[CAS] Sepenggal Kisah Tentang Upacara Bendera

by - 01.12.00



Yang satu sekolah sama aku pasti tahu ini di mana. Hahaha. Foto diambil dari web almamater.


Yang namanya sekolah, pasti nggak bisa lepas dari satu kegiatan rutin yang namanya upacara bendera. Suka nggak suka, seenggaknya seminggu sekali tiap hari Senin harus ada upacara bendera. Petugas upacara bendera kalau di sekolahku digilir tiap kelas. Kelas satu sama dua sih, kelas tiga udah enggak. Jadi gantian tiap minggu beda kelas. Hal ini dimaksudkan agar semua anak pernah ngerasain jadi petugas upacara. Ada yang jadi pengibar bendera, komandan upacara, komandan pleton, yang bacain naskah UUD, trus petugas apa lagi lupa, dan sisanya jadi paduan suara. Nah, si petugas upacara ini akan dilatih oleh pengurus OSIS tiap Sabtu sepulang sekolah. Masalahnya, karena menjadi petugas upacara ini bersifat wajib alias paksaan, anak-anak pada nggak ikhlas gitu menjalankannya. Terutama anak yang bandel-bandel, kaya kelasku gitu.
Pas aku kelas satu, untuk pertama kalinya dalam sejarah, petugas upacara harus remidi. Coba kalian bayangkan! Jadi petugas upacara sekali aja udah pada males. Ini malah disuruh ngulang. Gara-garanya ya itu, saking ndlewernya kami, upacaranya jadi berantakan. Dan yang lebih parah lagi, petugasnya malah pada cekikikan bin ribut sendiri. Aku kesusahan ngejelasinnya di sini, tapi pas kejadiannya tu lucuuu banget sampai kami nggak kuasa menahan tawa. Terpingkal-pingkal sampai sakit perut bahkan. Sikap yang sama sekali tidak terpuji bukan? Akhirnya, kelas kami ngulang lagi jadi petugas minggu depannya. Dan pas ngulang itu semuanya serius. Nggak ada yang becanda. Karena kami kapok dan telah mengambil pelajaran dari kesalahan yang lalu? Bukan. Tapi demi supaya jangan sampai disuruh ngulang lagi.
Kalau nggak lagi jadi petugas ya otomatis jadi peserta dong. Paling seneng itu kalau barisnya pas jejer sama barisan kakak kelas. Biar bisa lirik-lirik gebetan gitu. *halah kaya yang punya gebetan -_- Kalaupun enggak ya baris jejer sama kelas lain yang seangkatan. Tetep boleh lah, lirik-lirik cari gebetan. Tapi di manapun barisnya, yang namanya upacara itu tetep bosen gila. Belum lagi diawasi sama guru-guru di belakang. Jangankan bisik-bisik. Komunikasi cuma pakai isyarat mata dan cuping hidung aja ketahuan. Udahlah pokoknya bosen mampus. Apalagi Pembina upacara kan kalau pidato pasti gayanya serius bin resmi gitu ya (yaiyalah Pel, namanya aja upacara wehh). Aku mikir aja gitu gimana kalau Pembina upacara itu pidatonya ala-ala stand up comedy?
“Halo, nama saya Budi dan saya guru BK. Saya itu suka nggak ngerti banget sama tingkah murid-murid cewek jaman sekarang. Datang ke ruang BK, nangis-nangis, pas ditanya ‘Kenapa?’ jawabnya ‘Nggak papah,’ trus saya tanya lagi ‘Kok kamu nangis?’ eh dia malah bilang saya yang nggak peka,” dan seterusnya. Pasti seru bin lucu dan semua anakpun akan menanti dengan gembira. Mau upacara? Semangaaaat!
Bagian favoritku kalau pas mengheningkan cipta. Soalnya itu kan sedih. Sebagai remaja mellow, tentu saja aku suka momen kaya gitu. Biar bisa main terharu-terharuan. Jadi nangis lebay kaya minion pas ditinggal Dr. Nefario gitu deh. Setelah gede aku tahu kalau perbuatanku dulu itu kurang ajar dan nggak banget dan harusnya aku nggak gitu. Masa itu momen penting mengenang jasa pahlawan kok malah dibecandain. Kalian yang masih sekolah kalau baca ini, pliz, nggak usah ditiru.
