PESAN MORAL LOMBA-LOMBA AGUSTUSAN
Seneng deh kalau memasuki bulan Agustus tuh.
Kampung-kampung dihias, gapura-gapura dicat dan dilukis, pagar rumah dicat
semua, di pinggir-pinggir jalan banyak dipasang umbul-umbul dan lampu warna
warni, semua rumah pasang bendera merah putih, trus ada banyak bendera merah
putih kecil-kecil juga di mana-mana. Semarak deh pokoknya.
Tapi nggak cuma hiasan aja. Agustus itu juga
identik dengan lomba-lomba. Oya, kalau ada di antara kalian yang bertanya-tanya
kenapa sih kok aku bilangnya lomba-lomba Agustusan, bukan 17-an? Karena orang-orang
di kampungku bilangnya Agustusan. Bukan tujuh belasan, apalagi Perayaan Hari Kemerdekaan
Republik Indonesia. Bukaaaan.
Dan kalau Agustusan ini, di kampungku anak-anak
sekolah seragamnya juga pasti baru semua. Soalnya mau dipakai upacara. Jadi anak
sekolah di kampungku tu kalau beli seragam baru nggak pas awal tahun ajaran,
tapi pas Agustusan.
Oke, udah ya, soal istilah Agustusan. Sekarang
ada lomba apa aja sih selama Agustusan? Banyaaaak, dan pastinya semua kampung
juga beda-beda menyesuaikan dengan kreativitas masing-masing. Sejak gede ini
sih aku nggak pernah ikut lomba-lomba lagi. Lagian juga tinggalnya
pindah-pindah mulu, jadi nggak punya kampung halaman. Tapi ada beberapa lomba
yang aku ingat pernah tak ikutin semasa kecil dulu, sama beberapa lomba yang
kudapetin dari hasil ngintip kampung sebelah. Daaaan, semua lomba ini ternyata
memiliki pesan moral lohh. Yah, pesan moralnya nggak selalu nyambung sih, tapi
ini dia:
1. Lomba gigit sendok yang atasnya dikasih kelereng
Aku kesulitan menemukan istilah yang lebih
pendek buat lomba yang satu ini. Pokoknya ya, pesertanya itu harus gigit
sendok, trus di sendoknya itu dikasih kelereng. Kemudian, peserta harus
berjalan cepet-cepetan sampe finish. Yang paling cepet yang menang. Ya kalau
gitu tinggal cepet-cepetan lari aja dong? Masalahnya, aturannya, kelerengnya
nggak boleh jatuh. Kalau sampai jatuh, berarti didiskualifikasi.
Jaman SD dulu, aku pasti ikut lomba ini. Karena
ternyata I’m good at this. Aku menang terus. Bukan karena aku paling cepet
jalannya. Tapi karena aku paling tenang. Jadi peserta lain kelerengnya jatuh
semua, aku enggak.
Pesan moral dari lomba ini: kalau mau mencapai
tujuan dalam hidup, kita nggak usah buru-buru. Biarin aja yang lain
kejar-kejaran, sikut-sikutan. Kita kalem aja gitu dan yakin sama tujuan. Saat itulah
kita menang. Eyaaaak!
2. Lomba sepeda lambat
Ini sih jenis lomba yang belum pernah sekalipun
kuikuti. Kenapa? Karena jaman SD dulu aku belum bisa naik sepeda. Serius. Aku bahkan
kayaknya sekarang juga nggak bisa naik sepeda. Nggak tau soalnya nggak pernah
nyoba. Pokoknya ya, lomba sepeda lambat itu ya lomba naik sepeda, cuma nggak
cepet-cepetan, tapi justru lambat-lambatan. Yang paling terakhir nyampe finish
yang menang. Cuma ya itu, kakinya nggak boleh turun. Jadi untuk mengikuti lomba
ini, dibutuhkan skill naik sepeda dan skill menjaga keseimbangan yang nggak main-main.
