Mempelajari Cara Kerja Emosi dari Inside Out Movie

by - 16.41.00




Hai, pembaca!
Oke, I know, Inside Out itu film lama. Tapi aku memang nggak pernah bermaksud nulis hal-hal yang baru-baru dan lagi ngetren aja kan? Seperti kata orang bijak di suatu majalah remaja yang pernah tak baca jaman dahulu kala, ngikutin tren itu sangat-sangat bikin kita jadi nggak keren. So yeahh, mari jadi kuno! Yaaaaaay!
Pokoknya, aku suka, suka, sukaaaaaaaaa banget sama film satu ini. Sampai rasanya terngiang-ngiang terus gitu di kepala kalau nggak tak tulis. Kalian pasti udah tau kan ya, ceritanya gimana. Dan karena ini film lama, tak pikir nggak dosa-dosa amat kalau ada spoiler ya kaaan?
Pertamanya tau film ini, aku nggak kepikiran sama sekali lohh kalau film ini tuh ceritanya tentang otak. Iya, otak manusia. Dari judulnya, tak pikir ini tu film tentang baju yang kebalik. Yah, hehehe.  
Pas kemunculannya juga aku nggak langsung nonton. Lamaaaa berselang di saat orang-orang udah nggak ada yang ngomongin lagi, aku baru nonton. Dan selama selang yang lama itu, aku juga masih salah paham terus, mengira ini film tentang baju kebalik. Makanya begitu nonton dan ceritanya sama sekali lain dari yang kubayangkan, tercenganglah aku. *zoom in ke muka tercengang
Jadi, film ini menceritakan tentang otak manusia, cara kerjanya, dan akibatnya pada si manusia. Tentu saja karena ini film, ceritanya dibikin sedemikian rupa dan emm, kartun (apasi istilahnya?). Tapi gara-gara nonton film ini, aku jadi sedikit banyak mudeng cara kerja otak tau nggak sih? Aku jadi ngebayangin aja gitu, gimana kalau tiap materi pelajaran tu dibikin film animasi kaya gini. Pasti cepet mudeng, nggak bosen, dan menyenangkan deh pokoknya. Mahasiswa semester akhir bisa coba nih, ajuin sebagai judul skripsi. Judulnya Meningkatkan Pemahaman Siswa dengan Film Animasi Sebagai Metode Pembelajaran atau gimanalah yang lebih catchy. Jadi pelajaran di sekolah nanti tiap bab dibikin filmnya. Hihihi. Seru ya. Nanti sekolahan itu bentuknya kaya bioskop. Kelas-kelasnya jadi studio. Tugasnya nulis review, dan ujiannya jawab soal-soal sesuai film yang ditonton. Yeaaa, sekolah bisa jadi begitu menyenangkan bukan?
Oke, stop mengkhayalnya! Sekarang balik ke Inside Out!
Inside Out ini menceritakan aktivitas yang terjadi di otak seorang anak cewek bernama Riley. Tadinya semua hal berlangsung wajar-wajar saja, sampai keluarga Riley memutuskan pindah rumah dari Minnesota ke San Fransisco. Nah, pas proses pindahan ini terjadi ‘kekacauan’ di dalam otak yang menyebabkan emosi Riley jadi nggak stabil. Jadi pemarah, pemurung, sedih, galau, sampai akhirnya feel numb alias nggak ngerasain apa-apa. Kalian pasti pernah juga kan mengalami kaya gitu? Ada masalah, trus pusing banget, galau, sampai akhirnya nggak sanggup ngerasain apa-apa lagi. Nggak tau mau gimana lagi. Pernah kan? Trus akhirnya kalian ‘meledak’, nangis tersedu-sedu, trus reda deh.
Nah, ternyata hal-hal aneh yang sering nggak kita pahami itu, yang rasanya nggak bisa kita kontrol, itu semua terjadi gara-gara orang-orang kecil di dalam kepala kita gaes. Jadi kalau di Inside Out, otak itu dibagi menjadi beberapa bagian. Pusatnya, Headquarter, dihuni oleh lima emosi dasar manusia. Joy (riang), Sadness (kesedihan), Fear (ketakutan), Disgust (jijik), dan Anger (amarah). Nah, lima orang ini yang mengendalikan semua aktivitas di dalam otak yang berakibat pada tindakan kita.
Emosi yang mendominasi di masing-masing orang berbeda. Contohnya pada otak Riley yang mendominasi adalah Joy sehingga di kehidupan nyata dia adalah anak yang periang. Jadi misalnya kamu orangnya melankolis, mungkin yang mendominasi headquarter otakmu adalah Sadness, kalau kamu pemarah, yang mendominasi adalah Anger, dan kalau kamu penakut, yang mendominasi adalah Fear. Tapi manapun yang mendominasi, masing-masing emosi tetap memiliki peran. Dan seiring tumbuhnya kita menjadi dewasa juga emosi ini nantinya lebih bisa bekerja sama. Makanya orang kalau semakin dewasa emosinya lebih stabil kan?
