Bahasa Daerah dan Bahasa Asing. Mana Lebih Penting?

by - 14.11.00



Sumber gambar: jogja.co


          Indonesia punya banyak banget bahasa daerah. Tapi kali ini aku mau ngebahas satu bahasa aja yang aku mudeng. Hehehe. Bahasa Jawa.

Bahasa Jawa itu kaya raya, terutama dalam hal kosa kata. Contohnya, untuk kata ‘jatuh’ saja istilahnya bisa banyak banget. Nggak hanya tibo, tapi ada juga kejungkel, kejlungup, krungkep, nggeblak, keblusuk, dan masih banyak lagi menyesuaikan gimana caranya seseorang atau sesuatu itu jatuh. Itu baru bahasa kasarnya, belum bahasa alusnya. Btw, bahasa krama untuk tibo apa ya?

          Soal bahasa Jawa alus, aku termasuk beruntung karena dari kecil diajarinnya ngomong pakai bahasa Jawa alus. Meskipun dalam banyak hal Ibuku itu ngeselin dan suka semaunya sendiri, tapi dalam hal ini beliaw benar. Waktu aku kecil ibuku mengajariku ngomong bahasa jawa alus, karena beberapa alasan.

          Pertama, beliaw nggak suka denger anak kecil ngomong sama orang tuanya itu pakai bahasa Jawa ngoko. Kan kesannya kasar ya. 

          Kedua, Ibuku nggak lantas ngajarin aku ngomong pakai bahasa Indonesia (which is lebih alus) karena alasan yang sebenarnya sangat sederhana tapi bener banget: nggak usah diajarin juga nanti kalau Bahasa Indonesia udah pasti bisa. Kenapa? Karena sekolah itu pengantarnya pakai Bahasa Indonesia. Di TV, bacaan, dan segala hal juga pakainya Bahasa Indonesia. Nggak usah diajarin udah pasti bisa. 

          Beda sama bahasa Jawa alus. Kalau nggak diajarin dari kecil, gedenya belum tentu bisa. Bahasa Jawa ngoko mungkin tetep bisa karena lingkungan. Tapi basa krama? Nggak banyak temen-temenku yang bisa lho. Jadi biar amannya kebanyakan mereka pakai Bahasa Indonesia untuk menghaluskan.

          Tentu saja basa krama yang aku bisa juga nggak yang inggil-inggil banget. Biasa aja. Yang penting cukup sopan kalau dipakai ngobrol sama orang tua, gitu aja. Tapi meskipun nggak inggil-inggil banget toh, kemampuanku ngomong basa krama sempet bikin temen-temenku tercengang juga. 

          Waktu itu pas kuliah, kami mau mengadakan acara di suatu tempat, dan sebelum itu harus ngurus ijin loby-loby ke tetua-tetua desa gitu. Aku maju dan ngomong pakai basa krama, dan teman-temanku heran. Aku yang penampilannya gini banget, yang biasanya pecicilan, yang bisanya omongannya kasar penuh pisuhan, bisa ngomong alus?

          Aku yang terbiasa dari kecil dan menganggap itu sebagai hal yang biasa saja malah heran sama ketercengangan mereka. “Lha emangnya kalian nggak bisa?”

          Dan emang nggak banyak yang bisa. Bahkan ngobrol sama orang tuanya sendiri juga kebanyakan pakai basa ngoko.

          Aku seenggaknya kalau ngobrol sama orang tuaku, kondisi jengkel kaya gimanapun, tetep pakai basa krama. Yahh, meskipun kadang masih dicampur sama basa ngoko atau bahasa Indonesia buat kata-kata yang aku nggak nemu basa kramanya, kaya misalnya ‘jatuh’ tadi. Seriously, gaes, basa kramanya ‘jatuh’ apa sih? Tapi seenggaknya lumayan halus dan lebih sopan gitu. Fungsi bahasa di Jawa kan emang salah satunya buat unggah-ungguh ya kan. Menghormati orang yang lebih tua, yang belum kenal, dll.

          Jadi kurasa jurus ibuku yang satu itu sangat-sangat patut untuk ditiru. Aku udah bilang terus sama Ibing pokoknya nanti kalau punya anak mau tak ajarin ngomong bahasa pertamanya itu basa Jawa alus. Yang jadi masalah justru adalah karena aku sama Ibing obrolannya tiap hari itu pakai bahasa Indonesia. Udaaaah, udah sering tak coba buat pakai bahasa Jawa tapi suka kelupaan lagi soalnya terlanjur, dari pertamanya dulu pakai Bahasa Indonesia. Jadi tiba-tiba ngomong bahasa Jawa sama Ibing itu jadi lucu rasanya. 

