Berbagi Tips: Cara Menghadapi Bullying di Sekolah

by - 17.27.00


Image source: Pinterest

Di tiap sekolah di manapun, jenjang apapun, selalu ada bullying. Selalu. Seenggaknya itu yang kulihat sejak SD dan bahkan sampai kuliah. Masih adaaa aja anak yang merasa jagoan hanya karena bisa ‘ngece’ anak lain yang dia anggap lebih ‘kecil’. Bullying biasanya dilakukan secara berkelompok dan beramai-ramai dan dengan demikian yang berada di kelompok yang membully itu jadi merasa somehow, ‘besar’. 

Aku juga dulu gitu sih, makanya aku tau. Iyaa, dulu aku suka ikut kelompok pembully itu. Ngece-ngece anak lain yang menurut kami nggak banget, entah karena kekurangan fisik, atau sikapnya yang aneh. Dulu (namanya aja masih ingusan dan belum bijak yak) aku menganggap bullying itu sah karena tak pikir itu salah si anak sendiri. Salah sendiri jadi anak kok bully able. Kenapa aku bisa punya sikap kaya gini, itu juga ada ceritanya sendiri. 

Jadi dulu pas pertama kali masuk SMP, aku juga pernah berada di posisi terendah rantai makanan di sekolahan. Aku anak yang datang dari kampung yang ndesa bin norak gitu lah pokoknya. Tanpa teman sebutirppun. Sedangkan anak-anak lain umumnya udah banyak temennya dari SD yang sama. 

Udah aku anaknya item dekil, jahit seragamnya kegedean biar bisa dipakai selama tiga tahun, sepatunya juga kegedean biar nggak buru-buru beli lagi, dan sementara anak-anak lain tasnya bagus dan mahal-mahal, aku tasnya jelek banget beli di pasar, itu aja yang paling murah. Pokoknya kasian lah. Semua bahan untuk dijadikan bullian, aku punya semua. 

Dan emang iya, pas awal-awal kelas 1 SMP itu banyak yang ngece-ngece gitu deh. Aku dipanggil laler karena aku kecil, item, dekil. Tak kasih tau aja ya, yang namanya baru jadi anak SMP tu rasanya kaya sungguh keren kalau bisa ngelabrak anak lain. Dan aku pernah dilabrak dong, hanya gara-gara aku tugas piket dan waktu itu kelas belum disapu. Bukan berarti aku nggak menjalankan tugas. Tapi emang belum aja wong akunya juga baru datang. Trus ada dua cewek yang sok keren dan sok galak gitu ngebentak “Heh, koe ki piket!” 

Aku takut? Enggak. Dudulnya, aku malah ngebentak balik “Lha iki opo jenenge nek ra piket?” gitu sambil ambil sapu sama serokan sampah. Hahaha. Si dua anak sok keren jelas tercabik-cabik harga dirinya digituin sama si laler ini. 

Pas istirahat, mereka ngumpulin cewek-cewek segeng dan ngelabrak aku beramai-ramai. Aku nggak inget mereka ngomong apa aja. Yang jelas aku nggak ngerasa takut, apalagi bersalah, dan malah menghela nafas bosan sambil bilang “Kamu kan, yang mulai duluan.” Kalau aku yang gede sekarang ini bisa lihat kejadian itu sekarang, aku pasti tertawa terpingkal-pingkal. Aku tu kok ya nggak peka banget gitu lho jadi anak. 

Mereka bermaksud melanjutkan bullian, ngajakin anak sekelas buat mematenkan panggilan laler buatku, selalu ngetawain aku dalam situasi apapun, dan semacamnya. Tapi apa yang terjadi? Aku cuek aja. Cueeeeeek banget. Nggak sadar blas kalau lagi dibully dan apa lagi ngerasa terganggu. Aku super bahagia dengan dunia di dalam kepalaku. Dengan rasa ingin tahu yang tinggi khas anak-anak. Dengan tiap hari mengembara ke tempat-tempat yang jauh meskipun badannya ada di kelas. Dan aku punya ilmu sederhana. Kalau anak-anak sok keren itu nggak mau berteman sama aku, ya udaaaaaaaaah, aku berteman aja sama yang mau. Sederhana. 

Lama-kelamaan, si tukang bully itu jadi ikutan lupa kalau aku adalah objek bullian. Malah ngajak main ke rumahnya, ngajak main bareng, dan bahkan ngegeng bareng. Hahaha. Mereka bilang “Kok kamu ternyata asik ya, anaknya.” Eike bilang juga apa cyiiiin. 

Sayangnya, perubahan baik ini bikin aku jadi takabur. Setelah nggak berada di posisi terendah rantai makanan lagi, aku ikut-ikutan ngebully yang masih ada di posisi rendah. Ada anak aneh banget trus sekelas ngetawain, aku ikut ketawa, bukannya ngebelain, dan semacamnya. Andai saja waktu itu aku tahu kalau yang kulakukan itu salah. 

Untuk menebus rasa bersalah itu, ini ada sedikit petuah sederhana buat kalian yang baca ini yang mungkin masih mengalami pahitnya dibully, nggak pernah diajakin ngumpul, jauh dari pergaulan anak keren, sering diketawain, digangguin, dan semacamnya.

Sombong Aja Dulu

Petuah yang pertama ini sederhana. Alih-alih minder, kamu sombong aja dulu. Sikap sombong tentu saja nggak bagus, tapi nanti lama kelamaan kamu akan tahu gimana cara menguranginya. Kenapa harus sombong? Soalnya dengan menjadi sombong kamu nggak akan nyadar kalau lagi dibully, kaya kasusku pas pertama kali masuk SMP. Sombong di sini bukan berarti kamu pamer harta, kecantikan, sok kaya, sok gaya dan lain sebagainya ya. Tapi yakin aja kalau kamu itu keren dan sama sekali nggak bully able.

