cukup adil. Terutama bagi influencer yang baru mau belajar jalan, baru nyari followers, lagi mau ngembangin social media mereka.
Baru aja tadi malem aku nonton videonya Peter McKinon (ma bae, mumumu) tentang awal mula karirnya dulu gimana. Sebagai fotografer dan videografer yang sekarang udah memiliki banyak pengikut, Peter udah nggak kesulitan lagi dapet klien. Ibaratnya klien sekarang berdatangan ketuk pintu nawarin kerjaan. Tapi apa dulunya langsung gitu? Enggak.
Secara terang-terangan Peter bilang nggak ada salahnya kerja gratisan. Dulu awalnya dia beli-beli produk dari merek yang dia bidik, Dia bikin foto-foto cantik, dia upload sambil ngetag si brand. Itu pun awalnya dicuekin. Habis itu dia beli-beli lebih banyak produk, upload-upload lagi sampai akhirnya dinotice "Hey, we love your work, can we reupload it?"
Yang dia jawab "Tentu saja. Eh, ngomong-ngomong kalau misal kamu butuh foto buat promosi dan konten di website, bisa ke aku aja. Foto pertama gratis."
Dia nawarin kerja gratisan secara sukarela. Habis itu si brand ngirimin banyak barang buat difotoin (gratis), lama-lama bayar, trus sekarang Peter punya merch kerjasama bareng mereka. Dan jadi best friend sama pemiliknya.
Itu jalan panjang yang harus dia tempuh hanya demi menarik perhatian satu brand. Jadi emang bener kalau dulu ada orang yang bilang "Rahasianya adalah nggak ada rahasia. Only lots of works."
Kerja gratisan nggak selalu buruk, apalagi kalau kita baru mulai. Banyak alasan kenapa kerja gratisan baik:
Portofolio
Kerja gratis yang kita lakukan bisa jadi tambahan portofolio. Portofolio ini penting banget apapun bidang kerjaan kamu. Karena ini modal dasar buat ditawarin ke calon klien nanti-nantinya.
Batu Loncatan
Nggak cuma portofolio, hasil kerja gratisan ini bisa juga jadi batu loncatan. Kayak Peter pernah sekali bikin video promotional gratis buat satu merek, trus habis itu ada brand lain yang tertarik dan minta dibikinin video yang serupa.
Keuntungan Lainnya
Ada banyak kok keuntungan lainnya. Misalnya, fotomu direpost trus kamu nambah followers. Kan lumayan. Hey, di zaman seperti sekarang kan followers itu aset. Yang rela jadi goblok demi ningkatin followers aja banyak. Kalau cuma kerja gratisan ya masih jauh lebih mending lah.
Selain itu kalau kayak kasus fitness brand yang aku bahas di awal tadi, kita masih bisa dapet keuntungan dari promo codes. Kalau ada penjualan ya kita untung juga. Jadi itungannya nggak gratis-gratis amat. Malah bisa menang banyak.
Nah, di sinilah letak kesalnya aku sama kemiskinan. Mempelajari penawaran itu sebenernya aku sangat tertarik. Apalagi lihat produk mereka yang emang bagus sih. Ibaratnya aku juga pasti bakal beli kalau aku banyak duit. Cuma sayangnya masih mahal. 60 dollar satu set itu sama aja kayak aku kerja keras nulis artikel sebulan. Wkwkwkwk. Murah amat sih tarifku, bangsat! Tapi nih, kalau aku banyak duit, aku akan melakukannya dengan senang hati. Kenapa enggak? Aku bahkan akan rajin bikin konten fitness dan home workout biar bisa mamerin setelanku dan bikin orang pada beli. Hahahahaha.
Tapi ya sayangnya sekarang aku lagi terlalu kere sehingga kesempatan semacam ini pergi begitu saja. Bahkan untuk kerja gratisan pun aku nggak bisa. Bayangkan! Kurang sedih gimana? Wkwkwk. Nggak ding, aku nggak sedih, biasa aja.
Sebenernya banyak sih contoh lain kayak misalnya salah satu Youtuber yang sering aku tonton Nava Rose yang suka bikin konten fashion sama DIY. Bertahun-tahun dia bikin konten pakai produk-produknya DollKills dan nggak pernah dinotice. Sampai akhirnya dinotice juga, direpost, dan mungkin nextnya bisa dapet tawaran sponsor atau mungkin malah kepilih jadi angel.
See? Kesempatan bisa banyak berdatangan ketika di awal kita mau kerja walau itu gratis.
Yaaa, ya. Tentu saja bukan berarti habis ini kita menyerah pada kuasa pemilik modal dan kerja gratis selama-lamanya. Dengan followers kita yang meningkat, jam kerja yang makin tinggi, dan portofolio yang makin banyak, kita akan memiliki daya tawar. Saat itulah kita bisa nego. Baik tarif per postingan maupun jumlah komisi yang kita dapatkan.
"Know your worth!" they said. Dan itu memang benar. Bahkan dari awal kita bersedia kerja gratis juga bukan berarti kita menempatkan diri kita sebagai pengemis job yang nggak punya harga. Kita tetap tahu betul value kita. Kerja-kerja gratis itu hanya bagian dari anak-anak tangga yang harus kita panjat untuk sampai ke sana.
Secara pribadi, aku belum pernah sih kerja gratisan. Kalau kerja dengan tarif sangat murah nggak masuk akal baru pernah. Dulu aku pernah nulis artikel bayarannya cuma lima ribu per judul. Lima ribu! Kalau mau bisa makan hari itu seenggaknya aku harus nulis lima artikel. Dan aku melakukannya. Kerja keras bagai quda cuma buat uang makan. Aku melakukannya dengan effort yang sama dengan yang kulakukan saat aku nulis artikel bertarif ratusan ribu sekarang. Karena aku mau semua yang aku hasilkan beneran bagus. Jadi di saat ada yang nanyain portofolio aku bisa dengan mudahnya nyodorin hasil kerjaan yang bener-bener berkualitas hasil usaha maksimal, bukan kerja asal-asalan.
Begitulah. Mudah-mudahan sih tulisan ini nggak ditelan mentah-mentah. Masih banyak banget yang harus dipertimbangkan. Kayak aku sekarang nggak akan keberatan kalau disuruh kerja gratisan selama masih ada keuntungan buatku di kemudian hari. Kalau nggak ada ya ngapain? Hahahaha.
*ditulis dalam keadaan gabut libur lebaran di tengah pandemi sambil ngitung kerjaan-kerjaan yang belum kebayar, banyak juga lumayan oi! -__-
0 komentar