Sebenarnya kami (terutama Ibing)
bukan jenis orang yang gampang mengidolakan orang. Kalau sampai mengidolakan,
itu artinya si idola ini pasti sesuatu banget. Punya karakter, unik, berdiri
sendiri, dan yang paling utama, original.
Aku pertama kali tahu sama Die
Antwoord dari film Chapie. Aku udah pernah nulis tentang Chapie di FB notes.
Nanti mungkin akan kutulis lagi di blog karena film ini juga one of my
favorite. Di Chapie, duo personil Die Antwoord Ninja sama Yo Landi berperan
sebagai gangster yang jadi mami papinya Chapie. Pertama kali lihat mereka aku
bahkan nggak tau kalau mereka ini musisi. Mereka kan musiknya hip hop sedangkan
aku nggak terlalu into hip hop. Tapi, begitu pertama kali muncul aku langsung
suka sama mereka. Habisnya penampilannya lucu. Rambutnya Yo Landi lucu banget,
bajunya juga warna warni lucu, trus senjata yang mereka pakai juga lucu banget
warnanya kuning sama pink. Markas persembunyian mereka juga penuh dengan doodle
warna warni lucu gitu deh. Pokoknya aku suka banget. Apalagi di film peran
mereka juga lucu.
Tadinya tak kirain nama Ninja sama
Yo Landi itu nama di film aja. Pas filmnya selesai di credit ternyata namanya
emang asli Ninja sama Yo Landi. Saking sukanya, aku langsung menggoogle mereka
dan ketemulah sama Die Antwoord.
Jadi Die Antwoord (baca: di
entvuerd) adalah grup musik toh ternyata. Dan musik di film Chapie yang
lucu-lucu itu ternyata lagunya mereka. O em geeee. Sampai sini aku udah makin
ngefans. Padahal nantinya masih banyak hal yang bikin aku ngefans sama mereka.
Nama, Musik, dan Aksen
Pertama, nama Die Antwoord itu
tadinya tak kirain bahasa Inggris jadi aku bacanya kaya die yang artinya mati
itu. Ternyata itu bahasa Afrika yang artinya The Answer. Terus, nama mereka
berdua juga lucu banget. Aslinya namanya bukan itu ya, itu sih nama tenar aja.
Nama aslinya siapalah gitu dalam bahasa Afrika. Mereka berdua ini pernah pacaran.
Nggak nikah, tapi punya satu anak cewek yang juga lucu banget. Kalian tahu
nggak nama anaknya siapa? Sixteen. Iya, sixteen, ditulisnya 16 gitu. Lengkapnya
Sixteen Jones sih. Sekarang Ninja sama Yo Landi are no longer couple. Ninja
malah udah nikah. Tapi mereka tetep kerja bareng biasa. Makanya nggak banyak
orang yang tahu. Orang-orang tahunya ya mereka ini masih pasangan. Selain
Sixteen, Yo Landi juga punya satu anak lagi, Tokkie, yang dia adopsi pas umur sembilan
tahun. Tokkie ini tadinya kasihan, diselametin sama Yo Landi dari jalanan dan dia berasal dari keluarga yang
benar-benar miskin.
Ini dia Tokkie. |
Kedua, musiknya bagus. Aku udah
bilang kan, kalau aku nggak terlalu into hip hop, jadi aku juga nggak terlalu
ngerti soal lagu hip hop yang bagus sama enggak gimana. Tapi lagunya mereka ini
emang lucu bangeeeet. Dari film Chapie aja aku udah suka. Perpaduan anatara rap
sama cute voicenya Yo Landi itu lucu banget dyeh pokoknya. Soal cute voice ini banyak
yang nggak suka karena katanya annoying. Trus emang mereka banyak hatersnya sih
terutama karena cara ngomong dan aksen mereka yang ‘aneh’. Mereka emang kan
aksen Afselnya kental banget jadi kaya aneh gitu. Kalau aku sih nggak masalah sama
aksen manapun wong aku sendiri ngomong bahasa apapun (bahkan bahasa
Perancispun) medhok Kendal banget kok. Misalnya nyanyi lagunya Rihanna yang
Diamond itu, maka aku nyanyinya akan gini “Syain bhrait lek a dhyamen.” Gitu.
Jadinya yaa gimana aku mau menghakimi aksen orang lain kan? Hahaha.
Karakter dan Originalitas Gaya
Selain musiknya emang bagus, mereka
ini gayanya khaaas banget. Aneh, lucu, dan yang maha penting buatku adalah,
mereka ini nggak ikut-ikutan siapa-siapa. Misalnya Yo Landi itu potongan
rambutnya khas banget. Udah kaya semacam signature dia lah potongan rambut kaya
gitu.
