Catatan Seorang Perempuan yang Hampir Lupa Rasanya Sarapan
Maksud mata memeluk guling, apalah
daya kantuk tak sampai. Demikian kata pepatah lama.
Semalam, sekitar jam dua belas kurang
setengah, aku nyetatus dengan hashtag #boboksik.
Kenyataannya, aku nggak bobok-bobok
juga sampai berjam-jam kemudian. Padahal pas nulis status itu aku
sungguh-sungguh lho, nggak bermaksud pencitraan. Ha wong seharian udah muter ke
sana ke mari, melakukan aktivitas fisik yang lumayan menguras energi, plus
malam sebelumnya begadang dan kemudian bangun pagi.
Alasan-alasan di atas masih juga
diperkuat dengan hawa ngantuk yang sudah gentayangan sejak sore yang membuatku
berpikir optimis: Malam ini pasti bisa bobok gasik. Yes! Pasti bisa!
Tapi pas mapan tidur beneran, apa? Apaaaa?
Mataku masih terang benderang dan otakku masih beraktivitas seperti biasa
sampai sekitar jam tiga pagi, saat akhirnya aku memutuskan menuliskan ini.
Sebenarnya bagiku, insomnia bukanlah
penyakit baru. Aku sudah mengidap ini sejak beeertahun-tahun lalu. Sejak masih
kuliah. Sejak patah hati masih jaman. Sejak usaha untuk move on masih kulakukan
dengan cara-cara kuno seperti misalnya, meresapi kesakitan sedalam mungkin,
setiap malam, di atap kosan.
Ya, sejak saat itu.
Bedebahnya, setelah sukses move on ternyata
penyakit meresapi-kesakitan-sedalam-mungkin-setiap-malam-di-atap-kosan itu
tidak ikutan move on. Aku kebablasen. Jadi terbiasa melek malam sampai hari
ini.
Hari ini bisa dibilang aku beruntung
karena aku hidup sendirian tanpa kewajiban untuk bangun pagi demi memenuhi
kewajiban kerja. Bangun sesiang apapun juga nggak ada yang marah.
Dulu pas masih kerja kantoran,
kebiasaan buruk ini jadi begitu menyusahkan. Nggak peduli sepagi apapun aku
tidur, jam setengah delapan pagi aku harus udah siap di kantor untuk briefing
pagi. Lengkap dengan dandanan dan senyum manis. Artinya, aku harus sudah
selesai mandi dan dandan seenggaknya jam tujuh pagi.
Untuk mempersiapkan itu semua, aku harus sudah bangun dalam artian
bener-bener bangun itu jam 6, atau paling lambat jam setengah tujuh deh. Padahal
malam sebelumnya aku baru bisa tidur jam tiga. Kadang jam lima. Makanya kalau
pas istirahat siang, di saat anak-anak lain makan siang seperti layaknya
manusia normal, aku justru akan tidur. Aku bahkan sampai punya satu kos
cadangan tepat di belakang kantor biar bisa bobok siang.
Masalah lain, kalau pas aku pulang
kampung ke rumah orang tuaku. Nggak peduli malam harinya begadang, subuh-subuh
aku harus udah bangun karena kalau enggak bakalan kena omel seharian (kadang bahkan
masih dibahas sampai minggu depannya). Jadi yaa jangan salahkan bunda
mengandung kalau kemudian siangnya aku akan tidur sampai sore. Itupun bangunnya
juga gara-gara kena omel lagi.
Begitulah. Aku tahu kebiasaan ini
nggak baik buat kesehatan. Seenggaknya kesehatan jiwa. Kayaknya aku jadi kurang
waras begini gara-gara kurang tidur deh. Atau justru karena aku kurang waras
maka aku jadi nggak bisa tidur? Coba, yang mana yang duluan? Kurang waras atau
kurang tidur? Haissh, masalah tidur saja kok begini rumit.
Seriously, people. Gimana sih, caranya
kalian bisa tidur tiap malam?
Aku lho, sudah mempraktikkan semua
petunjuk di majalah remaja, tips en trik di tabloid mamah-mamah, artikel di
blog, dan sebangsanya. Nggak ada satupun yang mempan. Apa coba?
Berikut ini cara mengatasi insomnia yang pernah kucoba tapi tak satupun menampakkan hasil:
Nggak Minum Kopi
Udaaaaah. Bahkan aku pernah saking
penasarannya, sampai cleansing segala. Mana tau efek kopi dari tiga hari yang
lalu masih mempan gitu ya kan?
Trus aku juga minum bwanyaaaaak air putih, dan bahkan minum susu yang
katanya bisa bikin ngantuk?
Tapi apa hasilnyaaaa? Nggak mempan
sama sekali. Aku bahkan nggak merasakan adanya perbedaan.
Olahraga
Udaaaaah. Aku melakukan semua teknik
yang bisa bikin otot rileks bin lemes dan nyaman dan nggak tau apa lagi.