Emosi-emosi ini mengendalikan semacam alat pengendali gitu, dan masing-masing tindakan, keputusan, yang mereka lakukan akan menghasilkan kenangan/ingatan. Ingatan-ingatan dalam waktu sehari terkumpul di rak-rak di headquarter disebut ingatan jangka pendek, dan ketika kita tidur, ingatan ini dikirim ke rak yang jauh, menjadi ingatan jangka panjang yang bisa dipanggil lagi kapan-kapan. Beberapa ingatan yang nggak pernah diingat-ingat lagi akan memudar dan dibuang oleh petugas kebersihan dan itu artinya dilupakan. Dari sekian banyak ingatan itu, ada beberapa yang menjadi ingatan inti (core memory) dan inilah yang membentuk kepribadian seseorang. Core memory biasanya adalah sesuatu yang membekas dan terasa penting dalam hidup.
Di Inside Out, ceritanya gara-gara acara pindahan itu, ada core memory baru. Selama ini core memory Riley warnanya kuning yang artinya riang. Tapi kali ini core memory yang muncul warna biru yang artinya sedih. Joy nggak rela core memory sedih ini menjadi bagian dari kepribadian Riley yang periang. Dia mencegahnya masuk ke err, semacam rak khusus core memory gitu, berusaha membuangnya ke memory jangka panjang yang justru mengakibatkan dia dan Sadness ikut tersedot juga ke memori jangka panjang yang berupa labirin-labirin tak terbatas yang super memusingkan dan pokoknya kalau aku jalan-jalan ke sana sendirian pasti bakalan tersesat dan nggak pernah bisa pulang. (Pantes aku sering tersesat di pikiranku sendiri. *sigh)
Mereka berpetualang nyari jalan pulang sampai mereka ketemu dengan Bing Bong. Bing Bong itu imaginary friendnya Riley pas masih kecil. Tapi sekarang Riley udah nggak pernah main sama imaginary friend lagi jadi basicly Bing Bong ini sekarang nganggur dan kerjaannya cuma keliling-keliling aja gitu ngumpulin barang-barang. Akhirnya mereka berpetualang bertiga deh.
Di jalan menuju headquarter, mereka lewat beberapa bagian dari otak. Ada bagian pemikian abstrak, imaginary land, bahkan mereka mampir ke studio production tempat syuting mimpi. Hehehe. Oya, di otak itu ada kereta pikiran. Kereta pikiran ini bekeja selama kita terjaga dan berhenti kalau kita tidur. Makanya kalau kelamaan begadang, pasti rasanya capek dan pusing kan? Itu karena keretanya muter-muter terus tanpa istirahat.
Pelajaran penting lain yang kudapat dari soal emosi ini adalah, kita nggak seharusnya melawan emosi. Kenapa? Karena emosi nggak bisa dihentikan. Mau nggak mau, kita pasti selalu merasakan sesuatu kan? Yah, kecuali kalau pas mati rasa dan itu pastinya jarang-jarang banget terjadi. Tiap manusia lahir dengan segala macam emosi itu. Jadi di dunia ini nggak ada orang yang nggak punya rasa takut sama sekali misalnya. Atau sebaik apapun seseorang, pasti punya amarah dalam dirinya. Yang membedakan adalah sebaik apa kita bisa mengendalikannya. Di Inside Out memang, emosi-emosi itu yang menentukan semua tindakan kita, tapi di kehidupan nyata, kita bisa mengendalikan mereka.
Kadang kita merasa bersalah kalau habis marah-marah, atau menyalahkan diri sendiri karena takut pada sesuatu, atau sebel karena sedih. Kita pengennya seneng-seneng aja. Masalahnya, sebagai orang sehat normal, semua emosi kita juga berfungsi normal. It’s okay to be sad, to be angry, to fear on something, to be disgusted, karena itu normal. Kalau enggak berfungsi normal, maka mungkin itulah yang terjadi pada orang gila. Yang penting ya itu tadi, kita jangan sampai diperbudak oleh mereka. Tahu kapan membiarkan emosi mengalir, tahu kapan mengambil kontrol. Eyaaaa. *benerin kaca mata
Lebih detailnya, kalian bisa nonton sendiri sih. Aku sendiri mungkin masih akan nonton berkali-kali lagi soalnya aku emang suka banget sama film ini.
Oke gaes, kalian kalau punya pendapat tentang film ini, atau punya rekomendasi film bagus, tak tunggu banget lohh komentarnya. 

Anyway, makasih banyak udah baca, sampai ketemu di postinganku tentang film lagi nanti yaa! 


Love,
Isthar Pelle

You May Also Like

2 komentar

  1. Aku pernah nonton film ini. Sungguh lucu dan tetep ada pesan moralnya. Tapi emang udah agak lupa dengan alur cerita, sih.

    BalasHapus
  2. Kalau aku apal banget, soalnya tak tonton berkali-kali. Hahaha

    BalasHapus