Catatan Seorang Perempuan yang Hampir Lupa Rasanya Sarapan

by - 17.10.00




          Maksud mata memeluk guling, apalah daya kantuk tak sampai. Demikian kata pepatah lama. 

          Semalam, sekitar jam dua belas kurang setengah, aku nyetatus dengan hashtag #boboksik.

          Kenyataannya, aku nggak bobok-bobok juga sampai berjam-jam kemudian. Padahal pas nulis status itu aku sungguh-sungguh lho, nggak bermaksud pencitraan. Ha wong seharian udah muter ke sana ke mari, melakukan aktivitas fisik yang lumayan menguras energi, plus malam sebelumnya begadang dan kemudian bangun pagi. 

          Alasan-alasan di atas masih juga diperkuat dengan hawa ngantuk yang sudah gentayangan sejak sore yang membuatku berpikir optimis: Malam ini pasti bisa bobok gasik. Yes! Pasti bisa!

          Tapi pas mapan tidur beneran, apa? Apaaaa? Mataku masih terang benderang dan otakku masih beraktivitas seperti biasa sampai sekitar jam tiga pagi, saat akhirnya aku memutuskan menuliskan ini. 

          Sebenarnya bagiku, insomnia bukanlah penyakit baru. Aku sudah mengidap ini sejak beeertahun-tahun lalu. Sejak masih kuliah. Sejak patah hati masih jaman. Sejak usaha untuk move on masih kulakukan dengan cara-cara kuno seperti misalnya, meresapi kesakitan sedalam mungkin, setiap malam, di atap kosan.
          Ya, sejak saat itu. 

          Bedebahnya, setelah sukses move on ternyata penyakit meresapi-kesakitan-sedalam-mungkin-setiap-malam-di-atap-kosan itu tidak ikutan move on. Aku kebablasen. Jadi terbiasa melek malam sampai hari ini. 

          Hari ini bisa dibilang aku beruntung karena aku hidup sendirian tanpa kewajiban untuk bangun pagi demi memenuhi kewajiban kerja. Bangun sesiang apapun juga nggak ada yang marah. 

          Dulu pas masih kerja kantoran, kebiasaan buruk ini jadi begitu menyusahkan. Nggak peduli sepagi apapun aku tidur, jam setengah delapan pagi aku harus udah siap di kantor untuk briefing pagi. Lengkap dengan dandanan dan senyum manis. Artinya, aku harus sudah selesai mandi dan dandan seenggaknya jam tujuh pagi.

Untuk mempersiapkan itu semua, aku harus sudah bangun dalam artian bener-bener bangun itu jam 6, atau paling lambat jam setengah tujuh deh. Padahal malam sebelumnya aku baru bisa tidur jam tiga. Kadang jam lima. Makanya kalau pas istirahat siang, di saat anak-anak lain makan siang seperti layaknya manusia normal, aku justru akan tidur. Aku bahkan sampai punya satu kos cadangan tepat di belakang kantor biar bisa bobok siang. 

          Masalah lain, kalau pas aku pulang kampung ke rumah orang tuaku. Nggak peduli malam harinya begadang, subuh-subuh aku harus udah bangun karena kalau enggak bakalan kena omel seharian (kadang bahkan masih dibahas sampai minggu depannya). Jadi yaa jangan salahkan bunda mengandung kalau kemudian siangnya aku akan tidur sampai sore. Itupun bangunnya juga gara-gara kena omel lagi. 

          Begitulah. Aku tahu kebiasaan ini nggak baik buat kesehatan. Seenggaknya kesehatan jiwa. Kayaknya aku jadi kurang waras begini gara-gara kurang tidur deh. Atau justru karena aku kurang waras maka aku jadi nggak bisa tidur? Coba, yang mana yang duluan? Kurang waras atau kurang tidur? Haissh, masalah tidur saja kok begini rumit.

          Seriously, people. Gimana sih, caranya kalian bisa tidur tiap malam?
          Aku lho, sudah mempraktikkan semua petunjuk di majalah remaja, tips en trik di tabloid mamah-mamah, artikel di blog, dan sebangsanya. Nggak ada satupun yang mempan. Apa coba?

Berikut ini cara mengatasi insomnia yang pernah kucoba tapi tak satupun menampakkan hasil:

Nggak Minum Kopi

          Udaaaaah. Bahkan aku pernah saking penasarannya, sampai cleansing segala. Mana tau efek kopi dari tiga hari yang lalu masih mempan gitu ya kan?

Trus aku juga minum bwanyaaaaak air putih, dan bahkan minum susu yang katanya bisa bikin ngantuk?

          Tapi apa hasilnyaaaa? Nggak mempan sama sekali. Aku bahkan nggak merasakan adanya perbedaan. 

Olahraga

          Udaaaaah. Aku melakukan semua teknik yang bisa bikin otot rileks bin lemes dan nyaman dan nggak tau apa lagi. Hasilnya, otot rileks, badan jadi lebih nyaman sih iya. Tapi trus jadi ngantuk dan bisa tidur? Enggak. 