          Kenapa aku kok pengen anakku bisa ngomong bahasa Jawa alus? Ya biar seenggaknya dia menguasai bahasa daerahnya sendiri. Mungkin bahasa Jawa masih lama dari kepunahan karena penuturnya banyak. Paling banyak seIndonesia kayaknya ya kan? Tapi notice nggak sih gaes? Hari gini jarang lohh, anak kecil Jawa yang ngomong bahasa Jawa. Dari bayi diajarinnya ngomong bahasa Indonesia semua. Kalaupun bisa bahasa Jawa, biasanya karena lingkungan dan biasanya bahasanya ngoko. 

          Ngajarin bahasa daerah di sini bukan bermaksud untuk mengkotak-kotakkan, wong toh masih ada bahasa pemersatu kok. Tapi lebih ke biar generasi yang akan datang tetep kenal budayanya, bahasanya sendiri, biar jangan sampai lupa. Biar tetap lestari, dan kalau perlu bisa ceritain kekayaan itu ke seluruh dunia. 

          Tapi yahh, itu pilihan masing-masing orang tua kok. Banyak juga yang memutuskan untuk mengajari si kecil bahasa Inggris dari kecil. Jadi bilingualnya bukan Jawa-Indonesia, tapi Inggris-Indonesia. Nggak ada yang salah. 

          Trus kamu mau ngajarin anakmu bahasa asing juga nggak? Of course lah. Dunia makin mengglobal, broooh. Menguasai bahasa asing adalah suatu keniscayaan. Menguasai bahasa Inggris bagus. Tapi bahasa lain juga perlu karena nggak semua orang dari luar negeri itu bisa bahasa Inggris lohh. Hahaha.
 
Sumber gambar: huffingtonpost.com
          Tapi kan bahasa ada banyak banget. Yaa, pilih yang penting-penting aja. Atau seenggaknya menguasai conversation dasar lah, biar kalau pas main ke negeri orang nggak bingung. Soalnya ada loh, Negara-negara yang penduduknya itu nggak mau, nggak suka ngomong pakai bahasa Inggris, kaya misalnya Perancis. Trus ada juga Negara yang keterangan di tempat-tempat umumnya itu tulisannya nggak pakai bahasa Inggris, tapi misalnya pakai huruf kanji gitu di Jepang. Kalau nggak ngerti apa-apa blas kan bisa berabe. 

          Aku sendiri payah dalam hal penguasaan bahasa. Aku bisa bahasa Perancis? Enggak. Padahal aku kuliahnya bahasa Perancis loh. Sia-sia? Ya nggak juga sih. Gagal menguasai Bahasa Perancis itu kesalahanku sendiri yang nggak serius melatihnya. Padahal harusnya ada banyak cara. Bahkan aku sendiri sudah merumuskan cara-cara untuk mempermudah mempelajari bahasa Perancis. Tapi nggak tak lakuin juga saking malesnya. Haduuuh, ini kayaknya perlu ditambahin ke daftar resolusi deh. 

          Tapi meskipun nggak menguasai-menguasai amat, lumayan juga sih kalau cuma buat ngomongin hal kecil-kecil. Kaya misalnya pas jualan ada bule yang mampir beli scarf. Pas tahu kalau mereka ngomong bahasa Perancis, tak ajak ngomong pakai bahasa Perancislah. Eh, seneng banget dan akhirnya beli banyak buat oleh-oleh. Wkwkwk. 

          Yahh, ngomong kecil-kecil nggak penting sih bisa. Tapi buat ngejawab pertanyaan tentang apa yang lagi ngetren, misalnya, ya balik lagi pakai bahasa Inggris jelasinnya. Heuheuheu. Padahal Bahasa Inggrisku ya sama aja kacaunya. Hahahaha. 

          Gitu. jadi bahasa daerah sama bahasa asing mana yang lebih penting? Sama aja. Penting semua. 
          Bahasa daerah biar kita nggak melupakan jati diri, kenal diri sendiri. Bahasa asing untuk berkomunikasi lebih luas. Ibaratnya gimana kamu mau ceritain keunikan budayamu ke orang-orang di luaran sana kalau kamu nggak bisa menyampaikannya? Ya begitulah. 

          Aku sendiri masih banyak banget PRnya soal ini. Kepengan bisa menguasai banyak bahasa. Adakah di antara teman-teman semuanya yang punya cara-cara untuk tetep bisa mempelajari bahasa asing di tengah hecticnya kesibukan kerja dan project-project? Atau malah punya pengalaman belajar bahasa asing sendiri? Kalau ada, feel free yah buat share di kolom komentar.

You May Also Like

0 komentar