PESAN MORAL LOMBA-LOMBA AGUSTUSAN

by - 02.23.00




Seneng deh kalau memasuki bulan Agustus tuh. Kampung-kampung dihias, gapura-gapura dicat dan dilukis, pagar rumah dicat semua, di pinggir-pinggir jalan banyak dipasang umbul-umbul dan lampu warna warni, semua rumah pasang bendera merah putih, trus ada banyak bendera merah putih kecil-kecil juga di mana-mana. Semarak deh pokoknya.
Tapi nggak cuma hiasan aja. Agustus itu juga identik dengan lomba-lomba. Oya, kalau ada di antara kalian yang bertanya-tanya kenapa sih kok aku bilangnya lomba-lomba Agustusan, bukan 17-an? Karena orang-orang di kampungku bilangnya Agustusan. Bukan tujuh belasan, apalagi Perayaan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia. Bukaaaan.
Dan kalau Agustusan ini, di kampungku anak-anak sekolah seragamnya juga pasti baru semua. Soalnya mau dipakai upacara. Jadi anak sekolah di kampungku tu kalau beli seragam baru nggak pas awal tahun ajaran, tapi pas Agustusan.
Oke, udah ya, soal istilah Agustusan. Sekarang ada lomba apa aja sih selama Agustusan? Banyaaaak, dan pastinya semua kampung juga beda-beda menyesuaikan dengan kreativitas masing-masing. Sejak gede ini sih aku nggak pernah ikut lomba-lomba lagi. Lagian juga tinggalnya pindah-pindah mulu, jadi nggak punya kampung halaman. Tapi ada beberapa lomba yang aku ingat pernah tak ikutin semasa kecil dulu, sama beberapa lomba yang kudapetin dari hasil ngintip kampung sebelah. Daaaan, semua lomba ini ternyata memiliki pesan moral lohh. Yah, pesan moralnya nggak selalu nyambung sih, tapi ini dia:

1.      Lomba gigit sendok yang atasnya dikasih kelereng

Aku kesulitan menemukan istilah yang lebih pendek buat lomba yang satu ini. Pokoknya ya, pesertanya itu harus gigit sendok, trus di sendoknya itu dikasih kelereng. Kemudian, peserta harus berjalan cepet-cepetan sampe finish. Yang paling cepet yang menang. Ya kalau gitu tinggal cepet-cepetan lari aja dong? Masalahnya, aturannya, kelerengnya nggak boleh jatuh. Kalau sampai jatuh, berarti didiskualifikasi.
Jaman SD dulu, aku pasti ikut lomba ini. Karena ternyata I’m good at this. Aku menang terus. Bukan karena aku paling cepet jalannya. Tapi karena aku paling tenang. Jadi peserta lain kelerengnya jatuh semua, aku enggak.
Pesan moral dari lomba ini: kalau mau mencapai tujuan dalam hidup, kita nggak usah buru-buru. Biarin aja yang lain kejar-kejaran, sikut-sikutan. Kita kalem aja gitu dan yakin sama tujuan. Saat itulah kita menang. Eyaaaak!

2.      Lomba sepeda lambat

Ini sih jenis lomba yang belum pernah sekalipun kuikuti. Kenapa? Karena jaman SD dulu aku belum bisa naik sepeda. Serius. Aku bahkan kayaknya sekarang juga nggak bisa naik sepeda. Nggak tau soalnya nggak pernah nyoba. Pokoknya ya, lomba sepeda lambat itu ya lomba naik sepeda, cuma nggak cepet-cepetan, tapi justru lambat-lambatan. Yang paling terakhir nyampe finish yang menang. Cuma ya itu, kakinya nggak boleh turun. Jadi untuk mengikuti lomba ini, dibutuhkan skill naik sepeda dan skill menjaga keseimbangan yang nggak main-main.
Pesan moralnya: Hidup itu nggak selalu serba cepat. Yang paling lambat bisa juga jadi juara. Kalau nggak percaya, coba baca dongeng kelinci dan kura-kura. *nggak nyambung

3.      Balap karung

Aku pernah ikut lomba ini sekali. Dan aku jadi juara empat dari… empat peserta. Balap karung itu susah tau. Apalagi dulu aku badannya kecil banget. Gedean karungnya dari pada aku. Yang lain udah nyampe finish, aku buka karungnya aja belum beres. Pokoknya bukan jenis lomba yang bisa kumenangkan deh.
Pesan moral: Mengetahui kelemahan diri itu penting. Don’t get into a race you can’t win, bro!