Yang jelas sih kalau upacara semua muanya harus sera tertib. Seragam harus kumplit-plit dan sesuai aturan. Tiap hari emang gitu sih, tapi kalau pas upacara, pengawasannya seribu kali lebih ketat. Mulai dari topi, dasi, baju, ikat pinggang, sampai kaos kaki dan tali sepatu. Iya, tali sepatunya harus item dong gaes. Kalau tali sepatunya putih ala-ala sepatu Chuck Taylor gitu, sebenernya nggak boleh. Cuma kadang dibiarin karena buanyak bangeeet yang sepatunya kaya gitu. Masa upacara mayoritas anak copot sepatu semua sih? Tapi kadang-kadang kalau pas ada razia mendadak gitu, sepatu-sepatu kaya gitu ikut terjaring. Modusnya, sepatu suruh nyopot, dikumpulin, trus disiram air. Kami-kami yang jadi korban kan jadi nggak bisa pakai sepatu tuh, eeh, ntar ada guru yang ngatain “Anak primitif.” Iya, sekolah itu memusingkan kan, I know.
Soal seragam kumplit ini, aku punya trik. Topi, dasi, kalau perlu ikat pinggang, sampai tali sepatu dan kaos kaki ditinggal di laci meja semua. Jangan bawa pulang. Habisnya kalau sampai bawa pulang udah pasti lupa. Kalian kan tahu aku pelupanya kaya gimana. Kebiasaan ninggal-ninggal ini bukan hanya urusan kelengkapan seragam aja, tapi juga semua buku pelajaran. Tinggal aja. Kalau ada PR ya kerjain besok paginya aja di sekolah. Ha wong kalau dibawa pulang juga paling lupa kok. Kalau nggak lupa ya malah sengaja pura-pura lupa. Sama aja kan? Seenggaknya, dengan ditinggal di sekolah, resiko buat ketinggalan lebih sedikit.
Tapi meskipun sudah pakai trik ya tetep aja kadang kejadian lupa juga. Nggak pakai topi, gitu misalnya. Hukumannya ya gitu, barisnya dipisah. Udah gitu posisinya nggak banget lagi. Di samping tiang bendera gitu. Biar diliatin oleh seluruh peserta upacara yang lain. Hal itu memalukan bagi anak yang pemalu. Untunglah aku anaknya nggak tahu malu. Nggak cukup dipisah aja, ntar pas bubar yang melanggar ini nggak boleh ikut bubar juga. Masih harus baris lagi beberapa lama, trus ntarnya harus siap menerima hukuman bangsanya mungutin sampah, ngelap-ngelap kaca jendela, dan lain sebagainya. Setelah selesai masih juga harus ke kantor BK, buat dicatet pelanggarannya apa, trus dikasih surat ijin masuk kelas.
Itu aja sih kayaknya yang tak inget dari upacara. Mulai dari petugas upacara, sampai pelanggaran udah semua kan? Emm, nggak ada juga kejadian yang gimanaa gitu pas upacara yang bikin aku terkenang-kenang. Gitu-gitu aja palingan. Eh, ada ding, sekali. Pas aku dihukum berdiri di deket tiang bendera karena lupa nggak bawa apaan gitu. Trus pas bubaran, kakak kelas yang gebetan ngelewatin aku sambil pamerin senyum yang seketika bikin aku pengen nyari petugas PMR biar bisa pingsan dengan aman. Hihihi. (Norak lu Pel. Nggak penting.)
Yasudah lah ya kaaak. Ntar aku update kalau ada inget hal-hal nggak penting lagi seputar upacara. *nggak ada yang nungguin update-nya juga kali Pel. Nyadar plis!
Kalau upacara di sekolah kalian gimana? Cerita doong, di kolom komentar.
Seperti biasa, makasih banyak sudah baca dan sampai jumpa!

LOVE,
Isthar Pelle

You May Also Like

0 komentar