Gaya rambut kaya gitu tu nggak
tiba-tiba. Awalnya pas mereka ngobrol-ngobrol mau bikin grup musik, mereka
mikirin juga sampai ke ‘look’nya yang khas. Akhirnya muncul ide potongan rambut
kaya gitu. Yo Landi sendiri bilang kalau potongan rambut baru itu berpengaruh
banget ke keseluruhan musik, sampai caranya bertindak dan merasa gaes. Kaya
terlahir kembali gitu. Katanya, itu bukan sekedar gaya rambut atau "a cry for
attention", tapi bener-bener semacam deklarasi. Waaww. Yang motong rambutnya ini
Ninja. Sampai sekarang juga masih Ninja terus yang motong. “No one else is
allowed to touch it,” gitu katanya.
Gaya rambut ini pernah ‘ditiru’
sama Lady Gaga yang bikin ‘pertengkaaran’ mereka tambah gawat. Iya, jadi mereka
ini kaya bersitegang gitu. Gara-garanya, Lady Gaga pas mau konser di Afsel
minta Die Antwoord buat jadi band pembuka konsernya. Lha si Die Antwoord nggak mau. Ketegangan
itu berlanjut dengan saling sindir di media sosial. Lha habis itu ndelalahnya
kok Lady Gaga ini potongan rambutnya mirip kaya Yo Landi. Nggak tau sih. Bisa
aja itu emang idenya Gaga soalnya kan penampilan dia juga aneh-aneh gitu kan? Tapi
kok ndelalahnya ya mirip banget gitu?
Lady Gaga (kiri) dan Yo Landi (kanan). Emang mirip kaaan rambutnya? |
Selain itu, Yo Landi juga sering
pakai aksesoris lucu-lucu misalnya gelang warna warni sama pakai jam tangan
buanyaaak banget. Tiga di tangan kanan, tiga di tangan kiri. Kalau aku yang
pakai juga pasti bakalan kaya orang gila. Tapi pas Yo Landi yang pakai jadinya
malah lucu.
Selain itu yang paling khas dari
mereka ya baju doodle itu. Jadi kaya mereka beli baju polosan trus
digambar-gambari sendiri. Selain itu kalau soal kostum mereka juga kayaknya
lebih sering bikin sendiri.
Ibing sendiri ngefans banget sama
Ninja soalnya menurutnya Ninja itu keren. Ninja itu kayaknya udah tua. Keliatan
dari foto-fotonya udah keliatan kerut-kerut, tapi tetep aja keren. Trus
hubungan mereka juga yang santai aja gitu. Nggak perlu nikah, partner aja tapi
saling support.
Yang bikin kami mengidolakan mereka
juga, mereka ini bisa bikin hal-hal biasa jadi keren. Misalnya kostum yang
dibikin sendiri, dan lain sebagainya.
Kami kan gitu banget anaknya. Sukanya bikin apa-apa sendiri.
Tadinya tak kirain gaya mereka ini
cuma gaya-gayaan aja. Ternyata di setiap pilihan gaya, kostum dalam setiap
performance mereka baik live maupun di video, punya makna di baliknya. Sampai
sini aku makin merasa aku mah apa atuh kak, dangkal banget mikirnya cuma
sebatas lucu-lucuan.
Lihat aja nih, cover album
terbarunya mereka. Ini mereka foto di tumpukan sampah lho. Bisa jadi keren gitu
kan? Kostum Ninja di situ menggambarkan kehidupan di Afsel. Baik putih maupun
berwarna hidup side by side. Gituh.
Zef Movement
Dalam segala sesuatunya, mereka ini
selalu bawa-bawa Zef. Kaos tulisannya Zef, di lirik lagu ada kata zef, dan
bahkan label record mereka namanya Zef recordz. Tadinya tak kirain Zef itu
semacam salah satu aliran gitu di hip hop scene. Aku google google tentang
aliran zef ya nggak ketemu lah. Ternyata Zef itu semacam counter culture yang
mereka usung gitu.
Zef itu bahasa slank di Afrika yang
kalau diterjemahin ke Bahasa Inggris itu artinya kira-kira sama dengan common
(biasa-biasa aja) atau siff (nggak keren). Di Afsel, Zef ini mengacu ke kelas
pekerja kulit putih. Jadi jaman apartheid dulu di Afsel kan penduduk
dikelompokkan menjadi empat golongan kan? Kulit putih, kulit hitam, kulit
berwarna (campuran), dan Asia. Nha, Zef ini mengacu ke orang kulit putih tapi
yang bukan kalangan elit. Kelas pekerja yang nggak kaya. Menengah rendah gitu
lah.
Sejarah katanya, dulu di tahun
50-70 an ada merek mobil Ford Zephyr yang di Afsel sering dipakai oleh working
class. Nha, orang-orang yang mengendarai Zephyr ini kemudian dijuluki zef.
Gituuu.
Frikkie Lombard, editor Woordeboek
van die Afrikaanse Taal (WAT) atau Dictionary of the Afrikaans Language
mengartikan zef sebagai “something which is usually considered to be common,
but nowdays has credibility.”
Yo Landi mengatakan “Zef is you’re
poor but you’re fancy. You’re poor but you’re sexy. You’ve got style.”