4.      Masukin benang ke jarum jahit

Serius! Di SDku dulu ada lomba ini. Dari namanya aja kalian pasti udah tau lah ya, ini lomba masukin benang jahit, ke jarumnya. Jadi cepet-cepetan masukin benang ke lubang jarum. Yang paling cepet, menang. Untungnya sih aku anak baik, sering ngebantuin embahku masukin benang jahit ke jarumnya dan sekaligus ngejahitin sekalian. Jadi lomba ini jenis lomba yang sepele banget buat aku dan pasti menang.
Pesan moral: kalau mau menang lomba, jadilah anak baik dan suka membantu nenek.

5.      Masukin pensil ke dalam botol

Ini serius deh, lomba yang absurd banget. Peserta disuruh muter-muter sampe pusing, kemudian berjalan terhuyung-huyung menghampiri botol yang telah disediakan, untuk kemudian berusaha memasukkan pensil yang diikatkan ke pinggang. Dulu aku mikir, ini apaan sih, lomba aneh banget.
Tapi setelah tak pikir-pikir lagi dengan seksama, ternyata masing-masing elemen dalam lomba itu mengandung maksud tertentu. Botol mewakili botol minuman keras. Muter-muter sampe pusing mewakili kondisi mabuk setelah minum minuman keras. Masukin pensil ke botol mewakili tujuan hidup. Jadi kesimpulannya adalah, jangan mabuk-mabukan terus. Nanti jadi pusing dan kesulitan meraih tujuan hidup. Gitu gaes. Loeal biacaaaa.

6.      Lomba makan kerupuk

Ini juga aku nggak pernah ikut. Padahal bisa dibilang, lomba makan kerupuk itu hampir selalu ada. Di manapun. Aku nggak ikut karena yaaa, aku kalau makan nggak bisa cepet. Emm, aku cepet sih kalau makan, cuma kalau dibandingkan sama peserta yang lain tu aduuh, belum-belum aja udah jiper. Gimana enggak, wong temenku dulu ada yang bisa nyelesaiin lomba dengan sekali gigit. Beneran. Jadi begitu mencapai kerupuknya, dia gigit dengan seksama, sampai kerupuknya lepas dari talinya, kemudian dia kunyah dan telan sampai habis, tanpa jatuh. Sementara peserta yang lainnya masih kesulitan menangkap kerupuknya. Bahkan banyak yang sampai jinjit-jinjit sambil menjulurkan lidah. Itupun kadang masih nggak berhasil karena kerupuknya tertiup angin.
Pesan moral: mungkin maksud dari lomba ini adalah mengingatkan kita semua kalau cari makan itu susah. Seperti digambarkan dengan usaha peserta yang demi makan kerupuk saja sampai segitunya. Makanya jangan buang-buang makanan ya nak!

7.      Lomba ambil koin

Kurang spesifik sih aku ngasih judulnya. Habisnya kalau tak tulis semua bakalan kepanjangan. Jadi dalam lomba ini, disediakan semangka. Kemudian duit receh ditancep-tancepin ke semangkanya. Kemudian pesertanya berlomba-lomba mengambil duit receh itu dengan menggunakan mulut dalam kondisi tangan terikat. Rebutan. Satu semangka untuk semua peserta. Sebagai tambahan, semangkanya dibalur areng dulu. Jadi pesertanya bakalan celemotan areng gitu deh.
Pesan moralnya hampir sama dengan lomba makan kerupuk. Nyari duit itu nggak gampang. Dan perlu pengorbanan. Areng yang menutupi semangka itu kukira menyimbolkan keringat dan polusi yang harus dihadapi orang tua kita selama mencari nafkah.