Hasilnya, otot rileks, badan jadi lebih nyaman sih iya. Tapi trus jadi ngantuk
dan bisa tidur? Enggak.
Nggak Main Gadget
Udaaaaaah. Tiap kali niat tidur aku
akan taruh hape di meja (yang jangkauannya itu sekitar tiga meter dari tempatku
tidur). Laptop juga pasti udah tak shut down biar dianya juga bisa bobok.
Daaaan sama aja. Biasanya setelah beberapa jam melakukan usaha untuk tidur yang
sia-sia, baru akhirnya aku akan berjalan menghampiri meja, nyalain laptop lagi,
dan fesbukan lagi.
Matiin Lampu
Udaaah. Paling yang tersisa hanya
cahaya samar dari lampu teras yang menembus jendela dan lubang-lubang udara
(kalau nggak ada cahaya blas aku malah panik soalnya, hahah). Tapi bahkan
kekuatan kegelapan pun nggak bisa membantuku mengatasi masalah ini.
Baca Buku
Don’t you know? Kalau baca buku aku
harus pakai kaca mata. Itu artinya, aku malah bisa melihat dengan lebih jelas
lagi dan usaha untuk mencapai kengantukan yang sebelumnya susah, naik level
jadi mustahil. Belum lagi kalau baca buku aku pasti bakal tambah aktif otaknya
dan malah sibuk bikin catatan-catatan kecil karena mendadak terinspirasi. Nope!
Buku nggak bisa bikin aku ngantuk.
Perbaiki Jam Biologis
Oooooohohohoho. Aku pernah lho,
sengaja nahan nggak tidur sekalian. Harapannya biar malam nantinya aku udah
ngantuk banget dan bobok di jam normal. Berhasil? Tentu saja tidak. Aku tetep
nggak bisa bobok. Jadi bukan kesuksesan yang kudapat tapi justru malah nggak
tidur blas selama kurang lebih emm, 36 jam? Entahlah. Pokoknya lama dan itu
membuatku ling lung.
Ngitung Shaun de Sheep
Jangankan Shaun, aku bahkan udah
ngitungin cowok-cowok ganteng dan bikin hati nyaman kaya bangsanya mas Brendon
Urie, Tyler Joseph, Trevor Wentworth, sampai … ya adalah pokoknya jangan
disebutin nanti jadi gosip. Hahaha. Nggak ada satupun dari mereka yang bikin
ngantuk. Malah bikin tambah semangat.
Pakai Pakaian yang Nyaman
Nggak hanya pakaian (daster bobok yang
nyaman itu juga nggak mempan weh), aku juga udah pakai minyak telon, udah meluk
boneka penuh kasih sayang, pakai sprei jadul yang bahannya adem biar berasa
kaya di rumah nenek pas aku masih kecil, dan selimutan pakai selimut flannel
bermotif kiyut Disney princess.
Apa lagi? Aku kurang gimana lagi?
Aku jadi sangat merindukan masa-masa
ketika aku boboknya normal, jam sembilan malam. Kadang lebih demi nonton
Meteror Garden II yang tayang jam sembilan apa sepuluh yaa? Lupa. Kangen saat
niat melekan menyambut tahun baru saja gagal karena keburu molor duluan.
Kadang aku juga mikir, apa yang waktu
itu aku lakukan dan nggak kulakukan sekarang ya? Kayaknya sama aja. Aku dulu
juga suka ngopi. Dan waktu itu anehnya, kopi nggak bisa bikin aku melek.
Ngantuk ya tetep ngantuk aja.
Trus katanya kalau lelah bisa bikin
ngantuk? Enggak tuh. Hari ini nyatanya, aku merasa lelah dan merasa sangat
butuh tidur, tapi tak ada yang terjadi. Lelah tinggallah lelah.
Ya kadang pernah juga sih, ketiduran,
tapi secepet-cepetnya aku ketiduran juga tetep aja jam dua pagi. -_-
Sebenernya sih yaa, kasus nggak bisa
bobok di malam hari ini sama sekali nggak mengganggu aktivitasku. Toh aku
anaknya bisa produktif di jam aku fokus. Jadi misalnya bangun siang, trus
bermalas-malasan sejenak, nanti habis itu begitu niat ya aku bisa fokus
menyelesaikan banyak pekerjaan. Jadi sebenernya nggak begitu masalah.
Trus kenapa aku nulis ini jal?
Sederhana. Gara-garanya, tiap kali bangun, saat semua orang itu makan siang,
aku baru nyari sarapan. Lha masa nanti pas orang-orang makan malam, trus aku
makan siang gitu? Ih, nggak lucu. Guyonanku maksudnya yang nggak lucu. Ini
pasti gara-gara kekurangan sarapan nih. Padahal kan, breakfast is the most
important meal of the day, no?
So yeah, sebelum aku benar-benar lupa
rasanya sarapan di pagi hari, adakah yang mau ngasih tambahan tips yang
applicable buat mengatasi insomniaku ini?
Please, kindly share yah. I need this
really.
0 komentar