Keras Kepala Ternyata Ada Gunanya

Yang kedua adalah keras kepala. Ini juga sama. Keras kepala itu bukan sikap yang baik, tapi nanti lama kelamaan kamu akan tahu cara menguranginya. Kenapa perlu menjadi keras kepala? Karena dengan demikian kamu selalu yakin yang kamu lakukan itu benar. Apa adanya dirimu itu benar. Jadi kalau ada yang ngatain penampilan kamu jelek norak, kamu nggak akan merasa tersinggung karena kamu udah tahu kalau kamu keren apa adanya. Mudeng kan? Mendengarkan saran positif tentu saja perlu. Tapi mendengarkan ejekan, cemoohan, yang semuanya negatif dan memang bermaksud merendahkan? Naaay!

Nyaman dengan Dirimu Sendiri

Ini sebenernya inti dari segala-galanya. Jangan karena dibully, jangan karena dikatain kuper, trus kamu jadi pengen berubah seketika itu juga. Jangan karena orang mengejek kacamatamu yang tebal trus kamu maksa untuk nggak pakai kaca mata padahal kamu butuh. Hanya karena orang bilang kamu gini kamu gitu, bukan berarti kamu harus berubah menjadi tidak begini dan tidak begitu. Tetep jadi dirimu sendiri. Nggak usah maksa berubah kecuali memang perubahan itu positif dan perlu.

Jadi Ramah Tanpa Menjadi Sok Asik

Blend in, gaes. Blend in. Kamu harus pinter bergaul. Bergaul di sekolah itu sesederhana nanyain kabar dengan senyum ceria, nanya udah ngerjain tugas apa belum, dan yang paling penting, tebar senyum ke mana-mana. Itu psikologis. Ketika kamu ramah dan murah senyum, orang nggak akan tega berbuat jahat sama kamu. Yah, kecuali orangnya emang jahat banget dan jiwanya sudah termakan kegelapan sampai level yang nggak bisa diselamatkan sih.

Ketika kamu terlihat murung, pembully-pembully ini jadi semangat buat bikin kamu semakin murung. Ketika kamu terlihat bahagia dan baik-baik saja dengan apa adanya dirimu, si pembully-pembully ini nggak akan nemu apanya yang harus dibully dari kamu.

Dan juga jangan sok asik ya. Kaya misalnya pas geng anak gaul lagi ngegosipin gebetan yang kakak kelas, nggak perlu lah kamu nyerobot obrolan mereka dan bilang “Kemaren dia senyumin aku lohh.”

Jadilah Ceria dan Sibuklah Berprestasi

Ini sama kaya yang di atas. Semakin seorang anak terlihat murung, nggak pede, dan nggak nyaman, semakin para pembully pengen ngebully. Tapi semakin seorang anak terlihat ceria dan menikmati hidupnya, pembully-pembully ini tidak akan bisa berbuat apa-apa. Jadilah anak yang happy dan kalau perlu tebarkan keceriaan. Terus, sibuklah berprestasi. Daripada sedih-sedih mikirin bullyan dan galau pengen beli sepatu baru hanya karena sepatumu yang sekarang diejek dibilang ketinggalan jaman, mending sibukkan diri. Ikut ekskul. Selain pengalaman, di sini kamu bisa dapat banyak teman baru juga. Ikut kompetisi. Nggak menang nggak apa-apa. Coba lagi di lain kesempatan. Kesibukan ini juga membantumu meningkatkan kepercayaan diri dan kualitas diri.

Jangan Jadi Ngeselin

Kadang ada anak yang dibully itu karena dianya emang ngeselin. Ibaratnya mukanya itu emang muka minta dibully gitu. Misalnya sombong yang kelewatan, suka dikit-dikit lapor ke guru, cari muka ke guru, nggak mau berteman sama semua orang, suka menyendiri dengan alasan eksklusif, sok sibuk, dan lain sebagainya. Banyak lah kriteria nyebelin sampai aku bingung nyebutinnya. Tapi yang dulu aku lihat dari anak-anak yang dibully sih itu tadi. 

Jangan Ikut-ikutan Jadi Pembully

Kalau kamu udah nggak berada di posisi terendah rantai makanan lagi, jangan trus balas dendam dengan membully anak lain. Apa yang aku lakukan itu salah dan sebaiknya jangan ditiru. Membully itu nggak keren sama sekali. Daripada ikut membully, mending anak yang dibully ini kamu ajak berteman. Kamu encourage biar dia jadi anak yang lebih pede dan berprestasi juga. 

Udah aja sih dari aku. Kalau kamu sekarang ini masih dibully dan saran-saran dari aku kaya nggak ada gunanya, kamu bisa curhat deh di kolom komentar atau via email juga boleh, masalahnya apa dan sisi mana yang gagal aku lihat. Siapa tahu bisa membantu. Soalnya keadaannya nggak selalu sama dan nggak semua hal bisa ditangani dengan cara yang sama. 

Engg, paragraf di atas hanya becanda gaes. Jangan curhat sama aku lah, gila. Nanti kesedihanmu malah makin berlarut-larut tak berkesudahan lho. Mending cerita sama orang tua atau orang terdekat lah ya pokoknya. Yang penting jangan dipendam sendirian. Okai okai okai?

Makasih banyak ya, udah baca. Share kalau menurutmu ini bermanfaat. Sampai jumpa!

Love,
Isthar Pelle

You May Also Like

0 komentar