8.      Sepakbola di sawah

Pas jalan-jalan pagi kemarin, aku lihat di sawah ada rame-rame. Nggak taunya ada yang lagi sepak bola dan ada juga yang main bola voli di sawah. Itu kan susah banget. Lari di lumpur itu berat lho. Belum lagi kalau jatuh, jatuhnya ke lumpur yang meskipun nggak terlalu sakit, tapi pasti jadi kotor semua. Seru banget lah pokoknya itu lomba. Dan yang jelas sih lucu. Jadi kalau tak pikir-pikir kayaknya yang nonton itu bukan pengen nonton sepak bola/bola volinya, tapi pengen nonton orang jatuhnya.
Pesan moral: berani kotor itu baik, kak. *bukan iklan

9.      Panjat pinang

Tahu semua dong ya, lomba yang satu ini. Yang bikin aneh sih karena judulnya panjat pinang, tapi yang dipanjat biasanya bukan pohon pinang, tapi bambu yang ditancepin ke tanah dan di atasnya ditaruh hadiah-hadiah. Lomba panjat pinang ini biasanya beregu dan bambunya dikasih minyak biar licin. Memastikan kalau pesertanya tidak akan mencapai puncak dengan mudah.
Pesan moral dari lomba ini adalah… jeng jeng… yup! Kerja sama. Satu kelompok harus kerja sama dan saling mendukung demi tercapainya tujuan. Bukan malah injek-injekan.

10.   Lomba menyundul air

Mungkin nggak semua tempat ada lomba ini tapi di SDku dulu ada. Jadi ada air dibungkus plastik, trus digantung kaya kalau lomba makan kerupuk gitu. Peserta kemudian ditutup matanya, diputer-puter biar bingung, trus dengan mata tertutup berjalan menghampiri kantong airnya. Setelah sampai di bawahnya, peserta loncat-loncat untuk menyundul kantong air ini sampai pecah. Tentu saja banyak yang kesasar ke mana-mana dan lompat-lompat di tempat yang jauuuuh banget dari kantong airnya. Trus kadang harus nyundul berkali-kali dengan kekuatan dan kecepatan tertentu baru kantongnya bisa pecah. Aku sering menang sih kalau main ini. Mungkin yaah karena aku kan keras kepala anaknya. :p
Pesan moral: melihat itu nggak selalu dengan mata, kak. Ketika mata kepala tertutup, kita juga harus melihat dengan mata hati, yang bekerja sama dengan indra lain. Ini berguna kalau kamu harus menghadapi pasukan ninja jahat di gelap-gelap.

Itu dia pembaca yang budiman. Mungkin masih banyak lomba-lomba lain yang belum tak tulis ya. Tapi ntar postingan ini jadi kepanjangan dan aku nggak selesai-selesai nulisnya sampai ntar Agustusnya berakhir.
Tapi kalian udah tau dong ya, sekarang, kalau masing-masing lomba itu ternyata ada pesan moralnya. Jadi nggak bertanya-tanya lagi dong sekarang, apa hubungannya kemerdekaan dengan makan kerupuk? Lagian plis deh kak, namanya aja kita lagi merayakan kemerdekaan. Lomba-lomba itu aslinya tanpa pesan moralpun tujuannya udah mulia, yaitu membuat suasana perayaan kita menjadi lebih semarak. Kebayang nggak sih, kalau perayaan kemerdekaan cuma diisi dengan hening cipta? Hihi.
Terima kasih ya, sudah baca. Eh, kalian tulis juga dong lomba apa aja yang belum tak sebutin, trus pesan moralnya apa di kolom komentar yah. 
Selamat hari merdeka, Indonesia! Makin mandiri yaa!

