Kita semua mungkin familiar dengan pernyataan-pernyataan semacam:
“Paling suka sama cewek yang natural enggak kebanyakan dandan.”
“Cewek natural biasanya lebih pinter daripada yang dandan karena alih-alih pakai duitnya buat beli makeup dan skin care, mereka biasanya lebih milih beli buku.”
“Cewek yang ngabisin waktu berjam-jam di depan cermin buat bikin alis sama eye liner yang sempurna pasti enggak punya waktu buat belajar.”
Dan semacamnya.
Di era ketika semua orang udah mulai berevolusi cara pikirnya terutama dalam hal kesetaraan gender dan mengeliminasi stereotype-stereotype kuno mengenai peran gender, masih banyak aja mas-mas sok edgy yang ngomongin hal-hal kayak gitu.
Tentu saja sebagian besar mas-mas kayak gini merasa diri mereka pinter dan berwawasan. Nah, kalau Anda segitunya pinter, berpikiran luas, dan berwawasan, kok bisa-bisanya sih enggak tahu kalau banyak banget cewek cantik seksi sekaligus cerdas berprestasi di luaran sana?
Kalau Anda segitunya open minded, kok bisa-bisanya masih terkotak-kotak banget membagi cewek ke dua golongan: cantik dan pinter. Seolah dua hal itu enggak bisa jadi satu. Seolah yang cantik enggak mungkin pinter dan cewek pinter itu ya udah semestinya enggak menarik secara fisik.
Gimana ya? Sebenernya ini bahasan lama banget tapi masih ada aja yang kayak gitu meski udah sampai bosen ngebahasnya.
Trus sekarang yang ngeselin, banyak perilaku yang menurutku makin norak. Misalnya aja mbak-mbak pecinta alam yang kemudian trashing mbak-mbak yang suka travelling bawa koper pakai dress pink, dan pakai eye shadow glitter. Seolah cewek keren itu ya semestiya pakai ransel naik gunung, bukannya travelling manjhaaaa penuh kemewahan dengan nuansa pink bak seorang tuan putri.
Atau ada juga yang dipuji cantik kemudian marah. Alasannya sih karena seolah enggak ada hal lain yang bisa dipuji dari dia. Lha masalahnya gini, orang kalau baru ketemu kamu, baru kenal, belum tahu kamu siapa, belum tahu hasil karya kamu, kalau mau sopan ngasih compliment yang paling gampang ya emang dari yang kelihatan dulu.
“Kamu cantk.”
“Dress kamu bagus yaa.”
“Rambut kamu keren deh.”
Dan semacamnya. Mana mungkin orang baru ketemu sekali belum tahu kamu siapa trus mendadak komen bilang “Wah, disertasi kamu mengenai perasaan tumbuh-tumbuhan di lingkungan rumah tangga yang toxic itu benar-benar keren sekali. Sangat bermanfaat bagi masa depan house plants.”
Yhaa tentu saja beda kasus kamu emang terkenal banget dan hampir semua orang tahu hasil karya kamu. Wajar aja kalau ada orang baru ketemu trus komen soal karya dan bukan cuma look. Tapi bahkan pop star paling terkenal pun tetep bakal dapet komen mengenai looknya kok. Itu bagian dari pergaulan yang wajar aja. Orang-orang ini cuma berusaha sopan.
Dan menurutku, bagian dari sopan santun dasar pergaulan itu, kalau dipuji ya bilang “Terima kasih.” Bukannya marah-marah. Wkwk.
Trus yang marah-marah gini malah dibilang keren dong. T__T
Karena apa? Ya karena edgy lah. Cool. So different. Not like the other girls. Therefore, pick me, pick me, pick me!!!
Di saat cewek-cewek lain berlomba-lomba pengen terlihat menarik biar dibilang cantik, mereka yang aslinya cantik malah ga terima dibilang cantik karena “Hey, I’m more than just the look!” Keren banget kan? Idaman!
Baiklah, aku juga pernah marah soal ini. Bukan karena marah dibilang cantik. Kalau dibilang cantik aku ya seneng banget lah. Baik itu jujur maupun cuma demi sopan santun. Wkwk. Aku akan langsung bilang terima kasih.
Aku seringnya marah karena biasanya orang kalau nanya profesiku apa, trus pas aku jawab penulis, mereka suka enggak percaya.
“Kamu enggak terlihat seperti penulis.”
Atau yang dengan polosnya nanya “Lho, kamu sempat kuliah?”
Hah, aku keliatan goblok gitu? Jadi aku bukan marah karena dipuji cantik atau dikira model. Aku marahnya karena ketika aku udah bilang kerjaanku apa, trus mereka meragukan kebenarannya karena menurut mereka itu enggak cocok sama penampilanku. Ya bagaimana.
Mungkin mereka maksudnya muji gitu? Dengan mengatakan “Enggak ah, kamu enggak kayak penulis. Kamu cocoknya jadi model aja.”
Salah saatu contoh berusaha terlalu keras yang sebenernya enggak perlu. Kalau mau muji ya cukup bilang cantik. Trus kalau tanya profesi dan dijawab yang sebenarnya ya udah enggak usah kebanyakan bicit bilang “Masa sih? Kamu? Nulis? Emang kamu bisa baca?” Wkwkwk. Hargai aja. Kalau masih pengen muji ya bilang aja keren. Udah titik.
Jadi mungkin ini emang masalah di masyarakat aja yang masih gemar mengotak-ngotakkan dan menganggap cewek cantik biasanya enggak bisa baca. Cewek yang punya waktu buat put together satu outfit sebelum pergi keluar dianggap sudah pasti enggak peduli sama perkembangan ilmu pengetahuan. Dan sebaliknya. Cewek yang rajin baca mana punya waktu buat mix match baju, rok, sepatu, tas, topi, dan aksesoris lainnya.
I can’t say this enough, but astaga, pemikiran kayak gini menurutku sungguh kuno. Karena banyak banget golongan cewek who can do both. Yang selalu tampil menarik, bisa makeup, keren, sekaligus well educated dan tahu banyak hal. Banyak cewek yang hampir tiap hari ngereview skin care tapi juga bisa coding ngedesain blognya sendiri. Yang outif sama rambutnya selalu lucu tapi bisa wood working. Cewek yang secantik peri dan sangat peduli sama fashion tapi dia juga sangat paham soal sejarah fashion dan enggak support brand yang non ethical.
Cewek-cewek kayak gini banyak banget di mana-mana. Jadi kalau mas-mas sok edgy ini mengaku berpikiran terbuka dan berwawasan semestinya tahu: kalau kecantikan dan kecerdasan itu enggak harus berlawanan. Kalau mereka belum bisa liat ya berarti sebenernya mereka belum cukup teredukasi. Cuma sok aja.