Pesan moralnya: Hidup itu nggak selalu serba
cepat. Yang paling lambat bisa juga jadi juara. Kalau nggak percaya, coba baca dongeng
kelinci dan kura-kura. *nggak nyambung
3. Balap karung
Aku pernah ikut lomba ini sekali. Dan aku jadi
juara empat dari… empat peserta. Balap karung itu susah tau. Apalagi dulu aku
badannya kecil banget. Gedean karungnya dari pada aku. Yang lain udah nyampe
finish, aku buka karungnya aja belum beres. Pokoknya bukan jenis lomba yang
bisa kumenangkan deh.
Pesan moral: Mengetahui kelemahan diri itu
penting. Don’t get into a race you can’t win, bro!
4. Masukin benang ke jarum jahit
Serius! Di SDku dulu ada lomba ini. Dari
namanya aja kalian pasti udah tau lah ya, ini lomba masukin benang jahit, ke
jarumnya. Jadi cepet-cepetan masukin benang ke lubang jarum. Yang paling cepet,
menang. Untungnya sih aku anak baik, sering ngebantuin embahku masukin benang
jahit ke jarumnya dan sekaligus ngejahitin sekalian. Jadi lomba ini jenis lomba
yang sepele banget buat aku dan pasti menang.
Pesan moral: kalau mau menang lomba, jadilah
anak baik dan suka membantu nenek.
5. Masukin pensil ke dalam botol
Ini serius deh, lomba yang absurd banget. Peserta
disuruh muter-muter sampe pusing, kemudian berjalan terhuyung-huyung
menghampiri botol yang telah disediakan, untuk kemudian berusaha memasukkan pensil
yang diikatkan ke pinggang. Dulu aku mikir, ini apaan sih, lomba aneh banget.
Tapi setelah tak pikir-pikir lagi dengan
seksama, ternyata masing-masing elemen dalam lomba itu mengandung maksud
tertentu. Botol mewakili botol minuman keras. Muter-muter sampe pusing mewakili
kondisi mabuk setelah minum minuman keras. Masukin pensil ke botol mewakili
tujuan hidup. Jadi kesimpulannya adalah, jangan mabuk-mabukan terus. Nanti jadi
pusing dan kesulitan meraih tujuan hidup. Gitu gaes. Loeal biacaaaa.
6. Lomba makan kerupuk
Ini juga aku nggak pernah ikut. Padahal bisa
dibilang, lomba makan kerupuk itu hampir selalu ada. Di manapun. Aku nggak ikut
karena yaaa, aku kalau makan nggak bisa cepet. Emm, aku cepet sih kalau makan, cuma
kalau dibandingkan sama peserta yang lain tu aduuh, belum-belum aja udah jiper.
Gimana enggak, wong temenku dulu ada yang bisa nyelesaiin lomba dengan sekali
gigit. Beneran. Jadi begitu mencapai kerupuknya, dia gigit dengan seksama,
sampai kerupuknya lepas dari talinya, kemudian dia kunyah dan telan sampai
habis, tanpa jatuh. Sementara peserta yang lainnya masih kesulitan menangkap
kerupuknya. Bahkan banyak yang sampai jinjit-jinjit sambil menjulurkan lidah.
Itupun kadang masih nggak berhasil karena kerupuknya tertiup angin.
Pesan moral: mungkin maksud dari lomba ini
adalah mengingatkan kita semua kalau cari makan itu susah. Seperti digambarkan
dengan usaha peserta yang demi makan kerupuk saja sampai segitunya. Makanya jangan
buang-buang makanan ya nak!
7. Lomba ambil koin
Kurang spesifik sih aku ngasih judulnya.
Habisnya kalau tak tulis semua bakalan kepanjangan. Jadi dalam lomba ini,
disediakan semangka. Kemudian duit receh ditancep-tancepin ke semangkanya.
Kemudian pesertanya berlomba-lomba mengambil duit receh itu dengan menggunakan
mulut dalam kondisi tangan terikat. Rebutan. Satu semangka untuk semua peserta.
Sebagai tambahan, semangkanya dibalur areng dulu. Jadi pesertanya bakalan
celemotan areng gitu deh.
Pesan moralnya hampir sama dengan lomba makan
kerupuk. Nyari duit itu nggak gampang. Dan perlu pengorbanan. Areng yang
menutupi semangka itu kukira menyimbolkan keringat dan polusi yang harus
dihadapi orang tua kita selama mencari nafkah.