Ninja mengatakan “Zef means you
literally don’t care what anyone else thinks of you; like, you represent
yourself in your music, in how you dress, in how you think, how you speak.”
Yah, kalian simpulkan sendiri deh,
Zef itu gimana. Intinya sih, pantesan aku bisa ngefans sama orang-orang ini.
Pemikiran kami sama ternyata. *eyaaak yang nyama-nyamain
Tapi pada tahun 2013 ada blog satir
bernama Zef Kinners yang bilang kalau Die Antwoord itu nggak Zef. “That’s the
safe version of zef. Zef has a dirty face,” gitu katanya. Nha, ‘dirty face’ di
sini yang aku belum mudeng gimana maksudnya.
Sementara itu, penulis Russ
Truscoff dan Maria Brock bilang kalau kultur Zef itu adalah ekspresi self
parody orang-orang Afrika yang tumbuh dari melankolia post apartheid. Jadi
mungkin maksudnya zef itu sebagai cara orang Afrika menertawakan diri sendiri
setelah bebas dari apartheid gitu kali ya?
Apapun itu aku pokoknya suka sama
zef movement ini. Sama kaya counter culture lain, zef menolak untuk menjadi
sama, melawan arus mainstream, muak pada budaya dominan. Menolak kalau menjadi
bergaya keren itu harus buang duit buat ngikutin tren, menolak stigma cewek cantik yang
umum, dan penolakan-penolakan lain lah pokoknya.
Riwayat
Yo Landi sama Ninja ketemu pada
tahun 2003. Waktu itu Ninja udah jadi rapper sedangkan Yo Landi belum tahu
apa-apa tentang musik rap. Tapi Ninja janji bakal ngajarin. Cieeeh, so sweet
ya. Habis itu Yo Landi diminta buat ngisi vokal di beberapa lagunya Ninja. Dan
pada saat itulah, pas denger suaranya Yo Landi, mereka berdua kaya yang terikat
gitu gaes.
Tahun 2007 Yo Landi usul buat bikin
grup musik. Mereka mulai work on projects gitu. Trus tahun 2009 lahirlah debut
album $0$. Tadinya masih belum ada yang kenal sama mereka. Sampai video Enter
da Ninja dibuat. Itu yang lagunya lucu banget juga muncul di film Chapie. Gara-gara
lagu ini mereka jadi terkenal.
Februari 2010 mereka ada show di
Johannesburg dan malam itu hujan. Udah pesimis aja gitu palingan nggak ada yang
datang soalnya hujan. Eh lhaaa ternyata penontonnya sampai antre-antre dan
teriakin nama mereka. Terus pas nyanyinya, semua orang apal liriknya. Sesuatuh
kan?
Dua hari kemudian mereka ditelpon
sama Interscope dan tahun itu juga mereka dikontrak sama Interscope Records
yang katanya melabeli rapper-rapper femes yah? Tapi kemudian tahun 2011 Die
Antwoord keluar dari Interscope dan memutuskan untuk bikin label sendiri soalnya
mereka males disetir-setir sama label. Mereka ngirim contoh rekaman dan
dikoreksi terus kurang gini kurang gitu, harus lebih gini lebih gitu.
Yo Landi bilang “Interscope kept
pushing us to be more generic in order to make more money,” dan mereka nggak
bisa digituin (((digituin))). Malahan Insterscope nyuruh mereka berkolaborasi
sama penyanyi lain dulu yang udah femes dan Die Antwoord nggak merasa harus nebeng ketenaran orang dulu gitu.
Di tahun 2010 juga Yo Landi
ditawari main jadi pemeran utama di film Girl with the Dragon Tattoo tapi dia
tolak. Iya gaes. Yo Landi menolak peran itu dengan alasan “For me with music
there is no half-stepping.” Dia nggak mau kehilangan fokus di Die Antwoord
karena main film.
Di waktu yang sama, Ninja ditawari
buat main di film Elysium. Sebenernya kalau Ninja orangnya lebih ambisius dan
“Let’s do everything,” tapi Yo Landi bilang kalau waktu itu belum tepat. Kalau
nekat ambil kerjaan lain mereka bakal nggak fokus dan kacau, dan Yo Landi bilang “Let’s wait!”
Akhirnya peran itu jatuh ke tangan Matt Damon. Hehehe. Mereka akhirnya baru
main film di Chapie.
Tahun 2012 mereka merilis album
Ten$ion dengan label mereka sendiri Zef Recordz. Mereka bekerja sama dengan
beberapa DJ seperti DJ Hi-Tek dan DJ Muggs. 2014 mereka mengeluarkan album
Donker Mag dan 2016 ini album Mount Ninji and da Nice Time Kid. What a journey,
right?
Terakhir, tulisan ini aku tutup
dengan satu quote keren dari Die Antwoord:
“If you try to make songs that
other people like, your band will always be shit. You always gotta do what you
like. If it connects, it’s a miracle, but it happened with Die Antwoord.”
Amaziiiiiiiing!
0 komentar