Salam sayang,
Isthar Pelle

You May Also Like

17 komentar

  1. Kenapa pas lomba makan kerupuk sampe jinjit-jinjit dan menjulurkan lidah? Emang kerupuknya ga diukur setinggi mulut pas awal? hehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Diukur sih. Cuma sengaja ditinggiin biar susah. Hidup itu perjuangan, kak! :D

      Hapus
  2. Aku mau nyoba ah sama temen-temen kerupuknya ditinggiin kayaknya seru. :D Biar sampe jinjit-jinjit dan menjulurkan lidah tuh kerupuknya digantung setinggi apa?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ujung kerupuk paling bawah setinggi mata. Itu udah lumayan menyusahkan.
      Yahh, untuk mengenang jasa pahlawan jangan kasih yang gampang-gampang. :D

      Hapus
  3. Adekku yg kelas 1 SMP disuruh wakilin kelasnya lomba makan krupuk buat ultah SMP bulan depan nih... Terus dia dengan pedenya minta mbaknya buat ngelatih lomba makan krupuk biar menang coba... wkkwkk.. Okelah dek nanti kalo udah ga sibuk mbak latih kamu biar jago.. Nah masalahnya dia sebenernya udah lumayan jago lomba makan krupuk, jadi aku mau modifikasi latihannya biar lebih menantang, aku mau tinggiin krupuknya biar dia sampe loncat2, ga sekedar jinjit aja.. (hihi maaf ya dek, pasti lucu liat kamu loncat2 gitu).. Biar dia sampe loncat2 aku mesti ngegantung krupuknya setinggi apa yah? ^_^ Terus kalo ditambah matanya ditutup kain kira2 terlalu susah ga?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Biasanya ukurannya satu kepalan tangan dari kepala kalau mau biar loncat-loncat.
      Pakai kain juga enggak apa-apa demi melatih ketangkasan meskipun di lomba yang sebenarnya sih nggak pakai tutup mata. Hehehe
      Btw, kamu kakak yang baik deh. Seru kayaknya jadi adiknya. :D

      Hapus
    2. Wah idenya bagus juga tuh, sekalian ngejailin si adik. :D Tapi kalau ujung bawah kerupuknya udah sekepal di atas kepala, ujung atasnya bakal tinggi banget dong?? hehehee. Oh iya terus kenapa kalau pakai tutup mata bisa melatih ketangkasan min?

      Hapus
    3. Bener juga yaa. Kalau gitu semata aja. :D
      Ya kan biar memaksimalkan indra selain penglihatan. :v

      Hapus
    4. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

      Hapus
  4. Hihi iyalah jadi kakak harus baik, rencananya liburan sepanjang bulan Januari mau latihan terus tiap hari karena mbaknya udah ga sibuk.. ^_^ Hehe tapi yang bener mana nih, biar dia loncat2 kerupuknya setinggi mata atau di atas kepala? Terus enaknya tangan adikku diikat atau ga? wkwkkk bales ya min

    BalasHapus
    Balasan
    1. Semata aja lah. Kasian kalau tinggi-tinggi. Eh, biasanya lomba makan kerupuk emang tangannya diiket kan ya?

      Hapus
  5. Lomba makan kerupuk tuh adil gak sih sebenernya... Soalnya aku mikir kalo yg anaknya tinggi enak dong, dia gak usah jinjit2? Kan gak adil..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kalau di tempatku sih ukurannya disesuaikan sama tinggi badan masing-masing. Jadi enggak sama tinggi kerupuknya. Hehe.

      Hapus
  6. Habisnya aku pernah ikut dan menang, soalnya aku tinggi sih jd buat makannya gampang banget hihi... Emang kalo aku ikut lombanya di tempat kaka bakal gmn? Aku kira2 tetep bisa makan kerupuknya dgn gampang gak?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kalau di tempatku kerupuknya disesuaikaan sama tinggi badan peserta. Jadi adil semua orang mengalami kesulitan yang sama. Kalau tinggi kerupuknya sama, nggak adil dong yang tinggi gampang, yang pendek susah. Hihi.

      Hapus
  7. Disesuaikannya seberapa emang ka? Kalo aku ikut lombanya di tempat kaka bakal mengalami kesulitan kayak gmn? Penasaran aja soalnya seinget aku selama ini gampang2 aja hihi..
    Palingan sulit dikit doang buat ngeraih kerupuk di depan mulut 😁

    BalasHapus
    Balasan
    1. Berdasarkan tinggi badan masing-masing. Jadi semua orang tingkat kesulitannya sama. Hihi.

      Hapus