8. Sepakbola di sawah
Pas jalan-jalan pagi kemarin, aku lihat di
sawah ada rame-rame. Nggak taunya ada yang lagi sepak bola dan ada juga yang
main bola voli di sawah. Itu kan susah banget. Lari di lumpur itu berat lho.
Belum lagi kalau jatuh, jatuhnya ke lumpur yang meskipun nggak terlalu sakit,
tapi pasti jadi kotor semua. Seru banget lah pokoknya itu lomba. Dan yang jelas
sih lucu. Jadi kalau tak pikir-pikir kayaknya yang nonton itu bukan pengen
nonton sepak bola/bola volinya, tapi pengen nonton orang jatuhnya.
Pesan moral: berani kotor itu baik, kak. *bukan
iklan
9. Panjat pinang
Tahu semua dong ya, lomba yang satu ini. Yang
bikin aneh sih karena judulnya panjat pinang, tapi yang dipanjat biasanya bukan
pohon pinang, tapi bambu yang ditancepin ke tanah dan di atasnya ditaruh
hadiah-hadiah. Lomba panjat pinang ini biasanya beregu dan bambunya dikasih
minyak biar licin. Memastikan kalau pesertanya tidak akan mencapai puncak
dengan mudah.
Pesan moral dari lomba ini adalah… jeng jeng…
yup! Kerja sama. Satu kelompok harus kerja sama dan saling mendukung demi
tercapainya tujuan. Bukan malah injek-injekan.
10. Lomba menyundul air
Mungkin nggak semua tempat ada lomba ini tapi
di SDku dulu ada. Jadi ada air dibungkus plastik, trus digantung kaya kalau
lomba makan kerupuk gitu. Peserta kemudian ditutup matanya, diputer-puter biar
bingung, trus dengan mata tertutup berjalan menghampiri kantong airnya. Setelah
sampai di bawahnya, peserta loncat-loncat untuk menyundul kantong air ini sampai
pecah. Tentu saja banyak yang kesasar ke mana-mana dan lompat-lompat di tempat
yang jauuuuh banget dari kantong airnya. Trus kadang harus nyundul berkali-kali
dengan kekuatan dan kecepatan tertentu baru kantongnya bisa pecah. Aku sering
menang sih kalau main ini. Mungkin yaah karena aku kan keras kepala anaknya. :p
Pesan moral: melihat itu nggak selalu dengan
mata, kak. Ketika mata kepala tertutup, kita juga harus melihat dengan mata
hati, yang bekerja sama dengan indra lain. Ini berguna kalau kamu harus
menghadapi pasukan ninja jahat di gelap-gelap.
Itu dia pembaca yang budiman. Mungkin masih
banyak lomba-lomba lain yang belum tak tulis ya. Tapi ntar postingan ini jadi
kepanjangan dan aku nggak selesai-selesai nulisnya sampai ntar Agustusnya
berakhir.
Tapi kalian udah tau dong ya, sekarang, kalau
masing-masing lomba itu ternyata ada pesan moralnya. Jadi nggak bertanya-tanya
lagi dong sekarang, apa hubungannya kemerdekaan dengan makan kerupuk? Lagian
plis deh kak, namanya aja kita lagi merayakan kemerdekaan. Lomba-lomba itu
aslinya tanpa pesan moralpun tujuannya udah mulia, yaitu membuat suasana
perayaan kita menjadi lebih semarak. Kebayang nggak sih, kalau perayaan
kemerdekaan cuma diisi dengan hening cipta? Hihi.
Terima kasih ya, sudah baca. Eh, kalian tulis
juga dong lomba apa aja yang belum tak sebutin, trus pesan moralnya apa di
kolom komentar yah.
Selamat hari merdeka, Indonesia! Makin mandiri
yaa!