Nggak Main Gadget

          Udaaaaaah. Tiap kali niat tidur aku akan taruh hape di meja (yang jangkauannya itu sekitar tiga meter dari tempatku tidur). Laptop juga pasti udah tak shut down biar dianya juga bisa bobok. Daaaan sama aja. Biasanya setelah beberapa jam melakukan usaha untuk tidur yang sia-sia, baru akhirnya aku akan berjalan menghampiri meja, nyalain laptop lagi, dan fesbukan lagi. 

Matiin Lampu

          Udaaah. Paling yang tersisa hanya cahaya samar dari lampu teras yang menembus jendela dan lubang-lubang udara (kalau nggak ada cahaya blas aku malah panik soalnya, hahah). Tapi bahkan kekuatan kegelapan pun nggak bisa membantuku mengatasi masalah ini. 

Baca Buku

          Don’t you know? Kalau baca buku aku harus pakai kaca mata. Itu artinya, aku malah bisa melihat dengan lebih jelas lagi dan usaha untuk mencapai kengantukan yang sebelumnya susah, naik level jadi mustahil. Belum lagi kalau baca buku aku pasti bakal tambah aktif otaknya dan malah sibuk bikin catatan-catatan kecil karena mendadak terinspirasi. Nope! Buku nggak bisa bikin aku ngantuk.

Perbaiki Jam Biologis

          Oooooohohohoho. Aku pernah lho, sengaja nahan nggak tidur sekalian. Harapannya biar malam nantinya aku udah ngantuk banget dan bobok di jam normal. Berhasil? Tentu saja tidak. Aku tetep nggak bisa bobok. Jadi bukan kesuksesan yang kudapat tapi justru malah nggak tidur blas selama kurang lebih emm, 36 jam? Entahlah. Pokoknya lama dan itu membuatku ling lung.

Ngitung Shaun de Sheep

          Jangankan Shaun, aku bahkan udah ngitungin cowok-cowok ganteng dan bikin hati nyaman kaya bangsanya mas Brendon Urie, Tyler Joseph, Trevor Wentworth, sampai … ya adalah pokoknya jangan disebutin nanti jadi gosip. Hahaha. Nggak ada satupun dari mereka yang bikin ngantuk. Malah bikin tambah semangat. 

Pakai Pakaian yang Nyaman

          Nggak hanya pakaian (daster bobok yang nyaman itu juga nggak mempan weh), aku juga udah pakai minyak telon, udah meluk boneka penuh kasih sayang, pakai sprei jadul yang bahannya adem biar berasa kaya di rumah nenek pas aku masih kecil, dan selimutan pakai selimut flannel bermotif kiyut Disney princess. 

          Apa lagi? Aku kurang gimana lagi?

        Aku jadi sangat merindukan masa-masa ketika aku boboknya normal, jam sembilan malam. Kadang lebih demi nonton Meteror Garden II yang tayang jam sembilan apa sepuluh yaa? Lupa. Kangen saat niat melekan menyambut tahun baru saja gagal karena keburu molor duluan. 

        Kadang aku juga mikir, apa yang waktu itu aku lakukan dan nggak kulakukan sekarang ya? Kayaknya sama aja. Aku dulu juga suka ngopi. Dan waktu itu anehnya, kopi nggak bisa bikin aku melek. Ngantuk ya tetep ngantuk aja. 

          Trus katanya kalau lelah bisa bikin ngantuk? Enggak tuh. Hari ini nyatanya, aku merasa lelah dan merasa sangat butuh tidur, tapi tak ada yang terjadi. Lelah tinggallah lelah. 

          Ya kadang pernah juga sih, ketiduran, tapi secepet-cepetnya aku ketiduran juga tetep aja jam dua pagi. -_-

          Sebenernya sih yaa, kasus nggak bisa bobok di malam hari ini sama sekali nggak mengganggu aktivitasku. Toh aku anaknya bisa produktif di jam aku fokus. Jadi misalnya bangun siang, trus bermalas-malasan sejenak, nanti habis itu begitu niat ya aku bisa fokus menyelesaikan banyak pekerjaan. Jadi sebenernya nggak begitu masalah. 

          Trus kenapa aku nulis ini jal? Sederhana. Gara-garanya, tiap kali bangun, saat semua orang itu makan siang, aku baru nyari sarapan. Lha masa nanti pas orang-orang makan malam, trus aku makan siang gitu? Ih, nggak lucu. Guyonanku maksudnya yang nggak lucu. Ini pasti gara-gara kekurangan sarapan nih. Padahal kan, breakfast is the most important meal of the day, no?

          So yeah, sebelum aku benar-benar lupa rasanya sarapan di pagi hari, adakah yang mau ngasih tambahan tips yang applicable buat mengatasi insomniaku ini?
Please, kindly share yah. I need this really.

You May Also Like

0 komentar