Salam sayang,
Isthar Pelle
17 komentar
Kenapa pas lomba makan kerupuk sampe jinjit-jinjit dan menjulurkan lidah? Emang kerupuknya ga diukur setinggi mulut pas awal? hehe
BalasHapusDiukur sih. Cuma sengaja ditinggiin biar susah. Hidup itu perjuangan, kak! :D
HapusAku mau nyoba ah sama temen-temen kerupuknya ditinggiin kayaknya seru. :D Biar sampe jinjit-jinjit dan menjulurkan lidah tuh kerupuknya digantung setinggi apa?
BalasHapusUjung kerupuk paling bawah setinggi mata. Itu udah lumayan menyusahkan.
HapusYahh, untuk mengenang jasa pahlawan jangan kasih yang gampang-gampang. :D
Adekku yg kelas 1 SMP disuruh wakilin kelasnya lomba makan krupuk buat ultah SMP bulan depan nih... Terus dia dengan pedenya minta mbaknya buat ngelatih lomba makan krupuk biar menang coba... wkkwkk.. Okelah dek nanti kalo udah ga sibuk mbak latih kamu biar jago.. Nah masalahnya dia sebenernya udah lumayan jago lomba makan krupuk, jadi aku mau modifikasi latihannya biar lebih menantang, aku mau tinggiin krupuknya biar dia sampe loncat2, ga sekedar jinjit aja.. (hihi maaf ya dek, pasti lucu liat kamu loncat2 gitu).. Biar dia sampe loncat2 aku mesti ngegantung krupuknya setinggi apa yah? ^_^ Terus kalo ditambah matanya ditutup kain kira2 terlalu susah ga?
BalasHapusBiasanya ukurannya satu kepalan tangan dari kepala kalau mau biar loncat-loncat.
HapusPakai kain juga enggak apa-apa demi melatih ketangkasan meskipun di lomba yang sebenarnya sih nggak pakai tutup mata. Hehehe
Btw, kamu kakak yang baik deh. Seru kayaknya jadi adiknya. :D
Wah idenya bagus juga tuh, sekalian ngejailin si adik. :D Tapi kalau ujung bawah kerupuknya udah sekepal di atas kepala, ujung atasnya bakal tinggi banget dong?? hehehee. Oh iya terus kenapa kalau pakai tutup mata bisa melatih ketangkasan min?
HapusBener juga yaa. Kalau gitu semata aja. :D
HapusYa kan biar memaksimalkan indra selain penglihatan. :v
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
HapusHihi iyalah jadi kakak harus baik, rencananya liburan sepanjang bulan Januari mau latihan terus tiap hari karena mbaknya udah ga sibuk.. ^_^ Hehe tapi yang bener mana nih, biar dia loncat2 kerupuknya setinggi mata atau di atas kepala? Terus enaknya tangan adikku diikat atau ga? wkwkkk bales ya min
BalasHapusSemata aja lah. Kasian kalau tinggi-tinggi. Eh, biasanya lomba makan kerupuk emang tangannya diiket kan ya?
HapusLomba makan kerupuk tuh adil gak sih sebenernya... Soalnya aku mikir kalo yg anaknya tinggi enak dong, dia gak usah jinjit2? Kan gak adil..
BalasHapusKalau di tempatku sih ukurannya disesuaikan sama tinggi badan masing-masing. Jadi enggak sama tinggi kerupuknya. Hehe.
HapusHabisnya aku pernah ikut dan menang, soalnya aku tinggi sih jd buat makannya gampang banget hihi... Emang kalo aku ikut lombanya di tempat kaka bakal gmn? Aku kira2 tetep bisa makan kerupuknya dgn gampang gak?
BalasHapusKalau di tempatku kerupuknya disesuaikaan sama tinggi badan peserta. Jadi adil semua orang mengalami kesulitan yang sama. Kalau tinggi kerupuknya sama, nggak adil dong yang tinggi gampang, yang pendek susah. Hihi.
HapusDisesuaikannya seberapa emang ka? Kalo aku ikut lombanya di tempat kaka bakal mengalami kesulitan kayak gmn? Penasaran aja soalnya seinget aku selama ini gampang2 aja hihi..
BalasHapusPalingan sulit dikit doang buat ngeraih kerupuk di depan mulut 😁
Berdasarkan tinggi badan masing-masing. Jadi semua orang tingkat kesulitannya sama. Hihi.
Hapus